Jumat, September 23, 2011

Kiyai Haji Ahmad Dahlan dalam pandangan KH MUH SYOEDJA'

Muhammad Syoedja’ adalah murid dan kader langsung KHA. Dahlan, bersama-sama dengan adik dan teman-temannya, seperti Haji Fakhruddin, Ki Bagus Hadikusumo, Haji Muhammad Zain, Haji Muhammad Mokhtar, KHA. Badawi, R.H. Hadjid dan lain-lain. Jika KHA. Dahlan adalah peletak dasar aktivitas amal usaha sosial Muhammadiyah, maka H. Muhammad Syoedja’ adalah perumus dan sekaligus penafsirnya dalam realitas gerakan. Ketua Bahagian Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) yang pertama, salah satu perintis RS PKU
Muhammadiyah, pendiri rumah miskin, rumah anak yatim, dan pelopor gerakan Persatuan Djamaah Hadji Indonesia (PDHI).

Pendahuluan
Imaginer atau pengimpi (pemimpi) adalah seorang yang dapat membayangkan sesuatu. Belum tentu
pemikir, mungkin pengimpi. Tetapi kemudian Allah mengabulkan apa yang diimpikan sebagai kenyataan
wadag. Pengimpi mungkin juga seseorang yang tinggi ilmunya hingga dapat melihat masa kemudian, tetapi menyatakan statemen dengan bahasa saat itu. Misalnya, orang Jawa dahulu sudah mengatakan akan adanya nener (anak ikan) yang makan manggar (bunga kelapa). Sekarang ada setelah suatu daerah pepohonan kelapa menjadi bendung atau waduk penyimpan2 air. Atau, ada grobag wesi (gerobak/kendaraan besi) jalan di
langit. Sekarang sudah biasa kalau ada pesawat udara di langit. Di negeri Barat, dahulu ada Jules Verne yang bercerita berkeliling dunia dalam 80 hari. Sekarang tiap wisatawan dapat keliling dunia dalam waktu yang lebih singkat. Entah apa yang muncul di angannya. Mungkin surat al-Maun yang diajarkan oleh gurunya. Atau, oleh jumlah anaknya yang banyak diminta kembali oleh Allah setelah sebentar dipinjamkan kepadanya. Dari istrinya yang pertama, tersisa satu anak lelaki dari empat anak. Dari istrinya ketiga tersisa tiga anak lelaki dari duabelas anak. Dari istri kedua dan keempat tak ada lahir anaknya. Tetapi, pada tahun 1923 muncul ucapannya akan
membuat hospital, rumah miskin dan darul aytam. Tetapi kita tidak tahu apa yang dipikirkan oleh santri yang
pengimpi ini. Bahkan dia juga tidak tahu bahwa angannya akan terlaksana. Lima belas tahun kemudian, 1938, telah berdiri RS PKO Muhammadiyah di Jalan Ngabean; Panti Asuhan Putra di Lowanu dan Panti Asuhan Putri di Jalan Ngabean serta Rumah Miskin di Serangan. Walau demikian, waktu beliau sakit terakhir kalinya
dirawat di rumah sakit Katolik, untung saat meninggal dunia ada di rumahnya.
Dan masih satu kata yang diangankan, “Apakah kita orang Islam tidak dapat membuat rumah sakit sebesar ini?”
itu katanya sebelum beberapa hari wafat.
Kauman Akhir Abad 19
Kauman di Yogyakarta adalah satu kampung tempat tinggal penduduk. Seperti beberapa tempat lain di Jawa,
Kauman adalah tempat di sekitar Masjid Agung (orang Yogya menyebutnya Masjid Gedhe). Kalau keraton atau rumah Bupati ada di sisi utara atau selatan Alun-alun, maka Masjid Gedhe ada di sebelah barat Alun-alun itu. Para kaum (qoum, b. Arab), warga yang mengurusi Masjid, tinggal di sekeliling Masjid Agung, sehingga tempat mereka itu disebut Kauman. Kalau ada Masjid Agung umumnya ada Kantor Panghulu, di Kauman Yogya ini disebut Pangulon. Tata ruang kampung Kauman di Yogyakarta dahulu agak khusus. Masjid Agung ada gerbang dan pagar tembok Rumah Sakit PKO Muhammadiyah di Ngabean straat Yogyakarta, 1938 yang tinggi. Ada lapangan di belakang gerbang di depan Masjid Gedhe. Ke arah lapangan ini Pangulon juga bermuara
gerbangnya. Setiap tahun, di lapangan itu ada dilakukan sedekah Gunungan dari Kraton dan ada upacara Sekatenan yang berhubungan dengan penyebaran agama Islam. Masjid Gedhe Yogyakarta perlu air yang banyak
terutama air yang mengalir, sebab fahamnya air yang mengalir adalah air bersih yang dapat membersihkan. Maka
air dialirkan ke Masjid Gedhe dari luar dengan aliran sungai yang dibuat khusus. Mungkin, aslinya Kampung Kauman Yogyakarta dahulu terdiri atas lahan yang dibatasi sebelah timur oleh Alun-alun di depan Kraton Yogyakarta. Di bagian barat dengan sebuah jalan yang banyak tukang penjahitnya (gerji), sehingga disebut jalan Gerjen. Di sebelah selatan dibatasi oleh selokan yang mengelilingi beteng Kraton. Dan di bagian utara dibatasi oleh jalan yang banyak nDalem Ageng milik para Hangabehi sehingga disebut jalan Ngabean.
Kampung Kauman sendiri saat itu ada “gerbangnya” yang menghadap ke Alun-alun Utara di depan Siti Hinggil.
Dibalik gerbang ada pelataran di depan Masjid Gedhe, Pangulon (rumah dan kantor Panghulu) di sebelah utara
Masjid. Di belakang Pangulon terdapat perumahan orang yang ngindung (menumpang) kepada Pangulon, sehingga disebut kampung Ngindungan. Batas antara Kauman dengan Ngindungan adalah sebuah selokan besar, yang airnya masuk ke Masjid Gedhe. Airnya bersih dan jernih. Air ini setelah keluar dari Masjid Gedhe lalu mengalir ke selatan keluar Kampung Kauman, masuk ke “Jagang” yang mengelilingi tembok Kraton. Antara Masjid Gedhe dan jalan Gerjen ada gang yangmembelah Kampung Kauman. Para keturunan ahli Kaum
ada di bagian timur gang. Sedang di belahan sebelah barat adalah penghuni pendatang selain keturunan para Kaum. Dari utara sampai selatan, antara lain tinggal anak cucu pendatang, Kyai Noor Sepuh dari Menoreh Kedu yang berasimilasi dengan penduduk Kauman. Juga berasimilasi dengan keluarga lain yang dari luar Kauman, termasuk dari Mlangi, Demakijo.
Pekarangan Rumah KHA. Dahlan
Rumah KHA. Dahlan ada di bagian barat gang, pada bagian separuh yang selatan. Ada lapangan di sebelah
utaranya. Di utara lapangan ada pekarangan milik seorang Lurah Kraton, dengan pendopo menghadap ke selatan. Di daerah ini juga hidup beberapa keluarga pindahan dari sebelah timur gang. Sang pengimpi adalah penduduk sebelah barat gang, anak dari Lurah Kraton tersebut. Karena rumahnya di utara lapangan yang berbatasan dengan rumah KHA. Dahlan, maka tiap saat berguru mengaji dan lainnya kepada KHA Dahlan, menjadi santri dari KHA Dahlan, tetangganya itu. Di rumah ini, yang memiliki Pendopo yang menghadap
ke selatan, lahir anak-anak Lurah Kraton itu, Haji Hasyim Ismail. Anak yang pertama perempuan bernama Jasimah yang lahir tahun 1881. Anak kedua, Daniyalin, yang
Ki Bagus Hadikusuma
1896 merupakah wanita yang bergerak di pengajian Sopo
Tresno yang kemudian menjadi Perkumpulan Aisyiah.
Kelima anak lelaki bersaudara inilah yang merupakan
pendukung KHA. Dahlan dalam Persyarikatan Muham-
madiyah bersama Haji Muhammad Hisyam dan Haji
Muhammad Muchtar.
Dari bagian kampung yang ini muncul gerakan umat
Islam di tahun 1912. Penggeraknya adalah Kiyai Haji Ahmad
Dahlan, motornya adalah anak-anak muda muridnya.
Gerakan ini diberi nama Persyarikatan Muhammadiyah. Apa
yang dikembangkan adalah agama Islam dari sumber aslinya,
Al-Qur’an, yang masih berbahasa Arab Qur’ani.
Karena sifatnya pembaharuan, banyak kader muda yang
dikirim belajar ke India, setelah bekerjasama dengan
kemudian bernama Haji
Muhammad Syoedja', lahir
tahun 1882. Anak ketiga
Jazuli yang kemudian
bernama Kyai H. Fahrudin,
lahir tahun 1884.
Anak keempat Hidayat,
yang kemudian bernama Ki
Bagus Hadikusuma, lahir
1887. Anak kelima, Muham-
mad Zain, lahir 1889. Anak
keenam dan ketujuh mening-
gal saat masih kanak-kanak.
Munjiyah yang lahir tahun7
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
kelompok pembaru Jamaluddin Al Afghani. Yang dikirim
antara lain, Muhammad Dahlan (putra KHA Dahlan sendiri),
Kahfi anak Kyai Ikhsan, Djundab anak Kyai Muchtar,
Machdum Qowaid anak Kyai Abdulrohman. Ada juga yang
disekolahkan di sekolah Arab di Pekalongan yakni Dawani
anak H.M. Syoedja’.
Akhirnya pengajian yang di rumah KHA Dahlan
menjadi HIS met de Qur’an, Holland Indische School
Muhammadiyah Kemudian berdiri Sekolah Muallimin
untuk pria dan Muallimat untuk wanita. Alumninya menjadi
guru penyebar agama Islam di seluruh Indonesia. Mereka
banyak yang berasimilasi dengan penduduk setempat
beranak-turun di sana, atau kembali ke kampung halaman
setelah purna tugas.
Sampai sekarang, Kauman masih merupakan pilihan
orang tua dari daerah untuk pondokan bagi anaknya yang
bersekolah di Yogyakarta, terutama siswa Muallimat
Muhammadiyah.
Allah Ridho
Tahun 1923, tanpa dinyana datang seorang dokter Jawa
tamatan Stovia Surabaya ke Yogyakarta. Dokter muda dari
Malang ini menghadap KHA Dahlan dan diserahkan kepada
H. Muhammad Syoedja' yang mengembangkan pemikiran
Rumah Sakit Islam. Maka mulai berdirilah Rumah Sakit
Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) di Yogyakarta.
Mulanya di sebuah gedung di jalan Jagang Notoprajan, lalu
pindah ke jalan Ngabean, menyewa di rumah milik Haji8
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Mukri bin Nawawi. Akhirnya membeli tanah di sebelah
baratnya hingga saat ini.
Misi PKO adalah merawat orang Islam yang sakit sesuai
dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabiyullah. Apa yang
dikerjakan adalah menyalurkan jariyah untuk menolong or-
ang sakit. Karena ridlo Allah maka upaya ini berkembang
hingga beberapa lokasi menjadi cabangnya, antara lain PKO
Muhammadiyah di Kotagede, Srandakan, Moyudan dan
Brosot.
Beberapa dokter muda lainnya mulai bergabung, Dr.
Sampurno, Dr. Sukardi Ardjosewoyo, Dr. Ismail, Dr.
Martohusodo, Dr. Purwohusodo, Dr. Muhammad Saleh,
Dr. Suwasono. Dr. Handri Oetomo, Dr. Oepomo.
Di waktu kemudian, beberapa dokter dari keluarga
Muhammadiyah mulai lulus dan menyumbangkan tenaganya
ke RS PKU Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Sekarang bidang Pendidikan dan Rumah Sakit
merupakan bidang garapan Persyarikatan Muhammadiyah.
Pada periode pimpinan K.H. Ibrahim, pimpinan
periode kedua, pengganti KHA. Dahlan, Muhammadiyah
mengembang dalam Bidang Pendidikan, Perpustakaan, Panti
Anak Yatim Putra dan Putri, Rumah (Pelatihan) Miskin dan
Rumah Sakit untuk pelayanan kesehatan.
Abad 20
Muhammadiyah telah mulai kehilangan beberapa
kadernya. H. Fahrudin meninggal di masa Penjajahan
Belanda. Aktif sebagai politisi bersama Haji Agus Salim, yang9
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
menungguinya ketika nazak. Seorang putri tunggalnya
dikawinkan dengan putra K.H. Hisyam. K.H. Zain
meninggal di zaman revolusi kemerdekaan. Ki Bagus
Hadikusuma memimpin Muhammadiyah disaat sulit dalam
pendudukan Pemerintahan Dai Nippon. Menjadi BPPKI,
dan terkenal dalam sejarah penyusunan Mukadimah UUD
1945. H.M. Syoedja’ meneruskan pengembangan amal usaha
Muhammadiyah yang berupa Rumah Sakit PKO, Panti
Asuhan dan Pelayanan Perjalanan Haji.
Muhammadiyah pernah mengembangkan ide, melalui
Muktamar di Palembang, untuk membeli kapal haji, tetapi
keburu perang dunia kedua pecah. Setelah Republik Indone-
sia diakui dunia internasional, didirikanlah Yayasan Perjalanan
Haji Indonesia bersama tokoh Islam lainnya. Ketika Menteri
Agama R.I. dijabat Prof. H. Rasjidi, H.M. Syoedja’ diamanati
mengurus masalah perhajian ini serta memimpin rombongan
Haji Indonesia dengan kapal Tampomas.
Ketika pensiun dari pegawai Kementrian Agama R.I.
H.M. Syoedja’ aktif kembali di Muhammadiyah, utamanya
Rumah Sakit PKO Muhammadiyah dan Panti Asuhan.
Hatinya nelangsa, karena di hari tuanya ia mengalami sakit
tetapi dirawat tidak di rumah sakit PKU Muhammadiyah,
karena Rumah Sakit PKU belum mampu menangani
sakitnya. Dan akhirnya wafat di rumahnya sendiri di
kampung Kauman.
Bisikannya kepada penjenguk saat sakit terakhirnya;
....Apakah Muhammadiyah tidak dapat memiliki rumah sakit
sebesar ini?10
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Akhir Abad 20
Akhir abad 20, mulailah babak baru bagi Persyarikatan
Muhammadiyah di bidang pendidikan dan Rumah Sakit.
Pendidikan sudah mencapai sekolah Pendidikan Tinggi, dan
Rumah Sakit dikelola secara modern. Generasi ketiga dari
pengembang pemikiran Rumah Sakit yang dikelola secara
Islam masih ada terlibat didalamnya. Mungkin pada generasi
keempat mulai terbentang cakrawala perawatan secara Is-
lam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Persyarikatan Muhammadiyah tetap menetapkan dua
Rumah Sakitnya menjadi Rumah Sakit teladan bagi yang
lain. Dua Rumah Sakit ini langsung dibawah Pimpinan Pusat
Persyarikatan Muhammadiyah.
Untuk mengenang gurunya, Haji Muhammad Syoedja’
menuliskan pengalamannya dalam berguru kepada KHA.
Dahlan, selama dua tahun terakhir dalam masa hidupnya.
Tulisan itu diketik setiap waktu disamping tempat tidurnya
di kamarnya. Kertas ketiknya dari ukuran apa saja yang
dimilikinya. Tulisan itu bercerita tentang riwayat hidup
gurunya KHA Dahlan. Sebagai berikut.11
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Kiyai Haji Ahmad Dahlan bin Kiyai Haji Abubakar
1869–192312
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Kiyai Haji Ahmad Dahlan bin Kiyai Haji
Abubakar, Imam Khatib Masjid Besar kota
Yogyakarta (sebagai Lurah Berjamaah) pernah
diutus oleh Sri Sultan Hamengku Buwana VII pergi ke
Makkah untuk menghajikan Almarhum Sri Sultan
Hamengku Buwana VI, ayahandanya. Sebelum itu dinaikkan
pangkatnya lebih dahulu sebagai khatib (Ketib) dengan nama
Khatib Amin Haji Abubakar bin Kiyai Haji Murtadho Alim
yang tertua dan terkenal (masyhur) di daerah Yogyakarta.
Ibu KHA. Dahlan bernama Siti Aminah binti almarhum
Kiyai Haji Ibrahim, Penghulu Besar di Yogyakarta.
KHA. Dahlan dilahirkan di kampung Kauman kota
Yogyakarta pada tahun 1869 Miladiyah. KHA. Dahlan ber-
saudara sekandung dengan 5 orang wanita, semua bersuami.
Sulungnya kawin dengan K.H. Khatib Arum di Kauman.
Kedua, kawin dengan K.H. Muhsin dari Pasar Gede (Kota
Gede) Yogyakarta. Ketiga, kawin dengan K.H. Muhammad
Riwayat Hidup
Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Pembina Muhammadiyah13
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Saleh. Keempat KHA. Dahlan sendiri. Kelima, kawin dengan
K.H. Muhammad Faqih, Kauman Yogyakarta dan bungsu
kawin dengan K.H. Abdulrahman bin Abdullah,
Pakualaman Yogyakarta.
Pendidikan KHA. Dahlan
Diwaktu kecilnya KHA. Dahlan bernama Muhammad
Darwis. Permulaan pendidikannya ada di pangkuan ayahanda
K.H. Abubakar (di rumah sendiri). Karena memang tampak
Muhammad Darwis mempunyai sifat yang baik dan budi
pekertinya halus dan hatinya lunak tetapi wataknya cerdas,
maka ayah bundanyapun sangat sayang karena hanya satulah
anak yang putra. Ketika Muhammad Darwis menginjak usia
8 tahun ia telah dapat membaca Al-Qur’an dengan lancar
sampai khatam. Dalam pada itu Muhammad Darwis memang
seorang yang punjuling ngapak cerdas fikirannya dapat
mempengaruhi kawan-kawannya sepermainan dan mengatasi
segala permainan kawan-kawannya.
Setelah hampir dewasa, Muhammad Darwis mulai
membuka kebetan kitab mengaji kepada K.H. Muhammad
Saleh menuntut ilmu Fiqih. Dan kepada K.H. Muhsin
menuntut ilmu Nahwu. Kedua guru tersebut, merupakan
kakak ipar yang berdampingan rumah tangganya dalam
sekampung. Dan seterusnya pelajaran yang lain-lain berguru
kepada ayahandanya sendiri, juga berguru kepada K.H.
Muhammad Noor bin K.H. Fadlil, Hoofd Panghulu Hakim
Kota Yogyakarta dan K.H. Abdulhamid di Kampung
Lempuyang Wangi Yogyakarta.14
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Muhammad Darwis Dewasa
Sehari demi sehari menjadi bulan, dari bulan ke bulan
menjadi tahun, Muhammad Darwis telah menginjak umur
dewasa. Sudah tentu Muhammad Darwis sudah merasa tidak
layak lagi bermain-main dengan kawan-kawannya sejak
kecilnya. Apa pula memang Muhammad Darwis anak yang
rajin ihwalnya mengatur diri dan alat-alatnya belajar sehingga
tempo buat bermain-main tidak ada lagi.
Muhammad Darwis memang sejak kecil sampai umur
dewasanya hidup berkisar di bawah lingkungan suasana yang
aman tenteram dan masyarakat yang sejahtera karena
berdampingan dengan ayah bundanya sendiri dan kerabat
kerabatnya para alim ulama yang hidup dalam bahagia. Jadi,
karenanya dengan sendirinya Muhammad Darwis
mempunyai budi pekerti yang baik dan akhlaq yang murni
dan suci.
Muhammad Darwis Kawin
Ayah bundanya tidak lepas pandangannya menjaga
putranya yang disayang itu. Muhammad Darwis sudah
menginjak umur 18 tahun, ayah bundanya ingin hendak
mengawinkan dengan putri dari Kyai Haji Muhamad Fadlil
Hoofd Panghulu Hakim di Yogyakarta yang bernama Siti
Walidah. Setelah perundingan orang tua dari kedua pihak
dapat persetujuan dan peralatan secara sederhana sudah
lengkap, maka perkawinan dilangsungkan pada bulan
Dzulhijjah tahun 1889 Miladiyah dengan suasana riang
gembira dan tenang.15
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Muhammad Darwis Pergi Haji
Berselang beberapa bulan dari pada perkawinan,
Muhammad Darwis yang sedang asmara diantara mempelai,
tetapi karena terdorong sampai saatnya Muhammad Darwis
harus berangkat ke Makkah untuk berhaji karena desakan
ayah bundanya, justru kebetulan Muhammad Darwis dapat
menambah pengetahuan yang lebih luas dan mendalam,
karena di Makkah itulah tempat timbulnya Agama Islam
dan negeri yang penuh mengandung riwayat perjuangan
Agama sejak Nabi Ibrahim sampai junjungan kita Nabi
Muhammad Saw. Pun banyak pula ulama-ulama bangsa In-
donesia. Dan banyak pula ulama-ulama besar dari pelbagai
bangsa dan khususnya ulama bangsa Indonesia yang telah
lama mukim di sana (Mekkah).
Setelah umum mendengar ketetapan waktu hari bulan
berangkatnya Muhammad Darwis bin Khatib Amin Haji
Abubakar beberapa hari sebelumnya, maka berduyun-duyun
sanak saudara handai taulan dari jauh dan dekat sama
mengunjungi rumah K.H. Khatib Amin Haji Abubakar
untuk memberikan selamat jalan akan putranya Muhammad
Darwis. Memang demikianlah adat istiadat orang mengambil
perhatian bagi mereka yang hendak berangkat pergi haji buat
bangsa Jawa pada khususnya di masa itu. Apalagi bagi
Muhammad Darwis, putra Kiyai Khatib Amin Haji
Abubakar dan putra menantu Hoofd Panghulu Hakim
Yogyakarta, tentu merupakan yang istimewa kepada umat
Islam daerah Yogyakarta.
Diwaktu malam harinya menjelang berangkat, memang16
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
sudah menjadi adat istiadat di rumah Muhammad Darwis
dikunjungi orang banyak sebagai kunjungan kehormatan dan
malam perpisahan umum zonder undangan. Dan disitu
diadakan bacaan Tahlil sebagai memberikan selamat jalan
dengan serentak, atau membaca Barzanji dan yang lain. Dan
selanjutnya diteruskan dengan ramah tamah sampai lepas
tengah malam.
Jam 7 pagi harinya berangkat para sepuh dan gurunya
Muhammad Darwis serta kerabat-kerabatnya sudah sama
berkunjung kembali untuk sama mengantar keberangkatan-
nya ke Station Spoor Tugu. Karena pada waktu itu kota
Yogyakarta masih sunyi soal kendaraan, maka umumnya
Hajjah Walidah Ahmad Dahlan (Nyai ahmad Dahlan)17
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
orang berangkat haji dari rumahnya berjalan kaki bersama-
sama dengan para pengantarnya. Jam 8 setelah bersalaman
dengan keluarga putri dan bersembahyang shafar,
Muhammad Darwis berangkat keluar ke Station dihormati
oleh para sesepuh dan dihiring oleh beratus-ratus pengantar
dengan dimulai seruan adzan dengan nyaring tetapi sajak
merawan (nglangut), sehingga para penghormat dan
pengantar banyak yang berlinang-linang airmatanya dan
tersedu-sedu. Dan pada masa itu soal pergi haji masih
dipandang sebagai berpergian yang maha penting dan sukar
sulit dalam perjalanannya. Sampai di stasion kurang lebih
jam 9, dan disitupun sudah penuh pengantar-pengantar yang
sudah mendahului jalan.
Kurang lebih jam 9.30 Muh Darwis dan pengantar-
pengantar yang langsung ke Semarang sudah menumpang
gerbong spoor-nya, tinggal menunggu lonceng berbunyi.
Téng-téng-téng lonceng berbunyi, muadzin berseru Qomat,
spoor berangkat menuju Semarang, selamat jalan dan selamat
tinggal. Jam 4 sore kereta api kenaikan Muhammad Darwis
dan kawan-kawan serta pengantar-pengantarnya dari
Yogyakarta sampai di stasion kota Semarang disambut oleh
para masyayeh dan badal-badal-nya yang menyediakan
pondokan dan mengurusi serba-serbinya semasa di
Semarang.
Tidak berapa hari Muhammad Darwis dengan kawan
di kota pelabuhan Semarang, hari yang ketiga lalu berangkat
ke Singapoor dengan menumpang kapal dagang bangsa
Tionghwa, jam sore kapal meninggalkan Pelabuhan18
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Semarang, selama tiga malam dua hari kapal itu sudah
berlabuh di Singapoor dan disambut oleh Syekh Abdul
Kahar di kampung Jawa, dengan beberapa orang pegawe-
pegawe-nya untuk menerima jamaah dan barang-barangnya
ke rumah pondokannya. Sudah tentu Muhammad Darwis
dan kawan-kawan dapat sambutan yang sebaik-baiknya
karena sejak beberapa hari Syaikh itu sudah diberi berita
siapa Muhammad Darwis dari Yogyakarta itu.
Tidak berapa hari pula Muhammad Darwis di
Singapoor pada hari yang kelima sudah menumpang kapal
Mispil dari Mij Maclin Walson yang berangkat dari Tanjung
Pager menuju Eropa melalui Aden dan Jeddah.
Lima belas hari kapal tersebut berlayar dari Tanjung
Pager Singapoor sudah sampai di laut Merah menuju
Pelabuhan Jeddah. Jam 10 pagi kapal sudah menurunkan
jangkarnya, disambut oleh beberapa sampuk (prauw) yang
akan mengangkut jamaah haji dari kapal ke Pelabuhan
Jeddah.
Setelah jamaah haji turun di pelabuhan Jeddah disambut
oleh Wakil Pemerintah Hejaz dengan pakaian resmi secara
pakaian Arabi Mekkah dengan memberikan salam “Assalam
‘alaikum w.w.” dan berjabat tangan kepada rombongan
jemaah haji yang pertama turun dari prauw. Kemudian
dipersilahkan masuk pintu soal untuk ditanya orang dari
mana? Orang yang ditanya harus menjawab dengan nama
negerinya masing-masing. Karena pada masa waktu itu tiap-
tiap negeri (kota) di Indonesia ini sudah ada Syekh-nya
masing-masing di Makkah. Pada zaman itu (pemerintah19
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Turki) disebut zaman Taqrir. Tetapi penduduk dari
Yogyakarta harus disebut Mataram. Karena Sri Sultan
Yogyakarta ada mempunyai Gedung Wakaf yang khusus
diwakafkan untuk rakyat Mataram yang ada di Makkah baik
yang pergi haji maupun yang mukim di sana. Adapun yang
menjadi nadzir di sana ialah tiga orang keluarga yaitu Syekh
Muhammad Shadiq, Syekh Abdulgani dan Abdullah Zalbani.
Jadi Muhammad Darwis dengan kawan-kawannya dengan
sendirinya harus tinggal di Gedung Wakaf Mataram. Dan
masuk menjadi urusan salah seorang Syeh tersebut.
Berhubung dengan Muhammad Darwis satu-satunya anak
seorang Khatib dan menantunya Panghulu besar di
Yogyakarta (Mataram) temtu saja dapat tempat majlis
teristimewa di Gedung Wakaf tersebut.
Muhammad Darwis dengan kawan-kawannya tiba di
Makkah pada tanggal 25 bulan Rajab lalu melakukan Thawaf
Sa’i dan Tahalul karena umrohnya dan istirahat sementara
hari, lalu berziarah kepada para alim ulama yang dikenal
dan yang tidak dikenal dari bangsa Indonesia yang ada di
sana dan bangsa Arab yang telah ditunjukkan dari rumah
dan menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya.
Selama Ada di Makkah
Selain sebagai biasa jamaah haji sama berziarah ke
tempat matsir-matsir yang dipandang penting, umpama:
Maulud Nabi, Maulud Ali, Jabal Qubaisy, Jabal Noor, Jabal
Tsur dan sama rajin beribadat di Masjidil Haram,20
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Muhammad Darwis rajin pula mengikut serta kawan-kawan
yang sama menuntut ilmu kepada para alim ulama bangsa
Indonesia yang sudah mukim di sana dan ulama Arab yang
sudah dikenalkan sejak dari tanah Jawa oleh orang tuanya.
Teristimewa bulan Ramadhan, banyak para alim ulama
yang sama membaca kitab di Masjidil Haram di waktu pagi
sampai siang, waktu siang sampai senja sebagai amalan ibadat
dalam bulan yang mulia itu. Tetapi ulama bangsa Indonsia
kebanyakan sama membaca kitabnya di rumah pada waktu
malam. Seperti K.H. Makhfudz dari Termas, K.H. Nakhrawi
(Muhtaram) dari Banyumas, K.H. Muhammmad Nawawi
dari Bantan dan ulama bangsa Arab yang telah dikenal.
Selama bulan Syawal setelah selesai hari Idul Fitri
jamaah haji pada umumnya sama diantar oleh muthawwif-
nya masing- masing berziarah kepada para Imam Syafi’i untuk
mengambil ijazah mengganti nama dari nama Indonesia
menjadi nama Arab dan ditambah kata Haji. Muhammad
Darwis pun tidak ketinggalan ikut serta dalam
rombongannya, ia menuju Ziarah kepada Imam Syafi’i Sayid
Bakri Syatha. Dan dapat ijazah nama Haji Ahmad Dahlan.
Sesudah habis hari Arafat (hari wuquf) dan
menyelesaikan rukun serta wajibnya ibadat haji, Haji Ahmad
Dahlan tidak berapa lama lagi tinggal di Makkah, lalu bersiap
untuk pulang ke tanah air. Pada akhir bulan haji berangkat
dari Makkah menuju Jeddah dengan kawan-kawannya
semula. Pada permulaan bulan Shafar Haji Ahmad Dahlan
dan kawan-kawannya sudah sampai di pelabuhan Semarang
dan disambut oleh kerabat dan famili-familinya.21
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Oleh karena pada masa itu soal pergi dan datang dari
haji masih dipandang sebagai bepergian yang besar dan
keramat (mulia) dan memang masih jarang orang dapat
menunaikan kewajiban rukun Islam yang kelima itu, maka
tidak heran bahwa akan tibanya Haji Ahmad Dahlan di
Yogyakarta itu menjadi kesibukan sanak kadang kerabat dan
handai taulan Para pemuda-pemuda mempersiapkan
kendaraan kudanya untuk menyongsong Haji Ahmad
Dahlan ke Station Yogyakarta dengan semangat yang
gembira dan meriah.
Jam dua lepas tengah hari yang telah ditentukan Haji
Ahmad Dahlan telah tiba di Station Yogyakarta dengan
sambutan yang gembira, ratusan kaum muda yang berkuda,
sedang para sepuh dan Haji Ahmad Dahlan serta familinya
sama menunggang kereta yang istimewa.
Sesampainya di kampung Kauman Haji Ahmad Dahlan
dan kawannya turun dari kereta menuju ke Rumah Hoofd
Panghulu untuk menyampaikan Selamat Datang dan
menghaturkan salam taklim dari para ulama di Makkah yang
sama mengirimkan salamnya, kemudian para haji yang turun
itu sama pulang ke rumah masing-masing.
Kegembiraan mengantar dan menyongsong orang pergi
dan pulang dari haji pada masa itu masih sebegitu besar
perhatiannya, karena pada pengharapanmnya orang pergi
dan pulang haji itu sama mengandung berkah yang besar
dan banyak serta ampuh doanya selama 40 hari dari saat
datangnya.
Haji Ahmad Dahlan tidak tinggal lama di tanah suci22
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Makkah, tetapi biasa sebagaimana jamaah haji yang lain.
Hanya karena beliau ini rajin belajar disana dan memang
sudah membawa bekal pengetahuan yang cukup dari rumah,
maka banyaklah tambah pengetahuannya dari Makkah,
sehingga dapat membantu memberi pelajaran kepada mu-
rid-murid ayahnya yang belajar di waktu siang (ba’dal
Dhuhur) dan di waktu sore (ba’dal Maghrib) dengan secara
sorogan (satu persatu) menurut kitabnya masing-masing
murid di langgar (musholla)-nya.
Haji Ahmad Dahlan Mulai Jadi Guru
Sejak pulang dari Makkah beliau sudah mempunyai
bakat sebagai guru, yang mengajar murid-murid ayahnya
yang belajar di waktu siang (ba’dal Dhuhur) dan di waktu
sore (bakdal maghrib sampai isya) di langgar bagi anak anak
yang belum dan sedang dewasa dengan secara sorogan (satu
persatu) menurut kitabnya murid masing-masing, sebagai
membantu pekerjaan ayahnya. Tetapi pada pelajaran di
waktu sore (ba’dal Ashar) terhadap orang dewasa/para sepuh
masih dipegang K.H. Abubakar sendiri dan Haji Ahmad
Dahlan ikut serta dalam pengajian itu. Demikian berjalan
terus dalam beberapa tahun, dan hanya apabila K.H.
Abubakar berhalangan Haji Ahmad Dahlan lah yang
mengganti sebagai wakilnya. Setindak demi setindak,
berkembanglah sebutan Kiyai kepada Haji Ahmad Dahlan,
mulai dari muridnya di waktu siang dan ba’dal Maghrib,
lama-lama murid dewasa/para sepuh dari murid ayahandanya
pun memanggil juga Kiyai.23
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Haji Ahmad Dahlan Diberi Modal Buat Dagang
Kurang lebih setahun sepulangnya Haji Ahmad Dahlan
dari Makkah, K.H. Abu bakar sebagai ayah yang kasih
sayang kepada putranya, maka dengan ikhlas hati dan cinta
kasihnya, berkenan memberi modal hidup untuk berdagang
kepada Haji Ahmad Dahlan dan mbakyunya (Nyai H.M.
Saleh) masing-masing 500 gulden sampai 1000 gulden. Tentu
saja dua putra dan putri sama gembira menerima modal hidup
daripada orang tua yang saleh dan terhormat sebesar itu.
Nyai H. Saleh dengan modal 500 gulden lalu diserahkan
kepada suaminya untuk menambah modal dagangnya yang
telah berjalan sebagai toko barang cambric dan sebagian kecil
kitab-kitab dan Al-Qur’an dan lain lain. Sedang Haji Ahmad
Dahlan modal hidup itu sebagian banyak dibelikan kitab-
kitab yang dipandang perlu buat dirinya. Soal dagang untuk
hidup duniawi bukan soal yang paling prinsip buat Haji
Ahmad Dahlan tetapi dagang yang kekal dan zonder rugi
serta untung dan abadi sampai dihari nanti. Demikianlah
fikiran dan cita-cita KHA. Dahlan sejak dari dahulu.
Mu’syarah K.H. Khatib Amin H. Abu Bakar dalam
Rumah Tangganya
Kyai Khatib Amin H. Abubakar memang seorang yang
alim tua dan dipertua oleh penghuni kampung Kauman dan
kampung sekitarnya.
Pekerjaannya menjadi guru Agama sebagai sukarela
untuk penghuni kampung Kauman dan kampung sekitarnya
pada tiap- tiap hari disaat yang tertentu.24
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Penghidupannya, selain menjabat pangkat Khatib
Amin, menjadi Jati-houd handel untuk melayani umum.
Tokonya di sebelah muka rumahnya, pekerjaan itu jalannya
diserahkan kepada seorang magersari-nya yang boleh
dipercaya.
Keluarganya istri Nyai Khatib Amin dan putra dan
putrinya dan rewang yang terdiri dari kerabatnya sendiri,
Haji Ahmad Dahlan dengan istri dan anaknya termasuk
keluarganya.
Pergaulannya sungguh senang dan menyenangkan bagi
siapa saja yang memandang. Aman tenteran ayem bahagia
dan sejahtera dan mulia. Pergaulan dalam rumah itu seolah-
olah merupakan suatu gedung pendidikan jasmani dan rohani
yang sangat tinggi nilai dan mutunya. Karena pengimpin
pergaulan dalam rumah tangga itu pengimpin yang besar
jiwanya dalam agama dan suci murni serta ikhlas jatinya.
Yaitu beliau K.H. Khatib Amin yang luas ilmunya dan
memang asal keturunan dari alim ulama yang telah lampau.
Dan dibantu oleh putranya Haji Ahmad Dahlan yang sangat
mirip segala gerak-geriknya, malah karena masih muda dan
berpengetahuan, lebih supel dan mrantasi untuk melayani
pergaulan sekeluarga rumah tangga itu dan tamu-tamunya.
Sehingga barangsiapa tetamu yang datang membawa susah
dari rumah, melihat suasana pergaulan yang senang dan
tenang serta tenteram bahagia di rumah Kiyai Khatib Amin
maka rasa terhiburlah mereka dan lenyaplah rasa susah yang
berat itu. Dan barangsiapa tetamu yang datang membawa
hati yang riang dan gembira, maka merasa bersyukurlah25
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
kepada Allah swt. karena merasa ikut menikmati pergaulan
yang bahagia itu. Demikianlah suasana rumah tangga Kiyai
Khatib Amin sejak datangnya Haji Ahmad Dahlan dari
Makkah agak bertambah nilainya.
Ibu Nyai Khatib Amin Meninggal Dunia
Memang dunia selalu berubah dan suasana senantiasa
saling berganti. Yang kemarin sudah bungah (gembira) dan
yang sekarang bungah, mungkin besuk akan menjadi susah.
Begitulah seterusnya.
Dalam pada itu keluarga Kiyai Khatib Amin Haji
Abubakar bersualah dengan suatu musibah yang menggun-
cangkan masyarakat rumah tangganya, ialah pada akhir
bulan Sya’ban tanggal 30 menghadap tanggal 1 bulan
Ramadhan tahun 1890 Ibu Nyai Khatib Amin, ibunya Haji
Ahmad Dahlan yang sangat dihormati dan dicintai telah
meninggal dunia pulang ke rahmatullah, karena sakit dalam
beberapa hari saja, Innalilllah wa inna ilaihi roji’un. Bukan
saja keluarga Khatib Amin Haji Abubakar yang merasa
kehilangan ibunya yang dicinta-sayangi, tetapi penghuni
kampung Kauman dan sekitarnya, pria dan wanita yang ikut
serta mengeluarkan air mata dan tersedu-sedu karena
kehilangan ibu yang dicintai. Tanggal 1 bulan Ramadhan
setelah disholatkan jenazah almarhumah di suraunya, jam
8.30 jenazah dimakamkan di Karangkajen dengan
kehormatan kaum muslimin yang sebanyak-banyaknya.
Mudah-mudahan ruh almarhumah diterima oleh Allah swt.
dengan sebesar rahmat dan nikmatnya. Amin.26
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Menurut adat istiadat di masa itu, mulai malam yang
pertama, orang menyebut malam surtanah, dibacakan tahlil
dan kenduri dan seterusnya pada tiap bakdal Isya sampai
selesai tujuh hari, ratusan yang hadir tidak dengan diundang
dan malam ketujuh dengan kenduri. Dan pada tiap-tiap pagi
selama tujuh hari itu, keluarganya Kiyai Khatib Amin sama
mengunjungi kubur ibunya untuk membaca tahlil. Pada
malam 40 harinya, malam 100 hari, malam satu tahun, malam
dua tahun dan malam 1000 harinya sebagai selamatan yang
penghabisan, semua yang berhadir harus dengan undangan
resmi. Dan jamuannya merupakan ambengan yang dibawa
pulang oleh hadirin. Adapun jamuan yang terakhir 1000 hari
itui lebih besar dari pada jamuan kenduri yang lain.
Sejak meninggalnya almarhumah ibunda Haji Ahmad
Dahlan, ayahandanya Kiyai Khatib Amin Haji Abubakar
hidup sebagai orang tua sebatangkara, walaupun putra dan
putrinya tidak kurang-kurangnya sama melayani seorang tua
ayahandanya, teristimewa Nyai Haji Shaleh yang sangat
berdampingan rumah dengan ayahandanya sedang Haji
Ahmad Dahlan dalam satu rumah dengannya.
Kiyai Khatib Amin, rupanya karena keadaan suasana
tenang tenteram dan aman sudah kembali sebagai sediakala,
hidup sebatang karanya itu sangat tidak mempengaruhi
jiwanya yang sabar dan kuat menekan nafsu dan hawanya.
Sehingga tidak sedikit saja kelihatan menunjukkan rasa
terharu terhadap almarhumah. Tetapi roman wajahnya
kelihatan seperti biasa tidak mengandung rasa berat dan
kecewa, malahan kelihatan bregas waras, sehat dan ‘afiat.27
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
KHA. Dahlan Mengkawinkan Ayahandanya
Di saat yang riang gembira Haji Ahmad Dahlan sering
mendekati ayahnya sambil melayani masa futur di waktu
pagi dan bercakap-cakap soal aneka warna seolah-olah
menghibur ayah dengan cara yang halus dan sopan santun
sambil senda gurau, ayahanda dianjuri, “Andaikata ayah
kawin lagi bagaimana?” Dengan anjuran yang disertai
senyuman itu, ayah pun menjawab dengan senyum juga, “Ah
aku sudah tua, sebentar lagi tentu akan menyusul ibumu!”
“Soal menyusul walaupun anakanda yang masih muda tentu
akan menyusul juga bahkan mungkin anakanda akan
menyusul lebih dahulu”. “E, jangan kau menyusul ibumu,
ibumu itu bagianku yang menyusul, sedang bagianmu
menyusul istrimu kalau ia mati lebih dahulu.” Keduanya
yang bercakap sama tertawa, tetapi tertawa ringan
menunjukkan isi hatinya sama lega.
Daripada ketelitian dan ketelatenan KHA. Dahlan serta
pandainya bicara sejak mulai dari senda gurau sedikit demi
sedikit menjadi perundingan yang konkrit dengan ayahnya.
Sesungguhnya kami para anak anak sekalian itu sama
memandang ayah hidup sebatang kara sama merasa sangat
kasihan dan tidak sampai hati karena tidak ada ibu yang
menghadapi ayah diwaktu minum di waktu pagi, dan tidak
ada ibu pula yang menghadapi diwaktu dahar siang dan
diwaktu dahar sore. Walaupun diantara satu dua ada yang
melayani bapak, tetap sesudah selesai juga lantas sama pulang.
Tetapi semua itu tidak sampai hati akan mencetuskan rasa
hatinya terhadap Bapak, khawatir kalau-kalau tidak dapat28
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
persetujuan dari Bapak.
Keinginan mbakyu-mbakyu dan adik-adik, juga
anaknya sendiri ingin memandang ayah hidup senang
tenteram dan bahagia seperti sediakala (di zaman ibu yang
sudah-sudah).
Sang ayah menjawab dengan mengandung bertanya:
“Apakah mungkin ayahmu ini akan dapat kawin seorang
wanita yang seimbang dengan ibumu yang marhumah?” Hal
itu tentu diikhtiari dengan sedapat mungkin.
“Adakah calon ganti ibumu itu sudah kamu pikiran,
kalau sudah siapakah calon itu? Cobalah kau tunjukkan
namanya.”
“Calon itu buat pendapat anaknda yang belum anaknda
runding dengan mbakyu-mbakyu dan adik-adik ialah Ibu
Khatib Tengah, bagaimana pertimbangan Ayah?”
“Untuk menyingkat berunding, coba aku akan
beristikharah pada Allah dan kau berunding dengan saudara-
saudaramu. Dan apa nanti hasil istikharahku dan hasil
rundinganmu kalau cocok, jadi putusan yang konkrit.”
Dua hari setelah berunding yang terakhir ini,
Alhamdulillah, hasil istikharah dan berunding dapat sesuai
dengan bulat. Akhirnya sang ayah memberikan idzin untuk
dijalankan perundingan dengan yang bersangkutan.
Alhamdulillah, dengan qadla dan qadar Allah swt.
perundingan diantara kedua belah fihak, KHA. Dahlan yang
mempunyai ayah dan Raden Khatib Tengah Haji Muhammad
yang mempunyai ibu, perundingan akan menjodohkan bakal
mempelai tua ayah dan ibu itu dapat berhasil dengan lancar29
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
sebagai dimaksud.
Kemudian KHA. Dahlan lalu melapurkan hasil perun-
dingannya yang memuaskan itu kepada ayah dan saudara-
saudaranya dengan lega dan gembira. Kemudian sang ayah
memerintahkan kepada putra dan putri-putrinya supaya
direncanakan pelaksanaanya dengan secara sederhana secara
mempelai tua.
Para putra dan para putri dari kedua belah pihak
mempelai Kiyai Khatib Amin dan Ibu Nyai R. Ng. Khatib
Tengah Haji Muhammad Ma’ruf sama berkumpul
berunding merencanakan peleksanaan nikahnya ayah dan ibu
mempelai tua tersebut.
Perundingan dapat memutuskan dengan bulat, bahwa
pelaksanaannya pernikahan ayah dan ibu dilangsungkan pada
hari Kamis malah Jum’at terakhir bulan rajab 1891
Miladiyah. Jadi berjalan 19 bulan 25 hari, dari wafatnya
almarhumah ibu Nyai Khatib Amin. Perhelatannya hanya
diselenggarakan dengan secara sederhana, yang ringkas, yaitu
Wali saudara diundang di rumah Khatib Amin pada malam
Jum’at tersebut jam 8 bakdal Isya. Yang diundang hanya
keluarga mempelai laki dan mempelai wanita dan kerabat
yang karib dari kedua belah fihak. Pernikahan dilangsungkan
pada jam 8 persis di rumah Kiyai Khatib Amin H. Abubakar,
muzki-nya K.H. M. Noor disaksikan oleh beberapa alim
ulama keluarga dan kerabat mempelai. Doa perkawinan
diucapkan oleh K.H. Muhammad Fadlil mertua Haji Ahmad
Dahlan, bapak dari K.H. M. Noor.
Selesai peralatan perkawinan lalu dihidangkan jamuan30
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
walimahan dengan Maidah Arabiah, walaupun secara
sederhana, tetapi ladzat dinikmatinya. Kemudian ramah
tamah sampai jam 10 malam, keluarga dan kerabat sama
bubar pulang dengan ahlinya masing-masing ke rumah.
Sejak itu sungguh-sungguh hidup Kiyai Khatib Amin
kembali hidup senang tentram bahagia dan sejahtera, sebagai
sediakala. Mudah-mudahan Allah swt. senantiasa
mencurahkan berkat dan rahmat dan nikmat-Nya. Amin.
Berjalan dua tahun perkawinan K.Khatib Amin dengan
Ibu Nyai Khatib Amin yang baru ini tidak dengan disangka
dan dikira pada semula, bahwa akan dikarunia oleh Allah
swt. putra yang sifatnya menggirangkan kepada Haji Ahmad
Dahlan, karena beliau mempunyai saudara laki yang seibu
dan seayah, walaupun sebenarnya hanya seayah saja. Anak
itu makin berumur makin menggembirakan kepada ayah dan
ibunya karena sifatnya kelihatan agak lebih dari pada yang
lain. Anak itu diberi nama Muhammad Basyir. Tetapi
akhirnya membikin kecewa kepada keluarga sekaliannya,
ialah setelah anak itu meningkat umurnya menginjak tahun
ke-6. Dengan kebijaksanaan Tuhan ditarik kembali oleh
Tuhan, hendaknya tidak memfitnah dikelak kemudian hari
(wafat) dalam tahun itu. Sepeninggal putranya Rd.
Muhammad Basyir, ayah dan bundanya kelihatan susah
hatinya, tetapi untunglah di sampingnya ada Haji Ahmad
Dahlan yang dapat menghibur sehingga dengan sedikit
kesusahan itu lekas menjadi ridha.
Walaupun Haji Ahmad Dahlan tidak kurang cakap dan
cukup memuaskan untuk berbakti melayani kepada ayah31
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
bundanya, tetapi karena memang ayah sudah tua dan
dihinggap penyakit asma, sudah barang tentu kesehatan
makin hari menjadi makin kurang. Sehingga beberapa hari
beliau menderita sakit yang pada kelihatannya ringan saja,
tetapi sakit itu membawa akhir hayat beliau dengan suasana
tenang dan tenteram pada kira-kira 10 hari yang terakhir
dalam bulan Sya’ban tahun Ehe 1896 Miladiyah.
Dengan wafatnya Kiyai Khatib Amin Haji Abubakar,
ummat Islam penduduk kota Yogyakarta kehilangan guru
besar yang shaleh. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Tentu
saja suasana kota Yogyakarta buat kaum muslimin pada
umumnya menjadi heboh karenanya. Jenazah Kiyai Khatib
Amin mendapat perhatian dari umum dan mendapat
penghormatan cukup dari segala golongan teristimewa para
bangsawan Kraton Yogyakarta.
Jenazahnya setelah dishalati di Masjid Besar Yogyakarta,
lalu dimakamkan di pemakanan Nitikan Yogyakarta, satu
makam dengan ayahnya Kiyai Haji Sulaiman. Dan beratus-
ratus pula kaum muslimin yang menghadiri bertahlil pada
tiap-tiap malam sampai tujuh malam.
KHA. Dahlan Diangkat Menjadi Khatib Amin
Memang lazim secara adat istiadat Kraton Yogyakarta
bilaman salah seorang abdinya yang meninggal dunia, maka
anakanda lelaki yang sulung diangkat sebagai gantinya,
menduduki akan kedudukan ayahnya yang meninggal itu
dengan menerima tugas dan belanja serta sawah dan tanah
tempat tinggal bekas yang ditempati ayahnya. Adapun Haji32
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Ahmad Dahlan diangkat menjadi ganti ayahandanya, dengan
diberi nama Khatib Amin Haji Ahmad Dahlan.
Tugas KHA. Dahlan sebagai Khatib:
1. Khutbah Jum’at saling berganti dengan kawannya
delapan orang khatib
2. Piket di serambi Masjid dengan kawan-kawannya enam
orang tiap sekali seminggu
3. Menjadi anggota Raad Agama Islam Hukum Keraton
4. Lain-lain yang tertentu dan tidak tentu
Dengan pengangkatan itu KHA. Dahlan mengalami
hidup baru sebagai pegawai dalam negeri karena jabatannya.
Tetapi walaupun demikian, beliau ini tidak mengubah
sikapnya terhadap orang lain dalam masyarakat.
Dengan pengangkatan beliau menjadi khatib, maka
terpaksa beliau menginjak halaman hidup baru sebagai pejabat
resmi yamg mempunyai tugas sebagai tersebut di atas. Tugas-
tugas itu oleh KHA. Dahlan digunakan untuk mengamalkan
ilmunya dan diwaktu piket di serambi Masjid Besar
digunakan untuk memberi pelajaran kepada mereka yang
tidak dapat belajar di surau-surau tempat pengajian yang
tetap waktunya, diwaktu pagi, di waktu siang dan diwaktu
sore, karena desakan ekonominya dan mereka itu memang
biasa tidur atau istirahatnya di serambi itu. Kesempatan yang
demikian itu (piket/caos) tidak digunakan oleh para khutaba
yang lain kecuali oleh Khatib Amin Haji Ahmad Dahlan.
Karena piket di serambi Masjid Besar itu tidak ada pekerjaan
yang pasti kecuali Muadzin dan merbot (tukang sapu).33
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Sifat KHA. Dahlan
KHA. Dahlan walaupun ujud pribadinya masih muda,
tetapi karena memang sudah luas pengetahuannya dan
memang sudah sering membantu pekerjaan mengajar
(membaca kitab) almarhum ayahnya dikala ada halangan
(ta’adzur) terhadap murid-murid ayah yang sepintar dan
lebih tua dari beliau, jadi diangkat sebagai Khatib pengganti
kedudukan ayahnya itu tidak menjadi kebanggaan (tafakhur)
bagi KHA. Dahlan.
Memang KHA. Dahlan sejak mulai kecil sudah
memiliki tabiat yang halus dan lemah lembut serta sabar dan
suka mengalah, asal tidak menyinggung hukum Agama yang
merugikan.
Berani mengubah adat istiadat yang bertentangan
dengan agama, walaupun sudah berlaku sejak di masa yang
lampau oleh orang-orang tua kita, dengan cara yang bijaksana.
KHA. Dahlan orang yang kuat hati, teguh
pendiriannya berdiri di atas keyakinan imannya, berani
tanggung jawab atas segala perbuatannya yang benar bagi
agama, walaupun berakibat merugikan kepada pribadinya
sendiri. Beliau seorang alim yang sudah merasa dan mengakui
bahwa dirinya telah menduduki kursi ulama yang harus
penuh tanggung jawab atas rakyat ummatnya di sisi Allah
swt. tentang baik buruknya dan sesak dan benar agamanya.
Dan merasa tersentuh oleh kata-kata Imam Ghazali dalam
kitabnya yang dirasa tepat benar (logis), yaitu Fasadul ‘iyali
min fasadil muluk wa fasadil muluki min ‘ulamaissyu. Rakyat,
raja dan pembesar kepala negara sama rusak susilanya, apalagi34
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
jiwa agama ketauhidannya, sudah bejat sama sekali, sehingga
Islam tinggal nama, Al-Qur’an dan kitab- kitabnya tinggal
tulisannya. Perbuatan maksiat merajalela meliputi masyarakat
dari segala tingkat, namun para ulama/kiyai-kiyai masih tetap
mengakui sebagai ulama yang shalih. Perkataan Imam
Ghazali diakui kebenarannya, tetapi nama Ulama’usy-syuk
dibikin buang-buangan oleh para ulama diantara satu sama
lain dengan timbal balik. Ulama yang shalih itu sama
menunjukkan keshalihannya, dengan tiada suka menuntut
kehidupan dunia dengan usaha, tetapi malah menunjukkan
keshufiannya kepada para murid-murid khususnya dan
kepada kaum muslimin umumnya yang akibatnya menjadi
sasaran sidqah, sasaran zakat dan hadiyah.
Perjuangan KHA. Dahlan Soal Kiblat
Setelah diselidiki keadaan merosotnya umat manusia,
terutama ummat Islam dalam agamanya, sehingga shalat lima
waktu hanya merupakan shalat gambar saja, artinya shalat
yang tidak ada bekasnya, karena shalatnya hanya mengikuti
adat istiadat orang-orang tuanya yang telah lampau di masa
yang lalu, sehingga shalat itu hanya dipandang sebagai adat
istiadat Islam yang tidak berjiwa agama. Terbukti pada
keadaan yang terjadi di masa yang lalu, ialah masjid di tanah
Jawa banyak yang pembangunannya tidak didasarkan untuk
kepentingan agama, tetapi didasarkan untuk kerapihan
pembangunan negara. Ternyata bahwa keadaan masjid itu
kiblatnya tidak tepat ke arah Masjidil Haram di Makkah,
tetapi bangunan Masjid itu kebanyakan mengikuti rentetan35
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
jalan yang sudah ada. Malah ada masjid yang menghadap ke
arah timur laut, dan kiblatnya ke arah barat daya. Karena
jalan besar yang mukanya membujur dari timur dan ke barat
laut, tidak dari selatan ke utara menurut petunjuk kompas.
Ada juga masjid yang kiblatnya tepat ke arah Masjidil Haram
di Makkah, yaitu masjid yang kuno-kuno seperti masjid di
Demak, daerah Semarang, masjid di Pasar Gede Masjidnya
Ki Panembahan Senopati di Yogyakarta. Dan mungkin
Masjid Ngampel di Surabaya dan lain-lain, tetapi tidak
banyak. Selama itu kiblat masjid yang demikian itu tidak
menjadi perhatian oleh kaum muslimin pada umumnya.
Padahal shalat lima waktu, adalah tiang besar bagi
Agama Islam dan sumber agung amal shalih bagi umat Is-
lam. Oleh karena itu KHA. Dahlan sebagai orang yang ahli
dalam ilmu falaq (cakrawala) mengetahui benar dengan
keyakinan bahwa masjid-masjidnya kaum muslimin di In-
donesia pada umumnya dan di tanah Jawa pada khususnya,
banyak yang kiblatnya tidak tepat menuju ke arah Masjidil
Haram di Makkah. Oleh karena itu beliau bersungguh-
sungguh berusaha dengan sekuat tenaga dan fikirannya untuk
membenarkan kiblat shalatnya kaum Muslimin Indonesia
dalam masjid-masjidnya, terutama di Yogyakarta. Beliau
mengetahui bahwa akan memecahkan soal kiblat itu bukan
soal ringan dan mudah. Tetapi soal yang berat dan sulit, dan
mungkin menimbulkan heboh ummat Islam yang tidak
diinginkan. Oleh karena itu beliau harus hati-hati, awas dan
waspada. Karena para alim ulama di Indonesia pada masa itu
belum/tidak banyak yang mempunyai keahlian dalam ilmu36
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
falaq (cakrawala) seperti KHA. Dahlan. Hanya seorang alim
mempunyai keahlian dalam ilmu falaq di Semarang ialah Kiyai
Raden Haji Dahlan dari Termas Pacitan dan seorang lagi
ialah Syaichul Ilam yang diangkat oleh Belanda yaitu Sayid
Usman al-Habsyi di Batavia. KHA. Dahlan tentu merasa
cemas akan memecahkan soal kiblat di Yogyakarta, karena
akan menghadapi para ulama yang masih buta dalam ilmu
Falaq dan kekuasaan agama yang hanya diserahkan kepada
Hoofd Panghulu dan bawah-bawahannya yang kebanyakan
agama-agama naluri/wajadna Abaana.
Walaupun rasa cemas rasa hatinya hendak melaksana-
kan maksudnya yang berat dan sulit itu, tetapi karena
kepentingan agama, maka berat dan sulit itu tidak dihiraukan,
karena memang sudah semestinya menegakkan kebenaran
agama di tengah-tengah masyarakat yang bobrok harus ada
rintangan dan pengurbanan dan bencana yang hebat tetapi
karena berkeyakinan bahwa tujuan itu akan berhasil dengan
taufiq dan hidayat Allah swt. dengan sabar dan tawAkal
dikerjakan.
KHA. Dahlan mulai membuka kata-katanya tentang
kiblat yang dimaksud, di pengajian orang-orang tua setempat
yang gurunya Kyai Lurah H.M. Nur, seorang alim yang
terkemuka di Yogyakarta, yang berwibawa dalam pandangan
serta memang mempunyai kedudukan menjadi Imam Ratib
di Masjid Besar kota Yogyakarta, sebagai lurah (kepala)
berjamaah di Masjid Besar tersebut. Serta pula memang
tempat kediamannya menjadi pusat pesantren yang ramai
sekali bilamana diadakan upacara Hari Besar Islam. Yang37
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
dimaksud Hari Besar Islam pada masa itu, bukanlah Hari
Besar Islam yang diresmikan oleh Pemerintah Indonesia
sekarang ini. Tetapi hari besar Idul Fitri, hari 10 Asyura
dan Nisfu Sya’ban. Dua hari besar itu biasa dirayakan dengan
membaca kitab yang menerangkan maziah-maziahnya dua
hari besar itu dan betapa besar pahalanya orang yang beramal
baik di hari itu. Dan perayaan itu dihabisi dengan jamuan
besar, yaitu kebuli samin made in Arabia yang dengan
memotong beberapa ekor kambing yang dibiayai dengan
urunan yang pada tiap-tiap orang sedikitnya 0,5 gulden dan
banyaknya tidak terbatas. Dalam perayaan yang demikian
itu biasanya dapat perhatian besar sekali dari penduduk santri
dari luar kampung Kauman, umpamanya dari Karangkajen,
Pakualaman, Lempuyangan dan Kadipaten. Di situlah tempat
meletakkan maksud KHA. Dahlan yang diucapkan oleh
Kiyai Lurah Haji Muhammad Noor terhadap mereka para
hadirin dengan secara bil hikmat wal mauidzotil hasanah
sebagai permakluman saja, dengan kata-katanya;
“Assalamu’alaikum w.w. Saudara-saudara hadirin yang
terhormat, di sini saya maklumkan kepada Saudara-saudara
sekalian, bahwa berhubung perayaan Nisfu Syaban (tanggal
15 bulan Ruwah) yang mulia dan perayaan hari Asyura (10
bulan Muharram) yang bersejarah, yang telah sekian tahun
berjalan, ternyata bertambah yang hadir sehingga surau yang
tidak kecil itu sampai meluap-meluap tidak mencukupi untuk
kita semua duduk di surau, malah lebih banyak yang duduk
di tikar di atas tanah. Oleh karena itu dimajukan saran (usul)
oleh Tibamin”, (KHA. Dahlan dan K.H. Lurah Nur adalah38
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
kakak ipar dari KHA. Dahlan, Tibamin adalah nama
pangkatnya KHA. Dahlan sebagai Khatib Amin. Sebutan
samparan kakak kepada adik) ,“Hendaknya surau itu dibesar
dan panjangkan, serta diperindah dan kiblatnya ditujukan ke
arah Masjidil Haram di Makkah sehingga dapat mencukupi
bila kita duduk di surau semua bilamana kita mengadakan
perayaan Nisfu Sya’ban dan Asysyura seperti sekarang ini.
Adapun biaya untuk itu akan didapat dari barangsiapa saja
diantara para hadirin yang suka menderma sebagai amal
Jariyah yang tidak akan putus-putus pahalanya sampai hari
kemudian. Yang nanti akan diputarkan list derma kepada
Saudara-saudara.”
Pada waktu itu diantaranya ada yang menyatakan, apa
diperkenankan kalau sekarang mendaftar lebih dahulu.
Pertanyaan itu dijawab boleh.
Kemudian ada yang menyatakan, “Saya 25 gulden”,
“Saya 100 gulden”, “Saya 50 gulden”, dan seterusnya sampai
berjumlah kurang lebih 450 gulden, semua dicatat nama dan
alamatnya. Kemudian list diputarkan menuju kepada yang
didaftar dan belum didaftar.
Alhamdulillah, dalam sembilan bulan surau yang
dicetuskan itu sudah selesai dilaksanakan dengan menurut
rencana yang dimaksud, serta tidak mendapat rintangan suatu
apa. Yang sama menderma gembira dan menambah
kemakmuran kampung Kauman dalam bidang pengajian dan
pendidikan secara santri di masa itu.
KHA. Dahlan gembira dan syukur kepada Allah swt.
bahwa cita-citanya berhasil dengan keadaan suasana yang39
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
tenang aman tentram. Oleh karena itu beliau makin
bertambah kuat jiwanya untuk meneruskan cita-citanya
memperbaiki surau-surau dan masjid-masjid yang masih
kurang sempurna kiblatnya.
Pada akhir tahun 1897 KHA. Dahlan memandang perlu
akan mencetuskan cita-citanya yang lebih luas itu membuat
Majlis Musyawarah diantara para alim ulama dari dalam dan
luar kota Yogyakarta untuk memecahkan soal kiblat tersebut
di daerah Yogyakarta. Angan-angan itu dirundingkan lebih
dahulu dengan kawan-kawan ulama yang telah sependapat,
rundingan itu dapat persetujuan dan lalu ditetapkan
waktunya.
Hari Senin malam Selasa yang biasa para alim ulama
free tidak mengadakan kuliah pada muridnya masing-masing
di rumah/di pondok atau di surau-suraunya pada akhir
sepuluhnya bulan Syawal tahun Jimawal 1312 (1898).
Dihadiri para alim ulama kurang lebih 17 orang dari dalam
dan luar kota Yogyakarta. Pertemuan ini tidak merupakan
suatu rapat yang teratur dengan ketua dan penulis, tetapi
merupakan pertemuan ramah-tamah dan musyawarah atau
munadzarah yang masing-masing membawa kitab yang
dipandang perlu untuk membicarakan soal kiblat. Diadakan
di surau KHA. Dahlan Kampung Kauman atas undangan
KHA. Dahlan.
Musyawarah dimulai pada jam 8 malam sesudah ‘Isya
(dahar malam) yang hadir:
1. K.H. Lurah Nur, Kauman Yogyakarta
2. KHA. Dahlan Kauman Yogyakarta40
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
3. K. Muhammad Faqih Kauman Yogyakarta
4. KHA. Abu Bakar Kauman Yogyakarta
5. K.H. Khatib Cendana Kauman Yogyakarta
6. K.H. Abdul Hamid Lempuyangan Yogyakarta
7. K.H. Abdullah Siraj Pakualaman Yogyakarta
8. K.H. Marzuki Wonokromo Yogyakarta
9. K.H. Syafi’i Wonokromo Yogyakarta
10. K.H. Abdullah Blawong Yogyakarta
11. K.H. Kholil Wonokromo Yogyakarta
12. K.H. Ja’far bin Fadlil Kauman Yogyakarta
13. K.H. Muh. Shaleh Kauman Yogyakarta
14. H. Abdul Rahman Kauman Yogyakarta
15. H. Muhammad Humam Kauman Yogyakarta
16. Muh Al Baqir
17. Dan 5 orang pemuda
Sebagai tuan rumah KHA. Dahlan mengucapkan puji
dan syukur kepada Allah swt. dan mengucapkan banyak
terima kasih atas perhatian para kyai yang telah sama ikhlas
hati menghadiri pertemuan yang kami adakan ini malam,
“Lebih gembira pula saya dapat melihat persiapan para kyai
telah membawa kitab-kitab atau nashah yang tentu saja
bersangkut paut dengan masalah yang akan dibicarakan pada
ini malam, ialah soal kiblat kita umat Islam di tanah Jawa
pada umumnya dan Yogyakarta pada khususnya. Harapan
kami mudah-mudahan ramah tamah munadzarah ini dapat
persesuaian pendapat dalam munadzarah itu. Kemudian kami
persilahkan kepada para sepuh mulai menerangkan
pendapatnya. Tersilah.”41
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Setelah para kyai sama membuka kitabnya masing-
masing dan menyatakan pendapat yang bersendi dari pada
kaul-kaul-nya ulama yang ada di dalam kitabnya masing-
masing yang temtu saja akan berbeda-beda kalam dan
pahamnya, namun suasana munadzarah itu menunjukkan
suasana tenang dan tenteram dan kelihatan musyawarah yang
timbul dari hati ke hati, dan suci hati sentiment satu dengan
yang lain. Demikianlah pada permulaannya.
Akan tetapi, oleh karena pada permulaannya
dipersilahkan menyatakan pendapatnya masing-masing,
sudah menunjukkan perbedaan pendapat karena berdasar
kaul-kaul-nya ulama terdahulu yang memang sudah berbeda
sejak masa dahulu dalam kitabnya.
Dari sebab sama memegang dalil dari pada kitab-kitab
yang lama itu mereka menjumud tidak mau pindah kepada
keadaan yang benar dan nyata, dalam ilmu jaghrafiah yang
dibenarkan oleh dunia, bahwa letaknya tanah suci yang ada
kiblatnya sembahyang kaum muslimin di sebelah utara
khatulistiwa di antara 24 derajat. Oleh karena itu kiblat
kaum muslimin di tanah Jawa khususnya dan Indonesia
umumnya harus condong ke utara kira-kira sekian itu.
Munadzarah berjalan langsung sampai jauh malam.
Walaupun hawa malam makin jauh makin dingin, tetapi
jalannya musyawarah malahan makin hangat dan seram. Dalil
berlawan dalil, pendapat berlawan pendapat, sehingga
terdengarlah seruan bang (azan) pak muadzin dari Masjid
Besar, barulah munadzarah terhenti karena waktu subuh
sudah masuk dan membikin tenang dan tentrem hati para42
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
alim ulama, kembali aman sebagai sedia kala.
Setelah selesai sembahyang subuh para alim ulama sama
pulang ke rumah masing-masing sama berjabatan tangan
dan memberikan selamat jalan dan mengucapkan banyak
terima kasih. Selesai.
KHA. Dahlan merasa gembira, walau pun munadzarah
itu tidak membawa hasil yang dimaksud dengan 100%, justru
kebenaran bahwa yang demikian itu tidak menghebohkan
suasana yang aman tenang dan tentram. Tetapi adanya
musyawarah itu kesannya membawa pengaruh yang besar
sekali bagi kaum muslimin yang sadar tentu akan mengikuti
yang benar.
Masjid Besar Kota Yogya Lantainya Digaris Kapur
Selang beberapa hari dari adanya Musyawarah
terkecewa itu, tiba-tiba bapak muadzin melihat loncengnya
jam 12.0 menit masuk Masjid hendak memukul bedugnya
dan menyerukan adzannya, sudah tentu selama memukul
bedug tidak melihat kemana-mana melainkan kepada
bedugnya. Tetapi setelah menyerukan bangnya, penglihatan-
nya lepas dapat melihat ke mana-mana bertemu dengan putih-
putih yang menggaris lantai Masjid sebesar ± 5 cm dari
selatan ke utara ada tiga baris yang boleh dimengerti baris
berjamaah sholat, harus menghadap kepada jihat ‘ainulqiblat.
Selama itu para mushallin memang waktunya datang dan
melihat baris kapur yang putih itu sama terkejut dalam
hatinya tanya-menanya satu sama lain dijawab juga dengan
pertanyakan siapakah yang berbuat demikian ini? Sedang43
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
heboh orang tanya-menanya, bapak muadzin menyerukan
qamatnya lalu sama bersembahyang jamaah, sesudah
sembahyang heboh lagi dan akhirnya penjaga penjaga yang
bertugas pada hari itu lekas-lekas menghadap Kanjeng Kyai
Panghulu untuk melaporkan kejadian di masjid yang
demikian itu dengan sejelas-jelasnya. Akhirnya para penjaga
terdiri dari para Khatib, Muadzin, yang berjamaah dua or-
ang dan seorang merbot, bersama-sama menghadap Kyai
Panghulu menghaturkan keadaan kejadian di masjid yang
tidak dikira-kirakan itu, dengan suara gentar karena takut.
Kanjeng Kyai Panghulu menerima lapuran dari penjaga
penjaga masjid lima orang tersebut, lantas murka besar dan
keras, karena merasa diganggu kekuasaannya dan diremeh-
kan kewibawaannya dengan berkata keras: “Siapa yang
berbuat demikian itu? Kurang ajar.” Penjaga menjawab:
“Tidak tahu”. “He,tidak tahu?”Kemana kamu menjaga tidak
tahu?” “Kami orang ada yang di luar, sedang pulang dan ada
yang mencuci pakaian dan sapu-sapu di halaman Masjid
seperti biasa.” “Pulang? kenapa pulang? Kamu sudah bosan
jadi priyayi? Berani meninggalkan tugasmu, ya? Awas! Ayo
kamu harus mencari siapa yang berbuat itu sampai dapat,
kalau tidak dapat jangan tanya dosamu!” Orang lima sama
matur sendiko! sambil meninggalkan tempat.
Kanjeng Kyai Panghulu H.M. Kholil Kamaludiningrat
sesungguhnya sudah mempunyai dugaan yang kuat dalam
penggalih-nya bahwa kejadian di Masjid Besar itu ialah akibat
Musyawarah yang dihadiri alim ulama yang sejak beberapa
Jum’ah yang lalu diadakan oleh Khatib Amin di suraunya.44
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Oleh karena dugaan itu perlu akan dinyatakan kewajarannya,
sehingga dapat diketahui kebenarannya.
KHA. Dahlan dengan segera lalu dipanggil menghadap
Kanjeng Kiyai Panghulu di kantor prive-nya, untuk
diperiksa kebenarannya. KHA. Dahlan pun dengan segera
datang menghadap kepadanya.
Kyai Panghulu setelah melihat KHA. Dahlan meng-
hadap, terpaksa meredakan nafsu amarahnya sehingga
menerima kedatangan KHA. Dahlan itu dengan menunjuk-
kan sikap yang baik, tenang dan sabar. Karena angkatan
KHA. Dahlan sebagai Khatib Amin bukan angkatan beliau
sendiri, tetapi angkatan dari Kanjeng Sultan Hamengku
Buwana.
“Khatib Amin, kemarin ada kejadian di Masjid Besar,
bahwa di Masjid digaris orang-orang mengapur sebesar ± 5
cm dari selatan ke utara. Garis itu merupakan garis shaf shalat
yang menghadap ke barat laut, siapakah yang berbuat itu?”
“Saya tidak tahu dan tidak mengerti siapa yang berbuat
itu! Saya kira yang jaga diwaktu kemarin itulah yang lebih
mengetahui!”
“Betulkah Khatib Amin tidak mengetahui dan tidak
mengerti? Apakah kira-kira bukan akibat dari Musyawarah
para alim ulama yang baru-baru ini diadakan di tempat
kamu?”
“Itupun saya tidak mengerrti, apakah itu akibat dari
Musyawarahnya para alim ulama di tempat masjid saya atau
bukan karena musyawarah alim ulama di tempat saya, tidak
ada sangkut paut dan singgung menyinggung dengan soal45
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
menggaris masjid di mana-mana, apalagi Masjid Besar kota
Yogyakarta.”
“Kalau demikian, apakah yang dimusyawarahkan alim
ulama itu, nyatanya setelah terjadi musyawarah itu lantas
ada kejadian lantai Masjid Besar digaris dengan begitu rupa?”
Saya kira semua pertanyaan Kanjeng Kyai kepada saya
itu, tentu tidak dapat jawaban yang akan memuaskan kepada
Kanjeng Kyai. Tetapi jawaban yang akan memuaskan itu
tentu jawabannya yang berbuat. Oleh karena itu, pendapat
saya, yang jaga diwaktu kemarin ditugaskan untuk mencari
yang berbuat sampai dapat. Kalau tidak dapat mereka yang
bertanggung jawab.”
“Yah sudah, Khatib Amin terima kasih. Sekarang boleh
pulang.”
Tidak selang berapa hari penjaga yang bertanggung
jawab lantas menghadap kepada Kanjeng Kyai Panghulu
melaporkan bahwa orang-orang yang sama berbuat telah
diketemukan nama-namanya, tetapi tidak dapat membawa
mereka di hadapan Kanjeng Kyai yang lebih baik supaya
utusan orang lain yang disegani oleh mereka. Adapun nama
nama itu ialah si Fulan, si Fulan dan si Fulan.
Kanjeng Kyai Panghulu menerima laporan penjaga
yang menerangkan nama-nama yang sama berbuat itu beliau
terkejut sungguh dahsyat sekali. Dan menggeleng-gelengkan
mustaka-nya (kepala) karena tidak dikira-kirakan bahwa yang
berbuat itu diantaranya dua orang pemuda kerabatnya
sendiri yang disayangi. Kemudian Kanjeng Kyai Panghulu
mengutus orang lain memanggil mereka bersama ke nDalem46
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Pengulon dan pemuda itupun bersegera menghadap dengan
bersatu hati, akan mengaturkan barang sebenarnya yang telah
diperbuat.
Kemudian setelah mereka tiba dihadapan Kanjeng Kyai
Panghulu, diperintahkan duduk, lalu ditanya dengan secara
kekeluargaan: “Hai anak anakku yang kucintai dan kusayangi,
benarkah kamu bertiga yang berbuat menggaris lantai Masjid
dengan kapur itu ? “ “Ya, benar”. “Apa maksudmu menggaris
Masjid yang demikian itu?” “Maksud saya supaya orang shalat
menghadapkan kiblat yang benar!” “Apakah kiblatnya Masjid
itu tidak atau kurang benar?” “Menurut orang yang ahli
dalam ilmu cakrawala, memang benar Masjid Besar itu
kiblatnya tidak tepat menuju ke tanah suci Makkah!” “Siapa
orang ahli dalam ilmu Cakrawala itu?” “Semua bangsa ada
mempunyai keahlian dalam ilmu itu. Cuma bangsa Jawa dan
kaum musliminnya belum banyak yang mempunyai keahlian
dalam ilmu itu. Kecuali satu dua orang saja yang sudah
mempunyai keahlian dalam ilmu itu, tetapi bangsa Jawa dan
kaum musliminnya masih tidak percaya karena
kebodohannya.”
“Ya, sekarang saya beri ampun, tetapi kalau sekali lagi
kamu berbuat seperti itu, tidak ada ampun lagi! Sekarang
boleh pulang.”
Mereka lalu sama meninggalkan tempat, tetapi setelah
keluar dari komplek nDalem Pengulon sama tertawa bisik-
bisik seolah-olah gembira karena diampuni kesalahannya dan
bebas.
Demikianlah kesan dari pada Munadzarahnya para alim47
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
ulama yang membahas soal kiblat bagi kaum Muslimin tanah
Jawa pada umumnya dan di Yogyakarta pada khususnya.
Bagi mereka yang sadar makin kuat keyakinannya dan bagi
yang beku (jumud) tetap pada kebekuannya, tetapi keadaan
suasana tenang tidak ada heboh diantaranya. Berjamaah di
Masjid Besar makmumnya macam dua kiblatnya.
KHA. Dahlan Membangun Suraunya
Dalam keadaan suasana yang tenang dan aman pada
bulan Rajab Je, 1313 H, atau ± 1899 Miladiyah, KHA.
Dahlan membangun surau tinggalan almarhum
ayahandanya, yang kecil dan sudah tua hendak diluaskan
dan diperindah, serta dikiblatkan menurut pengetahuan dan
keyakinannya. Dan dipertangguhkan sedapat mungkin bulan
Ramadhan sudah selesai diramaikan untuk sembahyang
Tarawikh dan men-darus sebagaimana biasa yang sudah
berlaku pada tahun yang sudah-sudah.
Tidak dengan diduga dan sangka pada tanggal 14 bulan
Ramadhan itu jam 9 pagi tiba-tiba datang seorang utusan
dari Kawedanan Pengulon membawa perintah untuk KHA.
Dahlan dengan mondeling (lisan), perintah itu diucapkan
karena berbahaya besar. Perintah itu belum didengar KHA
Dahlan sudah terkejut dan berdebar-debar. “Ada apa, Man?”
“Kyai, sebelum perintah Kawedanan Pengulon saya
sampaikan, saya harap Kyai bersedia hati yang sabar dan
tenang. Perintah Kanjeng Kyai Panghulu Haji Muhammad
Khalil Kamaludiningrat, ini hari supaya surau Kyai
dibongkar/ dirobohkan. Kyai Panghulu tidak idzinkan48
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
berdirinya surau yang sifat dan bentuknya semacam itu,
yakni yang kiblatnya menuju ke arah Ainul qiblat, seperti
yang ada sekarang.”
Kyai Dahlan seketika tidak menjawab, karena merasa
terpukul jiwanya dengan pukulan yang amat keras.
Jawabannya, “Inna lillahi wa ina ilaihi raji’un. La khaula
wala quwwata illa billahil aliyyil adziem”, dengan
berkembeng-kembeng/berlinang-linang air matanya mengalir
ke wajahnya, seraya menjawab; “Paman, haturkanlah kepada
Kanjeng Kyai Panghulu H.M. Khalil Kamaludiningrat, bahwa
Khatib Amin H.A. Dahlan tidak dapat melaksanakan perintah
itu, karena perintah itu sifatnya dholim. Karena kami tidak
merasa berdosa melanggar Undang-Undang Negara dan
Undang-Undang Agama.”
Utusan itu kembali dengan pilu hati dan gelisah,
menghaturkan jawaban itu kepada Kanjeng Kyai Panghulu
sebagaimana mestinya.
Kanjeng Kyai Panghulu menerima jawaban yang
dihaturkan oleh utusan itu sangat murkanya karena merasa
dicemoohkan perintahnya, lalu berkata: “Khatib Amin tidak
mau melaksanakan perintahku itu?” Bukan tidak mau, tetapi
tidak bisa melaksanakan perintah tersebut.
“Ayo, sekali lagi kau perintahkan, kalau tidak mau nanti
orang-orang dari pemerintah Kawedanan Pangulon yang akan
melaksanakan pembongkaran merobohkan suraunya Khatib
Amin.”
Utusan kembali memberitahukan kepada KHA Dahlan
bahwa apabila tidak dapat melaksanakan pembongkaran49
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
suraunya, maka pemerintah Kawedanan Pangulon yang akan
membongkar merobohkannya. KHA. Dahlan tetap teguh
pendiriannya, tidak dapat melaksanakan pembongkaran dan
merobohkan suraunya. Adapun pemerintah yang akan
melaksanakan terserah.
Utusan menghaturkan laporannya kepada Kyai
Panghulu, lalu diperintahkan memberitahu, bahwa
pembongkaran suraunya akan dijalankan nanti malam
sehabis shalat Tarawih.
KHA. Dahlan setelah menerima pemberian tahu yang
terakhir, sejak senja sudah meninggalkan rumahnya, kemana
perginya keluarganya tidak mengerti, karena tidak sampai
hati melihat perbuatan lalim yang kejam dan buas meliwati
batas kemanusiaan.
Jam 8 persis malam tanggal 15 Romadlon kuli-kuli dari
Kawedanan Pangulon, lebih kurang 10 orang yang dikepalai
oleh yang gagah dan besar tubuhnya serta brutal tabiatnya,
sudah sama datang di halaman surau KHA. Dahlan dengan
siap alat-alatnya untuk merumbak dan meruntuh surau itu,
sedang orang yang sembahyang tarawih belum selesai,
mereka ramai cerewet seolah-olah sengaja mengganggu yang
sembahyang tarawih tersebut.
Setelah selesai orang sembahyang tarawih dan imam
sedang mendoa, kepala rombongan berteriak memerintah-
kan, “Ayo, lekas bubar, surau ini akan dibongkar dan saya
robohkan.” Orang tarawih semua terkejut, melihat kuli
sudah serempak dengan alat-alat senjatanya, orang banyak
menjadi heran dan bingung, karena mereka tidak tahu dan50
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
tidak mengerti apa yang terjadi pada sebelumnya
(perkaranya). Cuma karena melihat sikapnya para kuli-kuli
dan kepala sangat kalap, sangat biadab dan sama memegang
senjata untuk menghancurkan surau yang baru dan indah
itu, mereka menjadi salah sangka sehingga mereka sama
berlari dan berteriak: “Wong ngamuk, wong ngamuk, wong
ngamuk!” dan mereka kuli-kuli tetap terus membongkar
surau itu secara biadab dan sewenang-wenang sedang
kepalanya mengejar orang yang berseru “Wong ngamuk,
wong ngamuk, wong ngamuk!”. Surau ambruk, genteng kayu
berserak-serakan ditimbun runtuhan tembok dan batu
memenuhi halaman surau dan rumah tangganya KHA.
Dahlan. Perbuatan itu dijalani dengan bersemangat yang
gembira dan bila ada barang yang besar jatuh dari atas mesti
dibarengi dengan sorak yang meriah seolah-olah merupakan
suara rampok dan grayak yang dapat kemenangan besar.
Tidak insyaf sedikitpun bahwa perbuatannya sesungguhnya
bukan merobohkan suraunya KHA. Dahlan tetapi pada
hakikatnya merobohkan agama Allah, ialah agama Islam.
Allahu akbar! La haula wa la quawwata illa billah. Jam 1.30
lepas tengah malam kuli-kuli dan kepalanya meninggalkan
tempat dengan gembira dan bebas zonder halangan suatu apa.
Jam 4 menghadapi fajar menyingsing KHA. Dahlan
baru datang dari perginya sejak senja kemarin karena merasa
tak dapat melihat apa yang terjadi terhadap suraunya yang
sedang disyukuri karena barunya, tidak disangka-sangka
surau itu menerima nasibnya yang berbahaya dan binasa.
Sedangnya di rumah, KHA. Dahlan kelihatan lesu lesah dan51
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
gelisah tidak dengan bicara beliau mengambil koper dan
pakaiannya kelihatan bersiap-siap meninggalkan rumahnya.
Nyai H. Dahlan terkejut dan bertanya: “Kyai, sampeyan
niku ajeng teng pundi ?” (Kyai itu hendak kemana?). “Hendak
pergi.” “Lho, kesah dateng pundi”. (Lho, pergi kemana?)
“Pergi ke luar Yogyakarta!” “E, la, kulo dos pundi?” (E, la,
saya bagaimana?) “La apa kamu mau turut ?” “La, ya, saya
turut!” “Ayo, lekas-lekas bersiap, nanti habis sembahyang
Shubuh terus berangkat.” Nyai H.A. Dahlan sibuk bersiap
membawa pakaiannya sekedar cukupnya saja, tak perlu
banyak-banyak.
Habis sembahyang Shubuh lalu panggil budaknya suruh
membawa kopernya menuju ke Stasion Tugu. Tetapi oleh
karena pada masa itu belum ada kendaraan yang keluar untuk
mengangkutnya, terpaksa Kiyai dan Nyai H.A. Dahlan
berjalan kaki dari Kauman ke Stasiun Tugu. Sudah tentu
saja perjalanan Kiyai harus mengikuti jalannya Nyai. Sampai
di Stasion, spoor yang dimaksud sudah meninggalkan Stasion.
Kyai dan Nyai duduk termenung menunggu kereta spoor
yang akan berangkat yang kemudian.
Keadaan di Rumah KHA. Dahlan
K.H. M. Shaleh, kakak ipar KHA. Dahlan yang rumah-
nya berdampingan, biasanya sembahyang Shubuh di surau
yang dihancurkan itu, tetapi karenanya maka beliau terpaksa
sembahyang Shubuh di Masjid Besar. Sepulang dari Masjid
melalui rumah KHA. Dahlan melihat pintu-pintu dan
jendelanya masih tertutup semuanya beliau menduga bahwa52
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
KHA. Dahlan meninggalkan rumahnya. Lalu memberi tahu
kepada istrinya Nyai H. Shaleh, bahwa KHA. Dahlan
dengan istrinya meninggalkan rumah. Nyai Shaleh terkejut,
lalu membuktikan bahwa keadaannya memang benar. Lalu
berteriak kepada suaminya supaya lekas-lekas disusul ke
Stasiun (Tugu) bersama, justru kebetulan ada kendaraan
lewat, lalu dihentikan untuk mengantarkan K.H. M. Shaleh
dan Nyai dengan pesan supaya cepat-cepat jalannya. Setelah
berdua di atas andong lalu kusir menyambuk kudanya, dan
andong berjalan dengan secepat mungkin. Setelah andong
sampai di muka Stasiun, lantas turun terus masuk ke Stasiun
melihat KHA. Dahlan dan Nyai masih duduk termenung
menunggu. Nyai H. Sahleh cepat-cepat menuju ke arah
adiknya terus memeluk adiknya dengan tersedu-sedu
mengajak kembali pulang ke kampung Kauman.
“Apa perlunya, Mbakyu, saya pulang? Sebab saya tidak
senang hidup di kota Yogyakarta, karena saya tidak merdeka
menjalankan agama yang sebenar-benarnya dalam kota ini.
Apalagi kalau saya melihat bangke Surau kita yang diobrak
abrik oleh penghianat-penghianat yang tidak mengenal
agama, yang sekarang bangke itu berserakan memenuhi
halaman surau dan rumah saya.”
“O, Allah, adikku, jangan kamu rasakan sangat-sangat
rasamu yang susah dan gelisah itu, aku yang akan membangun
suraumu dengan lebih baik dan lebih bagus daripada yang
sudah dihacurkan oleh penghianat itu. Adapun rasa
kesempitan menjalankan agama yang sebenar- benarnya itu
Allah subhanahu wa ta’ala yang akan memberi taufiq dan53
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
petunjuk kepadamu, janganlah berkecil hati. Insya Allah.
Ayuh mulih (ayo pulang).”
KHA. Dahlan merasa ridla hatinya didesak oleh
Mbakyunya dengan kata-kata tabah dan kesanggupan yang
gagah, pulanglah KHA. Dahlan dan Nyai dengan Mbakyu
dan kakak iparnya K.H. M. Shaleh. Alhamdulillah.
Tidak selang berapa hari Nyai H. Shaleh memerintah-
kan orang-orangnya untuk membersihkan halaman surau dan
rumah KHA. Dahlan, menyuruh bangunkan kembali
bangunan surau di tempat yang sudah seperti bangunan yang
dihancurkan oleh penghianat itu. Dan tidak berapa bulan
surau sudah berdiri kembali seperti yang sudah, hanya tidak
berkiblat seperti yang runtuh. Kemudian KHA. Dahlan
melanjutkan pengajarannya kepada santri-santrinya sebagai
sediakala.
KHA. Dahlan Pergi Haji yang Kedua Kalinya
Setelah kurang lebih dua tahun enam bulan KHA.
Dahlan melanjutkan mengajar di surau sebagai sediakala,
makin lanjut pengajarannya makin merasa kurang cukup
pengetahuan yang telah dimiliki dalam dadanya. Maka
terbayanglah dalam angan-angannya keadaan di negeri suci
Makkah Musyarrafah banyak ulama-ulama besar dari
berbagai bangsa yang mengajarkan rupa-rupa ilmu
pengetahuan yang sangat berguna bagi Agama Islam. Dari
bangsa Arab Makkah sendiri, bangsa Meshir, bangsa India
(Pakistan), bangsa Buchara dan lain-lain bangsa, pun bangsa
Indonesia banyak juga yang sudah lama mukim di Makkah54
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
untuk belajar dan mengajar sambil beribadat di Masjidil
Haram (tanah haram) yang sangat berarti bagi dunia Islam
di muka bumi Allah yang luas itu.
Pada tahun 1903 KHA. Dahlan berangkat ke Makkah
dengan membawa putranya Muhammad Siradj yang sedang
berumur 6 tahun. Pada tahun itu beliau dengan putranya
dapat mukim di negeri suci Makkah 18 bulan, satu setengah
tahun. Dan dapat berguru kepada beberapa guru spesialisten.
Dalam ilmu Fiqh berguru kepada Kiyai Machful Tremas,
Kiyai Muhtaram Banyumas, Syaikh Shaleh Bafadhal, Syaikh
Sa’id Jamani, Syaikh Sa’id Babusyel, Mufti Syafi’i dalam ilmu
Hadis. Kiyai Asy’ari Baweyan dalam ilmu Falq (Cakrawala).
Syaikh Ali Mishri Makkah dalam ilmu Qira’at.
Dalam masa 18 bulan di Makkah itu selain dapat
bertambah beberapa ilmu pengetahuan spesialisten yang
dipelajari bertambah pula kawan kawan dari bangsa Indo-
nesia yang semaksud. Seperti Syaikh Muhammad Khatib dari
Minangkabau, Kiyai Nawawi dari Bantan, Jawa Barat. Kiyai
Mas Abdullah Surabaya, Kiyai Faqih Maskumambang dari
Gresik dan lain sebagainya.
Sesudah selesai ibadah haji yang dalam 18 bulan di
Makkah itu KHA. Dahlan dan putranya Muhammad Siradj
lalu meninggalkan Makkah pulang ke tanah airnya.
Setibanya di tanah air, di rumah melanjutkan pengajaran
kepada murid-muridnya dan kaumnya di kampung dan
kampung tetangganya sebagai sediakala, malah ditambah
dengan menegakkan kombong (asrama untuk menerima
murid-murid dari luar kota dan luar daerah. Datang juga55
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
murid dari Pekalongan, dari Batang, dari Magelang, dari Solo
dan Semarang. Dari luar kota Yogyakarta, datang juga dari
Bantul, dari Srandakan, Brosot dan Kulon Progo. Lurah
pondoknya ada 2 orang, Muh Jalal Suyuti dari Magelang
dan Kyai Abdul Khaliq yang nama tuanya K.H. Abu ‘Amar
di Jamsaren Solo. Pondok yang ramai dan meriah dikunjungi
murid-murid dari luar kota dan daerah itu merupakan
kemajuan dalam dunia kekiyaian. Pun KHA. Dahlan
membukakan beberapa balagh kepada muridnya diantaranya
Balagh Ilmu Falaq (Cakrawala). Ilmu ini adalah salah satu
spesialitait-nya KHA. Dahlan yang paling populair di tanah
Jawa dan Madura pada waktu itu. Tetapi setelah KHA.
Dahlan membaca kitab-kitab berjiwa Tamaddun dari luar
negeri, diantaranya tafsir Qur’an Syaikh Muhammad
Abduh, Syaikh Jamaluddin al-Afgani, Imam Ghazali, Rasyid
Ridla, Thantawi Jauhari dan lain-lain sebagainya. Yang tentu
saja kitab-kitab itu tidak ditelaah dengan sepintas lalu tetapi
difahami dengan sesempurna-sempurnanya. Tetapi yang
dilahirkan menjadi perhatian, dari Imam Ghazali ayat dalam
Ihya Ulumuddin yang berbunyi: “Fasadur ra’iyati min fasadil
muluk, wa fasadul muluki min ulama-issuk”, yang
maksudnya, “Rusaknya rakyat adalah dari rusaknya para raja-
raja, dan rusaknya raja-raja itu dari ulama yang suuk (buruk)”.
Ayat ini setelah difikirkan dengan fikiran yang sehat, lalu
ditafsirkan dengan tafsiran keadaan masyarakat yang
realitasnya sudah bejat dan bobrok hukum halal haram sudah
lenyap, apa lagi wajib sunat sudah musnah. Tetapi para ulama
masih tega nongkrong di atas singgasana ulama shalih. Sifat56
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
suka lempar melempar diantara para ulama satu sama lain.
Pendek kata, mereka masih sama mengingkari kata Imam
Ghazali tersebut. Allahu Akbar.
Daripada Yang Mulia almarhum Asy-syaikh Muhammad
Abduh, ketemu satu kata kalimat yang sangat jitu, ialah “Al-
Islamu Muhajubun bil Muslimin” (Agama Islam itu tertutup
dengan orang Muslimin). Kalimat yang kecil ini memang
sungguh tepat sekali ditafsirkan dengan keadaan kaum
Muslimin Indonesia pada umumnya dan tanah Jawa pada
khususnya. Apalagi kalau ditambah dengan katanya: “Laisal
Islamu illa ismuhu, wa laisal Qura’nu illa rasmuhu”, yang
maksudnya, “Tiada agama Islam kecuali tinggal namanya, dan
tiada kitab Al-Qur’an kecuali tinggal tulisannya”.
Memang pada masa itu keadaan umat Islam, kaum
muslimin, sungguh amat menyedihkan, karena keadaan umat
Islam di Yogyakarta pada umumnya sangat dhoif dan jiwanya
diliputi rasa rendah diri, dan Islamnya memang sudah sejak
lama dicampuri dengan animisme yang sebesar besarnya.
Sehingga animisme itulah yang dipandang amalan Islam dan
ditambah takhayul dan khurafat, hanya sholat lima waktu
dan puasa yang masih merupakan sifat agama Islam yang asli.
Daripada pujangga Islam modern Syaikh Tonthowi
Jauhari terdapat kalimat dalam kitabnya “Al-Qur an wal
‘ulu mil shriyah” yang berbunyi Idza dlollatil ulamau wal
umaru anis-sawa-issabil, la jahtadil alimu almuta’allima”.
Yang maksudnya, apabila sudah sesat para ulama dan umara
(pemerintah) daripada jalan yang benar, maka tidak ada or-
ang alim dapat menunjukkan jalan yang benar kepada mu-57
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
rid-muridnya. Dari Tonthowi Jauhari ini dapat dimengerti
bahwa pokok sumber masyarakat itu baik dan buruknya
adalah dua golongan: para guru dan wakil-wakil pemerintah
yang menggembala rakyat.
Tentu saja KHA. Dahlan mentalaah kitab-kitab yang
bertamaddun itu tidak hanya itu saja, tetapi lazimnya tentu
banyak kitab-kitab yang mendorong jiwa beliau menjadi
hangat untuk bergerak. Tetapi sayang, pondoknya yang
sedang berkembang biak dan banyak santri-santri yang
datang dari luar daerah untuk turut mengikuti balagh yang
dibaca oleh beliau.
Pada tahun 1907, di kota Yogyakarta berdirilah suatu
persyarikatan Nasional yang memakai nama “Boedi
Oetomo”, tempat kedudukannya di Yogyakarta. Persyari-
katan ini dibangun dan dipimpin oleh Dr. Wahidin Sudiro
Husada, Yogyakarta. Dan diikuti para sarjana golongan yang
terpelajar, ialah para guru sekolah menengah Gouverment
Belanda, misalnya Kweekschool, Normaal School, Opleiding-
school OSVIA dan H.K. School. Diantara yang kami kenal
R. Budiharjo, R. Dwijosewoyo, R. Ngabei Sosrosugondo,
Pangeran Notodirejo Pakualaman, R.M. Gondoatmojo dan
lain-lain. Yang kami tidak kenal namanya semua itu duduk
sebagai Hoofd Bestuur Boedi Oetomo.
Maksud dan tujuannya dengan ringkas memajukan soal
onderwijs (pendidikan).
KHA. Dahlan sangat gembira mendengar bahwa di
Yogyakarta ada berdiri suatu persyarikatan yang menuju
kepada kemajuan Nasional. Tetapi beliau belum mendapat58
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
berita yang konkret kemajuan ke arah mana yang dimaksud.
Beliau ingin sekali akan mengetahui selanjutnya, tetapi sayang
terkecewa karena satu dari pada mereka para Pengurus Budi
Utomo seorangpun belum ada yang dikenal, sehingga
keinginan itu terhenti karenanya.
Alhamdulillah, Tuhan akan memberikan taufiq dan
hidayatnya kepada yang dikehendaki-Nya. Seorang yang
terdekat dengan ketua Boedi Oetomo (Dr. Sudiro Husodo)
sebagai pembantunya dalam pekerjaannya kedokteran, ialah
Sdr. Mas Joyosumarto. Beliau ini banyak kenalan dan famili
dari penghuni kampung Kauman, maka diharap oleh KHA.
Dahlan apabila meninjau famili di Kauman mampirlah di
rumah KHA. Dahlan.
Setelah harapan itu disampaikan kepada yang bersang-
kutan, Mas Joyosumarto terkejut dalam batinnya, ada apa
KHA. Dahlan mengharapkan kami, tentu hal yang sangat
penting. Mas Joyosumarto lalu memperlukan datang untuk
memenuhi harapan.
Pada hari Minggu bagi Mas Joyosumarto adalah hari
prey digunakan datang kepada KHA. Dahlan di rumahnya
yang kebetulan sedang senggang waktu. “Mari tuan, silahkan
duduk!” Demikian kata sambutan KHA. Dahlan sambil
bertanya, “Tuan dari mana?” “Saya Joyosumarto, dari
Dagen Yogyakarta.” “Wah, sudah lama kami harapkan bersua
dengan panjenengan. Alhamdulillah, dengan gembira dan suka
hati, panjenengan kersa rawuh di rumah kami.” “Inggih Kyai,
memang kami perlukan untuk memenuhi harapan Kyai. Ada
kepentingan apa yang dimaksud.”59
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
“Saudara Mas Joyo, saya mendengar berita yang didengar
oleh orang banyak, bahwa katanya di Yogyakarta ini sekarang
ada perkumpulan yang berdiri, namanya Boedi Oetomo yang
dibangun dan dipimpin oleh Sdr. Dr. SudiroHusodo, sedang
Sdr. Joyo seorang yang paling dekat dengan beliau, kami ingin
dapat peneranganan yang sejelas-jelasnya, tetapi karena kami
belum mengenal kepada para anggauta pengurus H.B. Boedi
Oetomo yang terdiri daripada orang-orang yang terpelajar
dan cerdik pandai. Sedang kami seorang yang asing daripada
mereka dalam pengetahuan dan mereka asing juga dari kami
tentang itu, apakah mungkin kami dapat berkenalan dengan
mereka dan sebaliknya mereka dengan kami?”
Bapak Joyosumarto dengan hati-hati menjawab
pertanyaan KHA. Dahlan yang agak panjang itu, dengan
jawaban yang menggembirakan; “Kyai, perkumpulan Boedi
Oetomo itu perkumpulannya bangsa kita, didirikan dan
dibangunkan oleh kita untuk memajukan bangsa kita
(Bumiputra). Jadi Kyai tak usah kecil hati, khawatir tidak
diterima untuk mengenal, apa pula sebagai Kyai tentu akan
diterima dengan gembira dan besar hati oleh mereka. Pendek
kata, nanti kami hubungkan (haturkan) lebih dahulu
hendaknya saling mengerti.” “Baik,” kata Kyai.
Pembicaraan dilangsungkan sampai memuaskan bagi
Kyai dan beliau merasa gembira besar hati, dan mengharap-
kan berita selanjutnya kepada Mas Joyosumarto. Kemudian
jam sudah menunjukkan jam 12.15, Mas Joyo minta diri,
Kyai pun mengucapkan terimakasih banyak. Di situlah
kelihatan sifat kaum santri yang rasa rendah diri terhadap60
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
golongan terpelajar yang lain.
Sejak KHA. Dahlan bertemu dengan Mas
Joyosumarto, selalu merenung-renung bagaimana cara akan
dapat mengambil faedah yang lebih besar daripada mereka.
Dan lebih berguna juga bagi mereka. Maka, selama
merenungkan memecahkan maksud yang terkandung dalam
hatinya itu KHA. Dahlan lantas kurang membuka kitabnya
di surau yang dihadapi murid-muridnya pada tiap waktu
yang ditentukan. Sehingga satu demi satu yang datang dari
luar daerah sama meninggalkan pondok dan suraunya, tinggal
murid-murid yang datang dari luar kota Yogyakarta. Apalagi
setelah menerima berita baik dari Bapak Joyosumarto, bahwa
para anggota Pengurus Boedi Oetomo dengan segala senang
hati akan menerima perkenalan seorang Kyai yang
terkemuka dari kampung Kauman, sehingga beliau diharap-
kan dapat datang di hari Sabtu malam Minggu dalam sidang
Pengurus yang akan diterima sebagai tamu yang luar biasa
untuk berkenalan saja.
Kemudian setelah ada waktu yang ditentukan oleh
Pengurus Boedi Oetomo, KHA. Dahlan pun memenuhi
ketentuan itu pada saat dan tempat yang telah dipastikan.
Pada pertemuan perkenalan ini diadakan di rumah ketua Mas
Dr. Sudiro Husodo di Ketandan Yogyakarta. Kedatangan
KHA. Dahlan dalam sidang Pengurus Boedi Oetomo ini
diterima dengan gembira dan segala senang hati sebagai kawan
sendiri yang lama tidak bersua. KHA. Dalan pun demikian
juga diterima dengan sikap yang ramah tamah dan meriah
itupun seolah-olah rasa ragu dan bimbang yang menimbulkan61
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
rasa malu dan cemas terhadap beliau-beliau itu lenyap dari
padanya. Bahkan dapat dimengerti bahwa jiwanya beliau-
beliau itu kebanyakan masih kelihatan utuh sebagai kaum
muslimin dalam pengakuannya.
Setelah dua tiga kali KHA. Dahlan menghadiri rapat
pengurus Boedi Oetomo, makin jelas dan makin terang akan
maksud dan tujuannya Boedi Oetomo dan tertarik karena
cocok dengan fikiran beliau, lalu mencetuskan rasa hatinya
menyeburkan dirinya menjadi anggota Boedi Oetomo, serta
sanggup memenuhi tugas yang dibebankan oleh Boedi
Oetomo sekedar kecakapannya.
Maka cetusan rasa hatinya itu diterima dengan baik dan
gembira, bahkan kalau tidak keberatan, turut serta duduk
di anggota Pengurus Boedi Oetomo. Beliau dapat pelajaran
cara membentuk persyarikatan dan menyusun anggota
pengurus-pengurusnya dan lain-lain yang bersangkutan
dengannya. Pun dapat pula memberikan penerangan Islam
dengan secara akliyah, ilmiyah dan naqliyah-nya dengan
bahasa Jawa, diwaktu sehabis rapat pengurus B.O. ditutup.
Jadi sifatnya sebagai ramah-tamah, tidak sebagai pelajaran.
Dengan demikian para pengurus B.O. dapat menerima
keterangan Islam malah agak mendalam, dengan wajar.
Setelah berjalan beberapa minggu penerangan Islam secara
sistim yang demikian itu dapat diterima dengan gembira dan
senang hati oleh para guru sekolah menengah Gouvernement.
Kemudian KHA. Dahlan mengajukan pertanyaan kepada
para guru-guru tersebut, adakah para guru sependapat
andaikata penerangan Islam sebagai ini diberikan kepada para62
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
siswa Kweekschool (yang dulu disebut Sekolah Raja) di Jetis
Yogyakarta? Para guru sependapat, itu soal yang sangat
mudah, karena menurut peraturan siswa sekolah, di sekolah
pemerintah itu boleh diberi pelajaran agama kalau para siswa
itu memang membutuhkannya. Tetapi tidak dapat
menentukan ikut sertanya kepada yang tidak membutuhkan
dan tidak boleh mengurangkan waktu pelajaran yang dinas
menjadi mata pelajaran dalam sekolah itu, tetapi kekuasaan
tentang itu, ada di tangan Hoofd Inspectuur.
“Demikian saja Kyai, besuk saya tanya kepada siswa siswa
yang ada di klas saya, adakah mereka itu suka menerima
pelajaran agama Islam secara sistim baru, kalau ada sebagian
yang suka, saya akan berunding dengan Hoofd Inspectuur.
Bilamana berhasil saya kasih kabar kepada Kyai.” Demikian
kata Raden Budiharja, Kepala Guru Sekolah Raja Yogyakarta.
KHA. Dahlan merasa gembira dan besar hati bergaul
dengan kawan-kawan para cerdik pandai, karena selalu dapat
bantuan moril dan tenaga untuk mencapai maksudnya, ialah
menyampaikan seruan agama kepada para siswa di sekolah-
sekolah menengah Gouvernement yang pada mulanya
dipandang sebagai kesukaran besar yang harus ditempuh.
Tetapi dengan usaha bantuan kawan-kawan tersebut semua
itu menjadi beban yang ringan.
KHA. Dahlan Membuka Sekolah Ibtidaiyah Diniyah
Islamiyah
Karena besar hasrat dan semangatnya KHA. Dahlan
yang sedang sibuk merencanakan program kerja, melaksana-63
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
kan pelajaran agama kepada para siswa sekolah menengah
Gouvernement, tetapi tidak lupa memikirkan nasibnya anak
anak santri Kauman yang masih sangat liar kepada pelajaran
secara sekolah. Walaupun tidak kurang sempit balai rumah
tangganya, namun sekolah itu dilaksanakan juga, sekalipun
dengan secara kecil yang tidak dapat menerima murid banyak.
Yaitu di ruang kamar tamu yang selebar ± 2,5 x 6 meter,
dengan kamar tamunya. Dengan tiga meja dan tiga bangku
sekolah yang terbuat dari kayu jati putih dari luar negeri,
yakni kayu bekas peti kain putih (muslim) serta satu papan
board dari kayu suren. Maklumlah, sekolahan itu
dilaksanakan oleh kekuatan tenaga dan fikiran serta bendanya
KHA. Dahlan tanpa sokongan orang lain, walaupun setengah
sen. Sekolahan itu muridnya terdiri dari pada anak keluarga
KHA. Dahlan sendiri, gurunya beliau sendiri juga. Murid-
murid terdiri sembilan orang anak pada permulaannya. Kalau
sudah tambah tiga orang murid, baru ditambah satu meja
dan satu bangku sekolah lagi. Sedikit demi sedikit berjalan
terus, menginjak bulan yang keenam murid sudah mendekati
bilangan 20 orang anak. Mulai bulan ketujuh sekolahan itu
dapat sumbangan guru umum dari Boedi Oetomo, terdiri
dari pada aspiran guru tamatan Kweekschool yang belum
menerima penetapan dari Gouvernement , dengan saling
berganti, diantaranya ada yang sebulan ada yang satu
setengah bulan paling lama ada yang dua bulan.
Sejak kelihatan bentuk sekolahan yang dipimpin KHA
Dahlan, beliau didakwa nyeleweng daripada Islam oleh para
penghuni kampung Kauman, terutama para saudara dan64
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
handai taulan yang sama beku fikirannya, karena hanya
mendengar pelajaran keseniannya made in Barat. Yaitu, yang
didengungkan oleh anak-anak yang kalimatnya berbunyi sol
la si do re mi fa sol dan seterusnya dan lain-lain ala Barat.
Dan kesenian santri Kauman, seperti Marhaban- marhaban,
jalil-jalil dan lagu-lagu burdah makin sunyi, terutama suara
anak menderas Al-Qur’an diwaktu pagi dan sore sudah tidak
terdengar lagi di telinga mereka yang jumud- jumud sampai
menuduh bahwa KHA. Dahlan sudah murtad, sudah Kristen
dan lain sebagainya. Bahkan, banyak diantaranya bekas mu-
rid mahasiswanya yang dahulu sangat percaya dan menghargai
pengajarannya sekarang sudah mengolok-olok dan
mencemoohkan.
KHA. Dahlan pun mengerti dan mengetahui siapakah
yang demikian itu, tetapi beliau senyum saja pada batinnya,
karena yang demikian itu memang sudah lazimnya tiap-tiap
orang berani bekerja membangun dan memperbaiki agama
Islam harus mendapat cacian olok-olokan dan malah
mungkin dikafirkan dari agama yang diperbaikinya. Yang
demikian itu tidak perlu dilayani dengan dibantah dan
dimurkai serta dibenci. Tetapi cukuplah dibiarkan dan
dilayani dengan tenang dan sabar, tentu mereka dengan
sendirinya akan mengerti dan insyaf di hari mendatang.
KHA. Dahlan tiap-tiap hari Minggu sejak pagi
dikerumuni para siswa sekolah Kweekschool yang diberi
pelajaran agama Islam pada tiap-tiap hari Sabtu sore. Siswa-
siswa mana bukan saja siswa yang terdiri dari anak-anak Is-
lam, tetapi anak Kristen, anak Katolik, anak Theosofi dan65
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
lain-lain ideologi yang bukan Islam. Mereka memang anak
cerdas otaknya, tidak dapat menerima keterangan-keterangan
yang belum atau tidak cocok dengan jalan akal fikirannya.
Memang KHA. Dahlan bermaksud yang demikian itu. Oleh
karenanya pada tiap hari Minggu merupakan Diskusi Agama
dengan para siswa Kweekschool di Yogyakarta.
Selama itu diantara siswa tersebut ada yang mengambil
perhatian keadaan di tempat itu, terlihat meja dan bangku
sekolah serta board-nya. Ia menyatakan kepada Kyai. “Kyai,
apakah di sini tempat sekolahan? Sekolahan apakah yang ada
di sini itu?” “O, Nak, ini Madrasah Ibtidaiyah Islam untuk
memberi pelajaran agama Islam dan pengetahuan umum, bagi
anak-anak kita kampung Kauman.” “Siapakah yang
memegang dan siapakah yang menjadi gurunya Kyai?” “Yang
memegang dan menjadi guru agamanya ya saya.”
“Apakah tidak lebih baik kalau sekolah itu dipegang oleh
Kyai sendiri, sebab itu tiap-tiap tahun harus naik kelasnya,
sampai beberapa kelas, yang dimaksud. Jadi seolah-olah
sekolahan itu milik Kyai sendiri, maka apabila Kyai meninggal
dunia ahli waris tidak mampu meneruskan terhentilah sekolah
itu. Sebagaimana pondok-pondok Kiyai bila Kiyainya telah
wafat lalu santrinya bubar. Maka dari itu, kami usul,
hendaknya sekolah itu dipegang oleh suatu organisasi hingga
dapat langsung selama-lamanya.”
KHA. Dahlan agaknya terharu mendengar kata-kata
seorang siswa itu, dengan perhatian menyambut, “Organisasi
itu apa?” “Organisasi itu suatu golongan manusia yang
semaksud dan teratur disusun sebagai suatu badan yang sah66
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
dengan izin pemerintah (gouvernement) Hindia Belanda,
umpamanya seperti perkumpulan Boedi Oetomo yang
sekarang sudah berdiri di Yogyakarta!” KHA. Dahlan
mengangguk-anguk mustaka-nya menunjukkan sangat haru
batinnya. Dengan menyatakan, “Itu baik sekali dan saya catat
dalam sanubariku dengan tinta emas.” Siswa yang
menyarankan itupun kelihatan gembira dan besar hati.
Memang demikianlah adat istiadat dan tabiat KHA. Dahlan,
sangat menghargai kata-kata yang bernilai walaupun dari
siapapun itu orang besar atau orang kecil yang kata-katanya
bernilai dan bermutu, juga dihargai sebagaimana mestinya.
Sejak itu KHA. Dahlan selalu merenungkan betapa akan
membentuk suatu badan perkumpulan, karena pandangan
beliau dengan melihat para pengurus Boedi Oetomo yang
terdiri daripada beberapa orang terpelajar, sedang di
sampingnya beliau tidak ada yang demikian itu. Tetapi hasrat
hendak melaksanakan persyarikatan itu sangat besar.
Sehingga keluar kata-kata dari renungan hatinya, meng-
gambarkan betapa bentuk dan sifatnya dari renungan
hatinya, menggambarkan betapa bentuk dan sifatnya
persyarikatan yang dapat meliputi kemajuan Islam yang
berarti dihadapan anak buahnya yang sering beramah tamah
dengan beliau secara kebetulan saja, dan tidak diundang.
Sebenarnya dengan secara demikian itu, tidak sekali dua
tetapi berkali-kali bila ada dua atau tiga orang yang datang
menghadapnya. Sehingga disarankan oleh mereka untuk
mencoba, selain dari itu yang ada pada sekarang ini,
ditambahkan dengan mereka para siswa dari Kweekschool67
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
yang agak besar dan cerdas otaknya supaya mendampingi
kita orang Kauman dalam pengurus persyarikatan yang kita
maksud itu. KHA. Dahlan menjawab, “Kamu sanggup ikut
serta duduk dalam pengurusnya perkumpulan itu?” Mereka
sama menjawab, “Insya Allah”. “Baiklah kita beristikharah,
mudah-mudahan dapat petunjuk daripada Allah yang Maha
Penyayang dan Pengasih.”
Kemudian daripada itu KHA. Dahlan lantas berunding
dengan Mas Budiharjo dan Raden Dwijosewoyo untuk
mempertimbangkan pendapat dari kawan-kawan dan
sementara pemuda yang dewasa dan bersedia membantunya
Hasil pertimbangannya, dua saudara cerdik pandai
tersebut di atas agak lain dengan pendapat-pendapat yang
dibawa dari rumah seperti berikut:
1. Anak murid Kweekschool tidak dapat ikut serta duduk
dalam pengurus perkumpulan karena dilarang oleh
Hoofd Inspectuur.
2. Calon pengurus supaya diambil dari orang-orang yang
sudah berusia jangan terlalu muda.
3. Nama perkumpulan apa.
4. Maksud dan tujuan apa.
5. Tempatnya di Yogyakarta
6. Untuk melaksanakan hal ini sampai beres, Boedi Oetomo
sanggup membantu moril dan tenaga, tetapi syarat-
syaratnya harus diminta oleh sedikitnya tujuh anggota
biasa Boedi Oetomo kepada H.B. Boedi Oetomo. Oleh
karena itu dari kita tujuh anggota masuk menjadi anggota
biasa Boedi Oetomo.68
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Kemudian daripada itu lalu diadakan pertemuan di
antara mereka yang sama turut memikirkan untuk
membicarakan nama perkumpulan itu apa. Dan tujuannya
serta siapakah yang suka masuk menjadi anggota biasa kepada
persyarikatan Boedi Oetomo.
Maklumlah memang pada masa itu belum seorangpun
yang turut memikirkan benar-benar tentang membentuk
badan organisasi yang mewujud suatu persyarikatan. Sedang
kalimat organisasi itu saja baru terkeluar pada saat itu,
apakah Organisasi itu sama sekali belum dapat dimengerti.
Jadi, mereka itu datang tidak bersifat berunding atau
musyawarah, tetapi bersifat mendengarkan cerita dari KHA.
Dahlan dan disambut dengan ya, ya, saja.
KHA. Dahlan menerangkan perihal nomor 2 di atas
dengan singkat seperti, “Tetapi soal nama, agaknya sudah
dikenang sejak lama. Yaitu Muhammadiyah, nama itu
memang diambil dari nama Nabi ikutan kita, Muhammad
saw. yang menjadi Nabi dan Rasul akhir zaman. Karena
kami ingin men-tafaul-kan nama itu dengan nama Nabi
Panutan (ikutan) kita, harapan kami mudah-mudahan
Muhammadiyah menjadi jamiah akhir zaman, sebagai Nabi
Muhammad dan Rasul akhir zaman. Adapun ditambah
dengan iyah nisbah, maksud kami hendaknya barang siapa
yang menjadi Anggota Muhammadiyah dapat menyesuaikan
diri dengan pribadinya Nabi Muhammad saw.” Demikianlah
kata KHA. Dahlan tentang soal nama Muhammadiyah.
Untuk melaksanakan syarat yang termasuk dalam nomor
6 di atas, dianjurkan kepada mereka yang sama hadir siapakah69
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
yang suka hati dengan ikhlas menyerbukan diri menjadi
anggota persyarikatan Boedi Oetomo, buat mengajukan
permintaan kepada H.B. Boedi Oetomo, buat mengusahakan
berdirinya persyarikatan Muhammadiyah dan mohonkan izin
Recht Persoon kepada Pemerintah Hindia Belanda.
Anjuran itu diterima oleh:
1. Sdr. R. Haji Syarkawi Kauman
2. Sdr. Haji Abdulgani Kauman
3. Sdr. H.M. Syoedja' Kauman
4. Sdr. H.M. Hisyam Kauman
5. Sdr. H.M. Fakhrudin Kauman
6. Sdr. H.M. Tamim Kauman
7. Sdr. K.H.A. Dahlan sendiri
Dengan nama 7 orang tersebut memajukan surat
permintaan kepada H.B. Boedi Oetomo untuk menjadi
anggota biasa Boedi Oetomo dengan membayar iuran tiap
bulan 0.25 gulden seorang. Setelah permintaan diterima dan
diberi tanda anggota dengan sah, lalu dari 7 anggota itu
memajukan permohonan kepada H.B. Boedi Oetomo untuk
mengusahakan permohonan izin (Recht Persoon) kepada
Pemerintah Hindia Belanda untuk berdirinya Persyarikatan
Muhammadiyah dengan maksud dan tujuan seperti
termaktub dalam Recht Persoon Muhammadiyah 18 Novem-
ber 1912 dan susunan pengurus yang pertama dan yang telah
diumumkan dalam Suara Muhammadiyah berulangkali.
(Sdr. pembaca yang terhormat. Menyimpang dari apa
yang termaktub diatas, perlu saya suntingkan disini sedikit70
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
riwayat jalannya surat permohonan kepada Pemerintah
Hindia Belanda yang dilakukan oleh H.B. Boedi Oetomo pada
masa itu. Maksudnya hendaklah sidang pembaca tahu atau
mengerti keadaan masyarakat manusia dimasa itu).
Setelah surat permohonan berdirinya Muhammadiyah
yang diketuai oleh KHA. Dahlan (Khatib Amin) sampai di
tangan Gubernuur General lalu dikirim kepada Resident di
Yogyakarta. Pada waktu itu istilah ketua persyarikatan
belum ada, dan yang digunakan adalah kata “President”. Dan
Resident Yogyakarta minta advis Sri Sultan Hamengku
Buwono VII. Melalui Rykbestuur der Yogyakarta ( Pepatih
Dalem Sri Sultan). Oleh karena surat permohonan itu
mengenai urusan gerak Agama Islam, maka dari Rykbestuur
der Yogyakarta diteruskan kepada Hoofd Panghulu H.M.
Khalil Kamaludiningrat untuk dibicarakan dalam sidang Raad
Agama Hukum Dalem Sri Sultan guna memberi advis. Tetapi
karena Hoofd Panghulu ada kesalahpahaman dan teringat
masalah 12 tahun yang lampau perihal kiblat surau, dan kata
“President” yang termaktub dalam surat permohonan
mendirikan persyarikatan Muhammadiyah, dikira sama
dengan “Resident”, menyebabkan Kiyai Hoofd Panghulu
segera mengadakan sidang sore itu juga jam 4.30 sore di
pendopo Pengulon.
Wajah Kiyai Hoofd Panghulu dengan cahaya muka
yang bersungut karena kekhilafan, memegang surat dari
Rykbestuur der Yogyakarta masuk ke pendopo Pangulon.
Setelah duduk di tempatnya, tanpa kata pembukaan
dan menerangkan maksud dan tujuan rapat kilat Raad Agama71
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Hukum Dalem itu, tetapi langsung mencetuskan rasa hatinya
yang khilaf dengan berkobar-kobar. Dan para anggota Raad
Agama Hukum Dalem diam. Akhirnya Kiyai Panghulu
menghabisi kemarahannya dengan berkata, “Bagaimana
kawan-kawan sekaliyan, apakah surat permohonan ini
disetujui atau tidak? Kalau disetujui siapa yang mau
menyutujui. Yang ditanya tidak ada satupun yang menjawab.
Kalau tidak ada satupun yang menjawab setuju, maka kami
tetapkan Raad Agama Hukum Dalem tidak setuju.
Bagaimana kawan?” Jawab sebagian dari pada anggota,
“Tersilah, kita mengikut.” Sesudah itu lalu surat permohonan
tersebut dikirim kembali kepada Rykbestuur der Yogyakarta
dengan diberi keputusan oleh Raad Agama Hukum Dalam,
tidak setuju dikabulkan.
Dalam pada itu diantara anggota Raad Agama Hukum
Dalem ada yang namanya termasuk di dalam surat
permohonan izin itu. Selama dia mendengar kata-kata Hoofd
Panghulu yang sangat marah itu, hatinya gentar dan pucat
cahaya mukanya karena ketakutan kalau-kalau ada akibat
yang mengenai pribadinya. Setelah bubaran dari rapat kilat
tersebut di atas, mereka lalu pulang dan segera membuat surat
kepada Rykbestuur der Yogyakarta yang isinya mohon keluar
dari anggota Muhammadiyah dan mohon dicabut ikut serta
menjadi Pengurus Muhammadiyah.
Setelah Rykbestuur menerima kembali surat
permohonan izin mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah
dari Hoofd Panghulu dengan advisnya yang tidak menyetujui
berdirinya Muhammadiyah. Dan menerima suratnya seorang72
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
khatib anggota Raad Agama Hukum Dalem yang mohon
keluar dari anggota Muhammadiyah dan mengundurkan diri
dari Pengurus Muhammadiyah, maka dapat mengertilah
Rykbestuur bahwa dalam rapat Raad Agama Hukum Dalem
di Pangulon ada heboh tentang soal permohonan izin
mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah.
Lalu Hoofd Panghulu dipanggil ke kantor Rykbestuur
di Danurejan untuk dimintai penjelasan apa sebabnya tidak
setuju mengkabulkan permohonan itu.
Setelah Hoofd Panghulu menghadap Rykbestuur di
kantornya, lalu diminta penjelasannya sebab-sebabnya tidak
menyetujui permohonan itu sebagai tersebut di atas.
Hoofd Panghulu menghaturkan jawabannya dengan
alasan yang keliru pemahamannya. “Haji Ahmad Dahlan
seorang Khatib, ia mohon jadi “Residen” perkumpulan
Muhammadiyah yang nanti ia akan menguasai orang-orang
Islam Muhammadiyah dan lantas orang-orang Kauman itu
dikuasai olehnya. Lantas bagaimana nanti orang Kauman
tidak menurut perintah kami dan perintahnya negeri.”
“Ooo Ki Panghulu. Jadi Ki Panghulu itu belum mengerti
artinya “Resident” dan “President”? Kalau demikian, sekarang
kami mengertikan bedanya Resident dengan President. Resi-
dent itu kepala negara seperti Kanjeng Tuan Resident yang
sekarang ada ini. Kalau President adalah kepala golongan,
umpamanya President Landraad atau President perkumpulan
Boedi Oetomo dan President Muhammadiyah. Cuma
memerintah di lingkungannya sendiri-sendiri dengan menurut
peraturan perkumpulan itu. Tidak akan menguasai orang73
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
yang ada di luar perkumpulan. Mengerti Ki Panghulu?
Sebenarnya kalau Persyarikatan Muhammadiyah itu malah
membantu pekerjaan Ki Panghulu dalam mengajarkan Agama
Islam dan pengetahuan lain kepada anak-anak santri di
Kauman yang diharapkan menjadi orang baik. Apa Ki
Panghulu sudah mengerti keterangan-keterangan saya tadi?
Jawab Ki Panghulu, “Yah, sudah mengerti Kanjeng”.
“Ya syukur Ki Panghulu! Sekarang lantas bagaimana masih
tetap tidak setuju atau dicabut?” “Yah, saya cabut saja lantas
diganti setuju.”
Sesudah surat tidak setuju diganti dengan surat setuju
oleh Kyai Panghulu, lalu surat itu dilangsungkan hunjuk
kepada Sri Sultan Hamengku Buwono VII, sesudah
diamandemen oleh Resident Yogyakarta. Sri Sultan memberi
izin berdirinya Perkumpulan Muhammadiyah hanya di
Yogyakarta saja.
Kemudian setelah diijinkan oleh Sri Sultan, surat
permohonan itu dikirim kembali kepada Gouvernor Gen-
eral di Batavia lewat Resident Yogyakarta.
Kemudian daripada itu, surat permohonan KHA.
Dahlan dan kawan-kawannya yang disusun dalam surat
permohonan mendirikan Persyarikatan Muhammdiyah
tersebut dikabulkan oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan
besluit, recht persoon, tanggal 18 November 1912 Miladiyah,
bersamaan dengan 8 Dzulhijjah tahun 1330 Hijriyah
berkedudukan di Yogyakarta. Surat izin tersebut dikirim
kepada si pemohon, Persyarikatan Muhammadiyah, dengan
melalui H.B. Boedi Oetomo Yogyakarta.74
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Setelah surat itu diterima oleh Muhammadiyah, tidak
selang beberapa hari lantas mengadakan rapat pengurus
Muhammadiyah yang pertama kali dengan mengundang
beberapa orang yang dipandang perlu diantaranya 2 orang
anggota pengurus Boedi Oetomo yakni Raden Dwijo-
soewoyo dan R. Budiharjo dan beberapa orang dari Kauman.
Rapat Pengurus itu untuk membicarakan bagaimana cara
kita akan memproklamirkan berdirinya Persyarikatan
Muhammadiyah kepada umum dan dimana tempat yang
paling baik pada waktu itu.
Setelah dibicarakan dengan semangat yang ramai
mengenai soal tempat, karena pada waktu itu belum ada
tempat yang tersedia untuk berkumpul orang banyak,
akhirnya Raden Dwijosewoyo memberi petunjuk, kalau
dapat disetujui, dimajukan usul hendaknya perkumpulan itu
diselenggarakan di Loodge Gebouw Malioboro dan beliau
sanggup menguruskannya, dan waktunya hari Sabtu malam
Minggu terakhir bulan Desember 1912. Rapat itu sebaiknya
dibikin undangan terbuka. Artinya yang tidak diundang juga
boleh datang.
Adapun yang diundang ialah para priyayi Pangreh Praja
baik Kasultanan maupun Governement, orang-orang yang
dikenal. Para pengurus diatur dengan berpakaian uniform
secara dahulu yang mirib akan jiwanya Muhammadiyah,
yaitu ketua KHA. Dahlan bersurban puteran bergamis dan
berjubah Hangguri Blau. Sedang pengurus yang sudah haji
bersurban biasa, berbaju hitam tutup dan bernyamping (kain
panjang) dan berterumpah. Bagi yang belum berhaji memakai75
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
destar, baju putih buka memakai dasi, berkain panjang, pakai
selop. Adapun pakaiannya tersilah masing- masing orang.
Rapat Undangan Terbuka Muhammadiyah yang
Pertama Kali
Pada hari Sabtu malam Minggu terakhir dalam bulan
Desember 1912 Miladiyah, Muhammadiyah mengadakan
rapat Undangan Terbuka untuk memproklamirkan
berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah, bertempat di
Gedung Loodge Gebouw Malioboro. Dengan mengundang
± 150 orang yang dipandang perlu seperti tersebut dalam
rencana di atas. Tetapi yang hadir lebih kurang 60–70,
termasuk yang tidak diundang.
Maklumlah memang kesadaran rakyat pada masa itu
belum merata, bahkan masih nyenyak tidurnya.
Rapat yang dipimpin oleh KHA. Dahlan dan dimulai
pada jam 8.30 dengan mengucapkan selamat datang dan banyak
terima kasih pada sekalian hadirin baik yang diundang maupun
yang tidak diundang, terutama para priyayi dan saudara-
saudara dari pengurus Boedi Oetomo yang telah membantu
tenaga dan moreel, selama Muhammadiyah memajukan
permohonan idzin kepada pemerintah Hindia Belanda yang
sampai berhasil. Dan menghaturkan beribu sembah nuwun
terhadap Sri Paduka Kanjeng Sultan Hamengku Buwono yang
menyetujui berdirinya Muhammadiyah di negeri Yogyakarta.
Mudah- mudahanlah Muhammdiyah dapat hidup subur dan
dapat mencapai kepada maksudnya. Amin. “Sekarang rapat
kami buka dengan mengucapkan al-Fatikhah.” Dok, suara76
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
ganden memukul meja pimpinan.
Lalu dipersilahkan Sdr Dwijosewoyo membacakan
surat idzin yang berupa Rechtpersoonlijkheid Muhammadiyah
dan Anggaran Dasarnya Persyarikatan Muhammadiyah yang
masih berbahasa Belanda serta diterjemahkan dengan bahasa
daerah (bahasa Jawa ), serta dengan penjelasannya, sehingga
dapat difahami oleh hadirin pada umumnya.
Sdr. Dwijosewoyo lalu tampil ke muka untuk
melaksanakan maksud itu dengan memulai membaca dalam
bahasa Belanda dan terjemahannya bahasa Jawa, serta
penjelasan-penjelasannya sampai memuaskan kepada hadirin
semua, satu dua orang yang memajukan pertanyaanpun
sudah diberi jawaban dengan memuaskan juga.
Pembacaan Rechtpersoon dengan terjemah dan
penjelasan-penjelasannya dengan jawaban pertanyaan kurang
lebih memakan tempo satu jam 30 menit.
Pimpinan mengucapkan terima kasih diperbanyak atas
pembacaan Rechtpersoon dengan segenap penjelasaanya, serta
jawaban-jawabannya terhadap kepada para yang memajukan
pertanyaan, sehingga dapat menambah penjelasan bagi
mereka yang masih kurang jelas.
Kemudian pimpinan mempersilahkan Kiyai Panghulu
Pakualam Haji Abdullah Siraj tampil ke muka untuk
membacakan doa kepada Allah swt. untuk kebahagiaan
Muhammadiyah dalam menjalankan pimpinan yang menuju
kepada maksud dan cita-citanya.
Kemudian K.H. Abdullah Siraj tampil ke muka,
sebelum mengucapkan doa beliau ingin menyambut akan77
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
lahirnya Muhammadiyah karena sangat terharu, dan mendoa
kepada Ilahi mudah-mudahan lahirnya Muhammadiyah
diberi usia yang panjang dalam bimbingan Tuhan serta
diperlindungi dan diberi petunjuk kepada jalan benar dan
lurus. Amin.
Pimpinan mengucapkan terima kasih banyak kepada
semua hadirin dan menutup rapat tersebut dengan membaca
Al-Fatikhah. Dok. suara hamer memukul meja pimpinan
tanda bubar. Pada jam 11.30.
Alhamdulillah rapat selesai dengan bahagia dan gembira
tidak terhalang suatu apa.
Sebenarnya kalau secara sistim sekarang, sesudah
Muhammadiyah diproklamirkan seperti tersebut di atas
lantas diumumkan kepada rakyat umum dengan surat
selebaran disertai dakwah, untuk menarik perhatian umum.
Tetapi pada waktu itu tidak atau belum ada pikiran yang
demikian itu. Jadi lahirnya Muhammadiyah di tengah-tengah
pusatnya kota Yogyakarta, seolah-olah laksana bayi lahir di
tengah masyarakat kampung, yang dihadiri oleh kawan
tetangganya yang dekat sehingga selesai dibungkus dengan
pakaiannya lalu tersilah kepada ibu bapanya bayi tersebut.
KHA. Dahlan Ibu–Bapak Muhammadiyah
Setelah lahir Muhammadiyah pada hari malam Minggu
akhir bulan Desember 1912 dengan selamat betapa besar hati
dan gembiranya KHA. Dahlan dengan semangat yang
menyala-nyala. Beliau berusaha terus-menerus menanamkan
benih ke-Islaman dimana-mana, bahkan tidak hanya mereka78
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
para siswa Kweekschool di Yogyakarta saja, melainkan kepada
siswa Normalschool di Purwosari Solo, Opleeding School di
Madiun, OSVIA Magelang dan H.K.S. di Purworejo,
dengan saling ganti kunjungannya diantara ada yang sekali
sebulan, ada dua kali dan ada yang dikunjungi oleh beliau
tiap-tiap hari Sabtu sore. Namun demikian beliau tidak
melengahkan memelihara Madrasah Ibtidaiyah Diniyah yang
ada di sampingnya, karena Madrasah itulah yang dibanggakan
untuk menimbun jurang perpecahan yang luas dan yang
dalam diantara kaum muslimin yang santri dan kaum
muslimin yang bukan santri. Sehingga timbul istilah yang
menjadi racun yang berbahaya bagi persatuan kaum muslimin
Indonesia pada seluruhnya dan di tanah Jawa pada khususnya.
Yaitu Muslim Mutihan dan Muslim Abangan. Yang Mus-
lim Mutihan, ialah kaum muslimin yang masih menjalankan
syariat Agama Islam, yakni Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa
Romadlon dan Haji. Golongan ini biasanya tidak banyak
menghiraukan adat istiadat masyarakat umumnya, sehingga
tertampaklah tingkah laku dan kata-katanya selalu janggal
kaku dan congkak terhadap golongan Abangan.
Sebaliknya golongan Abangan memandang golongan
Mutihan, sangat meremehkan, karena golongan Mutihan itu
tidak tahu adat istiadat, sopan santun, tata susila dan tata
negara, karena mereka tidak sekolah pengetahuan umum,
tetapi yang dipelajari soal doa untuk menghadapi panggilan
selamatan dan kenduri yang kesannya menghasilkan bargowo.
Demikianlah senjata perpecahan diantara dua golongan
kaum muslimin di Indonesia pada umumnya dan di tanah79
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Jawa pada khususnya diwaktu itu. Oleh karena itu dengan
kebijaksanaan KHA. Dahlan untuk menimbun jurang
perpisahan yang luas dan dalam itu, ditegakkan Madrasah
Ibtidaiyah Diniyah yang di situ diajarkan juga ilmu
pengetahuan.
Dengan terlaksananya sekolahan yang demikian itu,
akan bertemulah kedua golongan Mutihan dan Abangan
menjadi satu sama sama beruntung. Golongan Mutihan tidak
kehilangan agamanya, tetapi beruntung tambah luas ilmu
pengetahuan umumnya untuk menjadi sendi cara hidup
kehidupan yang lebih luas dan sempurna.
Sebaliknya, golongan Abangan tidak kekurangan
kepuasan akan menuntut pengetahuan Duniawi, malahan
bertambah keuntungan dapat mengetahui pengetahuan
agama Islam yang membawa ilmu pendidikan jasmani dan
ruhani (Iman tauhid kepada Allah swt.) dengan mengikuti
hukum Syariat agama Islam, ialah agama yang dipundi-pundi
oleh para leluhurnya bangsa Indonesia di zaman yang
lampau. Dengan bertumbuhnya sekolah-sekolah yang serupa
itu, dari bawah sampai dengan yang atas akan ratalah jurang
perpecahan diantara dua golongan tersebut, hapuslah istilah
Abangan dan Mutihan dari tengah-tengah masyarakat
Nasional Indonesia.
Maksud dan tujuan KHA. Dahlan mewujudkan
pendidikan yang teratur secara modern seperti tersebut di
atas pada prinsipnya ialah hendak melaksanakan umat yang
baik sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah swt. dalam
surat Ali Imran ayat 110. “Kuntum khoiro ummatin ukhrijat80
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
linnasi ta’muruna bil ma’rufi wa tanhauna ‘anil munkari
wa tu’minuna billahi, wa lau amana ahlul kitabi lakana
khoirullahum min humul mu’minuna wa akhtsaruhumul
fasiqun.” Maksudnya, keadaan kamu sekalian adalah sebaik-
baiknya umat yang dilahirkan untuk kepentingan manusia.
Perintahkanlah dengan perkara yang baik dan cegahlah akan
perbuatan yang mungkar dan percayalah kamu sekalian
dengan Allah. Kalau mereka orang kafir ahli kitab sama
percaya, sungguh ada akan lebih baik bagi mereka, dari pada
mereka sebagian ada yang mukmin, tetapi kebanyakan
daripada mereka sama berdosa.
Inilah i’tikat umat yang baik yang dimaksud oleh KHA.
Dahlan. Jadi beliau tidak mengangankan dengan Madrasah
(sekolahan)-nya akan membentuk ulama-ulama yang besar
cerdik pandai seperti yang telah ada pada masa itu, tetapi yang
diangankan ialah ulama dan cerdik pandai yang takwa kepada
Tuhan dan yang berguna kepada manusia dan masyarakat
Sudah tiga tahun Muhammadiyah dilahirkan di kota
Yogyakarta, tetapi belum dapat mempengaruhi kepada
penduduk di kota Yogyakarta pada umumnya dan pada
penduduk di kampung Kauman pada khususnya, karena
masih nyenyak dalam tidurnya, tenggelam dalam gelombang
penghidupan.
Penghidupan pada masa itu merupakan dua aliran, yaitu
pertama kepriyayen kasultanan dan kedua perdagangan. Bagi
orang-orang Kauman (kaum santri) banyak diantaranya
kedua-duanya aliran itu menjadi perhatian betul-betul.
Karena kedua-duanya memang menjadi pokok kemegahan81
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
hidup utama.
Dengan berlomba menuju ke arah hidup megah dan
utama itu sedikit demi sedikit dengan tidak terasa
mengakibatkan makin menjauh dari pada hukum Syariat
Agama Islam, baik di dalam ibadat maupun dalam muamalat
di antara manusia. Umpamanya, dalam shalatnya sering
meninggalkan waktu dan cepat sampai meninggalkan rukun
(tuma’ninah) sehingga hanya merupakan gambar shalat yang
tidak berkesan kebaikan akan kelakuannya. Demian pula
puasanya hanya membalikkan waktu, waktu siang dijadikan
malam dan waktu malam dijadikan siang. Artinya, kalau siang
tidur dan kalau malam mengobrol sampai dengan waktu
sahur dan terus sampai waktu subuh. Sehabis shalat subuh
tidur lagi sampai lepas tengah hari. Tetapi bagi mereka yang
berdagang batik mungkin jam 9 pagi sudah bangun untuk
melayani tamu-tamu yang berbelanja batik sampai lepas
tengah hari. Lantas kembali tidur lagi sampai waktu Asyar.
Sesudah shalat Asyar keluar pergi putar kayun dengan kereta
kuda besar yang sudah dipesan sambil belanja makanan dan
minuman di toko-toko yang dilalui untuk berbuka nanti.
Tetapi yang lebih megah, mereka memang sudah sedia kereta
yang mentereng dan kuda yang bagus dan tidak hanya untuk
puter kayun bulan puasa, tetapi sewaktu ada kehendak yang
dipandang megah untuk dipakainya.
Ibadat Haji
Bangsa Indonesia memang sejak zaman koloni Belanda
gemar pergi haji ke Makkah dan ziarah ke makam Nabi di82
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Medinah. Tidak dengan berdasar hukum agama atau memang
tidak mengetahui ilmu, syarat rukunnya ibadat yang
secukup-cukupnya. Sehingga apakah faham ibadat haji
kebanyakan mereka tidak tahu apa yang harus diperbuat,
selama mereka ada di tanah suci. Tetapi jamaah haji pada
masa itu umumnya baru sampai di Jeddah mereka sudah
mulai belanja pakaian, surban, kopyah, gamis sruwal Arab
dan lain-lain yang diinginkan. Kepentingan yang mengenai
ibadat hajinya kurang diperhatikan, malah ada banyak soal-
soal yang penting dalam ibadat haji yang tidak dapat
terlaksana karena kehabisan bekal, sebab sudah digunakan
untuk kepentingan pakaian lebih-lebih kalau sudah
menghadapi lebaran. Rupanya yang demikian itu boleh
diduga bahwa isi hatinya haji itu adalah Makkah dan pakaian
saja. Tentu mereka itu menyadari segi-seginya ibadat haji
yang sedalam-dalamnya, bahkan mungkin rukun Islam yang
lain masih dalam demikian juga.
Ziarah ke Makam Nabi
Memang sudah menjadi lazim bagi umat Islam segala
bangsa apabila mereka dapat kesempatan pergi haji ke tanah
suci Makkah mereka mesti merasa wajib pergi ziarah ke
Makam Nabi di Madinah. Karena itu memang sudah beratus
tahun menjadi tradisinya umat Islam sedunia yang pergi haji.
Sehingga sama merasa pergi haji ke Makkah dengan
memenuhi syarat hukum dan wajibnya tetapi tidak berkun-
jung ziarah ke makam Nabi di Madinah, maka tidak berarti-
lah hajinya itu, yakni jadi haji yang mardud (tidak diterima)83
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
bahkan terkeluar dari golongan umat Muhammad. Biasanya
para masyayikh memberangkatkan jamaahnya ada tiga
kelompok. Kelompok pertama bagi jamaah yang datang di
Makkah pada bulan Rajab, kalau cukup banyak, diberangkat-
kan pada bulan Rajab itu juga. Kalau datang bulan Ramadhan
dan awal bulan Syawal diberangkatkan bulan Dzulqaidah,
kalau datangnya lebih dari itu diberangkatkan setelah haji.
Oleh karena itu, walaupun pergi ke Madinah pada masa
itu sangat menderita kesukaran dan kesulitan dalam perja-
lanan 24 hari 24 malam dengan kafilah yang berbondong-
bondong 100, 200 bahkan 300 orang. Kafilah tiap gerombol
berjalan mulai habis sembahyang Dhuhur sampai Shubuh
melalui padang pasir dan naik turun gunung batu dalam jalan
yang sempit serta panas terik atau dingin yang sangat atis
dengan keamanan yang tidak terjamin di sepanjang jalan baik
siang maupun malam. Tiap-tiap rombongan kafilah itu ada
syaikh-nya masing-masing jamaah berkafilah-kafilah atau
wakilnya yang mengepalai perjalanan itu, sehingga jamaahnya
dalam kafilah itu jangan sampai terlalu menderita dalam
sesuatunya selama dalam perjalanan. Walaupun demikian
dijaga, tetapi karena memang dasar perjalanan itu memang
perjalanan yang sangat berat dan sangat musyaqat, maka tidak
sedikit orang yang meninggal dalam perjalanan itu.
KHA. Dahlan Melepaskan Senjata Kanonnya yang
Ditujukan Kepada Kaum Muslimin
Pada sekitar tahun 1906, KHA. Dahlan memproklamir-
kan Undang-Undang Dasar yang mengejutkan perasaan kaum84
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
muslimin pada umumnya, ialah ziarah kubur kufur, ziarah
kubur musyrik dan ziarah kubur haram.
Dengan peluru yang dilepaskan itu tepat mengenai
sasaran yang dimaksud sehingga kaum muslimin gempar
lebih-lebih para para alim ulamanya. Mereka dari jauh
mengatakan Haji Ahmad Dahlan sekarang sudah jadi orang
Mu’tazilah, sudah ingkar kepada sunnah Rasulullah, sudah
menjadi Wahabi dan lain-lain sebagainya.
KHA. Dahlan mendengar sambutan orang banyak yang
beraneka warna yang berupa tuduhan dan dakwaan atas
pribadinya itu, beliau terima dengan senyum tenang dan
sabar, karena beliau menginsyafi bahwa mereka memang
sungguh-sungguh belum sadar dari pada tidurnya yang
nyenyak itu. Buktinya, beliau telah membuka pintu kamar
tamunya untuk menerima barangsiapa saja di antara mereka
yang hendak menentang atau membantah soal ziarah kubur
yang dikufurkan, yang dimusyrikkan dan yang diharamkan
oleh beliau. Tetapi tidak ada seorangpun dari mereka yang
datang untuk menyatakan ketegesan (maksud) kedudukan
orang ziarah kubur menjadi kufur, orang ziarah kubur
menjadi musyrik dan ziarah kubur haram. Padahal faham
Islam pada umumnya ziarah kubur adalah sunnah.
Setelah mereka diberi penjelasan dengan dalil keadaan
kaum muslimin Indonesia pada umumnya dan kaum
muslimin di Yogyakarta serta kaum muslimin di Kauman
pada khususnya. Terutama kepada yang minta penjelasan
sendiri (kepada hatinya) bagaimana rasa yang terkandung
dalam hatinya diwaktu ziarah kuburnya para yang85
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
dipandang wali, keramat dan shalih dan bagaimana pula bila
berziarah kuburnya keluarga sendiri.
Dengan penjelasan-penjelasan ini sipeminta penjelasan
merasa puas dan menginsyafi bahwa soal ziarah kubur oleh
kaum muslimin pada umumnya sangat mesti mengandung
salah satu dari tiga anasir tersebut di atas atau malah mungkin
mengandung tiga-tiganya sama sekali.
Dengan datangnya beberapa orang yang minta ketegesan
soal ziarah kubur itu pada umumnya dan haji pada
khususnya, banyaklah sesungguhnya belum sama mengerti
tauhid suci murni khalis dan mukhlis. Bahkan masih banyak
terlihat orang-orang itu yang masih gemar memakai jimat-
jimat dan kemat-kemat untuk macam-macam maksud yang
baik dan maksud yang tidak baik.
Maka itu KHA. Dahlan merasa perlu giat berusaha
menanam bibit tauhid yang sesuci semurni-murninya kepada
para pemuda-pemuda di masa itu supaya dapat mempertum-
buhkan iman yang teguh bakuh serta kuat untuk mengamal-
kan amalan-amalan agama Islam baik yang mengenai
masyarakat dan yang mengenai akhirat.
Muhammadiyah Berkembang dan Bertumbuh
Pada tahun 1917 pertengahan bulan Maret, tiba-tiba
KHA. Dahlan memerintahkan kepada murid-muridnya
yang agak dewasa kurang lebih lima orang untuk
mempersiapkan perlengkapan sidang tahunan perkumpulan
Boedi Utomo di sekolahannya dengan murid 100 kursi satu
meja pimpinan, tempat yang lain disambung dengan bangku-86
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
bangku sekolah yang ada. Dan sediakala Thee dan setelah
istirahat diganti dengan kopi susu. Sidang tahunan B.O. itu
akan terjadi nanti pada hari Sabtu malam Minggu yang akan
datang ini. Dari sana akan dibawa satu podium (mimbar).
Oleh karena pada masa itu belum ada persewaan kursi
dan meja seperti sekarang, maka kursi-kursi itu hanya dapat
dipinjam dari tetangga sekitar rumah KHA. Dahlan sehingga
terdapat kursi bermacam-macam warna dan modelnya, tetapi
cukuplah untuk keperluan sidang tersebut.
Hari Sabtu malam Minggu yang telah ditentukan itu
berlangsunglah sidang tahunan Boedi Oetomo di sekolahan
Muhammadiyah tersebut dengan dikunjungi segenap anggota
dan tamu-tamu yang diundang dengan gembira dan meriah.
Tetapi penghuni kampung Kauman entah diundang atau
tidak, mereka hanya datang melihat dari luar gedung
sekolahan. Bahkan ada yang melihat itu dengan sembunyi-
sembunyi di tempat yang agak gelap karena malu- malu takut.
Adapun anak-anak yang disuruh menjadi pelayan
mereka turut duduk dalam gedung tetapi sebagai mustami’
saja yang tidak mengerti betul-betul apa yang diterangkan
oleh pembicara, karena pembicara banyak menggunakan
bahasa asing yang tidak dimengerti oleh mereka. Hanya
memandang lagak lagunya pembicara memang tangkas dan
bergas serta bagi mereka yang betul-betul mengerti.
Akhirnya rapat ditutup ± jam 12 dengan selamat dan
gembira, serta pimpinan mengucapkan terima kasih banyak
kepada hadirin sekalian dan memberikan selamat jalan.
Apakah sesungguhnya KHA. Dahlan dengan condong87
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
menerima sidang tahunan Boedi Oetomo di sekolahannya,
itu tidak seorangpun mengetahui maksudnya. Karena
memang tidak terbuka wajarnya.
Tidak selang berapa hari para muda yang disuruh
melayani sidang Boedi Oetomo berkumpulah mereka di
tempat yang biasa mereka itu berkumpul, ialah di rumah
sdr. H.M. Syoedja' Kauman. Diantaranya ada beberapa
saudara merenungkan apa yang telah terjadi dalam sidang
B.O. tersebut. Bukanlah itu merenungkan karena ingin akan
menjadi anggota B.O., tetapi yang direnungkan betapa indah
dan eloknya seumpama agama Islam itu dapat diterangkan
di muka orang banyak dan umum sebagaimana cara yang
dilakukan oleh B.O. itu, tentu dengan bahasa daerah (bahasa
Jawa), tentu akan lancar tersiarnya dan lebih mudah pula
dapat dimengerti dan difahami oleh khalayak ramai.
Cetusan renungan itu disambut oleh kawan-kawan
dengan persetujuan dan lalu menjadi pembicaraan diantara
kawan-kawan, yaitu H.M. Syoedja', H. Fakhrudin, H.M.
Tamimuddari, M. Ahmad Badar, H.M. Zaini Hasyim.
Cetusan itu menjelmakan suatu perkumpulan (pengajian)
yang diberi nama “Malam Djoem’ah” yang mempunyai
tujuan menyiarkan Agama Islam. Lima orang tersebut di
atas sebagai pelopornya mengeluarkan modal pertama untuk
membeli satu podium dengan syarat wujudnya mimbar
untuk rapat, sehingga tubuh bawahnya (kakinya) pembicara
tidak tampak. Maksudnya, karena peristiwa ini adalah suatu
kejadian yang baru dan memang belum pernah dialami oleh
kita sekalian kaum santri dimasa lampau. Kalau-kalau ada88
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
kejadian kakinya pembicara gemetar karena kewibawaan
orang banyak, supaya tidak dapat kelihatan. Karena
walaupun sudah dimaksud akan menumpahkan segala
kekuatan batin dan mencurahkan pikiran yang sebesar-
besarnya dengan didorong oleh kemauan yang besar dan
keberanian yang tebal, namun sebenarnya masih merupakan
satu latihan dalam taraf yang pertama.
Tidak dengan direncanakan dan tidak dengan
diumumkan orang banyak, apabila mimbar sudah selesai
dibuat, maka pada malam Jum’ah perkumpulan itu dimulai
membuka penyiarannya Agama Islam pada tiap-tiap malam
Jum’ah seterusnya. Memang tidak perlu direncanakan dan
diumumkan, karena tempatnya memang umum sudah
maklum.
Alhamdulillah, dengan berkat dan rahmat Allah swt.
serta taufiq dan hidayat-Nya pembukaan perkumpulan
Malam Jum’at yang pertama kali itu dapat sambutan dari
penghuni kampung Kauman dari dua jenis priya dan wanita
dengan memuaskan, sehingga hadirin tidak mementingkan
tempat duduk biar berdiri serta bersesak tidak apa asal
melihat pembicara dan mendengarkan bicaranya.
Pembukaan pengajian yang pertama itu sudah
menunjukkan gejala-gejala yang menggembirakan. Karena
walaupun dalam pengajaran agama itu diterangkan hanya
rukun Islam lima, rukun Iman enam dengan sekedar
penjelasan yang seperlunya menurut pelajaran ilmu fiqih
yang telah diketahui dalam pengajian yang sudah dialami.
Keterangan Agama dengan bahasa Jawa itu ternyata benar89
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
sangat dihajatkan oleh umum, teristimewa umum boleh
mengajukan apa yang kurang dimengerti dan pembicara akan
memberi penjelasan seperlunya sehingga si penanya dapat
menginsafi sewajarnya.
Setelah berjalan dua-tiga kali, pengajian Malam Djum’ah
itu kelihatan giat pertumbuhannya. Diserukanlah kepada
hadirin hendaknya masing-masing membawa kursi sendiri-
sendiri dan dibawa pulang sendiri-sendiri, karena di sini tidak
ada kuli yang mengambil dan mengembalikaan kursi itu. Seruan
itu pada umumnya diterima tetapi harus diubah redaksinya,
yaitu “Tiap saudara-saudara yang hendak mengikuti pengajian
Malam Djum’at harus membeli sebuah kursi untuk pengajian
itu dengan harga 3,25 gulden dengan franco ke tempat, dan
kursi itu menjadi milik Pengajian Malam Djum’at. Siapa yang
hendak membeli kursi itu, hendaklah menyerahkan uang
harganya kepada sdr. H.M. Syoedja'.
Usul perubahan ini disetujui oleh mereka dengan
serentak. Dan kemudian yang sudah membawa uang lalu
menyerahkan dan yang belum bersedia boleh didaftar
namanya. Pada malam itu terkumpul jumlah uang untuk 12
kursi = 39 gulden. Yang lain boleh menyusul dan menyerah-
kan langsung kepada sdr. H.M. Syoedja'. Alhamdulillah,
dengan persetujuan itu kursi tiap hari makin bertambah
sehingga mencukupi keperluan Pengajian Malam Djoem’ah.
Pengacau Pengajian Malam Djoem’ah
Berjalan dua bulan Pengajian Malam Djoem’ah, datang
berhadir dalam pengajian itu seorang alim yang lain kwaliteit90
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
jiwanya turut duduk mendengarkan pengajian itu sampai
pembicara menerima pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh hadirin yang bersangkutan dengan apa yang diterang-
kan oleh pembicara. Dan pertanyaan-pertanyaan itu sudah
selesai dijawab, tiba-tiba pengacau yang alim menyodorkan
pertanyaan yang luar dari apa yang diterangkan oleh pem-
bicara dengan tenang dan sabar, pada waktu itu pembicara
sdr. H.M. Fakhrudin almarhum. Tetapi oleh karena
pertanyaan itu di luar pembicarannya, sesungguhnya
cukuplah ditolak saja. Tetapi karena sdr. H.M. Fakhrudin
ingin tahu apa yang disodorkan itu, maka dipersilahkan alim
itu melahirkan pertanyaannya. Alim memajukan pertanyaan,
“Kiblat ummat Islam Indonesia pada umumnya dan ummat
Islam di tanah Jawa ke arah mana? Ke arah Jihatul qiblat
atau harus ke arah Ainul jihatul qiblat?”
Drs. H.M. Fakhrudin menjawab, “Oleh karena
pertanyaan itu menyimpang dari apa yang telah kami
terangkan tadi, tetapi karena soalnya bersangkut paut dengan
agama, baiklah pertanyaan itu akan kami jawab juga dengan
semestinya, tetapi karena waktunya sudah tidak mengizin-
kan, maka insya Allah pertanyaan itu akan kami jawab nanti
pada malam Jum’at yang akan datang dengan jawaban yang
tepat mengenai soalnya.
Oleh karena itu saudara-saudara hadirin sekalian kami
harapkan pada Pengajian Malam Djum’ah yang akan datang
jangan berhalangan hadir, bahkan besar harapan kami
hendaknya saudara membawa kawan-kawan yang belum
pernah datang dalam Pengajian Malam Djum’ah yang amat91
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
penting ini. Tentu saudara akan puas mendengar jawaban
kami tentang soal kiblat sholat kita sehari-hari. Lalu pengajian
disudahi dengan bacaan al-Fatikhah. Pengajian lalu bubar
pada jam 11.30 dengan selamat.
Pengacau itu sesungguhnya satu-satunya murid KHA.
Dahlan termasuk yang dikasih-sayangi sejak dewasa sampai
orang tua, tetapi pada jiwanya jauh beda dengan gurunya.
Pertanyaan yang disodorkan itu sesungguhnya si penanya
bukan belum atau tidak tahu, tetapi malah sudah mengetahui
barang sedalam-dalam nya, karena masalah qiblat itu telah
mengalami sejarah perjuangan yang menggemparkan umat
Islam di Yogyakarta pada 20 tahun yang lampau (1897) yang
mengakibatkan surau KHA. Dahlan yang baru saja selesai
dibangun dengan biaya ribuan rupiyah (gulden) dibongkar
dengan cara sewenang-wenang dan pergolakan berkiblat
sembah yang di Masjid Besar di Yogyakarta sampai hantam-
hantaman.
Sekarang pada masa perkembangan Muhammadiyah,
masalah yang sudah lapuk kawuk akan diungkat-ungkat lagi
untuk menanam fitnah dalam masyarakat yang dibangun.
Subhanallah. Tetapi kita tetap percaya bahwa Allah swt.
menyertai kita dengan mencurahkan taufiq dan hidayat-Nya.
Allah humma amin.
Pada Pengajian Malam Jum’at yang telah dijanjikan akan
menjawab soal Kiblat dari si penanya, kunjungan hadirin
sampai meluar luap yang di dalam sebagian duduk dan sebagian
lagi berdiri, karena akan mendengarkan betapa jawabnya si
pembicara terhadap penanya tentang hal kiblat tersebut.92
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Setelah acara Pengajian Malam Jum’at yang dilancarkan
oleh Sdr. M. Ahmad Badar dan sdr. H. Hadi (dahulu belum
ditambah Kusumo), lalu istirahat sekedar lima menit untuk
menenangkan suasana. Lalu sdr. H. Fakhrudin tampil ke
mimbar, disambut dengan suara orang banyak yang
gemuruh: “haaa”.
“Assalamu’alaikum. w. w. Saudara-saudara sebelum
kami menjawab pertanyaan tentang soal qiblat, lebih dahulu
kami menerangkan, bahwa sesungguhnya pertanyaan itu,
menurut peraturan Pengajian Malam Jum’at tidak perlu
kami layani (kami jawab), karena pada Pengajian Malam
Jum’at yang lalu kami tidak menerangkan soal kiblat. Tetapi
karena kiblat termasuk juga dalam syaratnya sholat, kami
memandang perlu soal itu kami jawab denga secara singkat.
Kiblatnya umat Islam Indonesia pada umumnya, dan
kiblatnya umat Islam di Yogyakarta pada khususnya dalam
sholatnya, sama dengan kiblat umat Islam sedunia dari segala
bangsa sama satu kiblat, yaitu Ka’bah (Baitullah) yang berdiri
tegak di tengah-tengah Masjidil Haram di Makkah. Bagi
mereka yang di dalam Masjid Haram menuju ke Ka’bah,
yang ada jauh cukup menghadap ke Masjid Haram. Dan
bagi yang lebih jauh lagi cukuplah menghadapkan ke Makkah
yang di dalamnya Ka’bah ada di situ. Sekian.”
Jawaban yang disambut oleh orang banyak dengan
tepuk tangan yang gemuruh dengan rasa hati yang puas
terhadap jawaban itu.
Dengan mengucap syukur Alhamdulilllah, Pengajian
Malam Jum’at sejak dapat menjawab soal kiblat, perkem-93
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
bangan Muhammadiyah tampak tambah lancar kemajuan-
nya, tidak saja di tempat Pengajian Malam Jum’at di Kauman,
tetapi di kampung-kampung lain. Umpamanya, di kampung
Ngupasan dibangun kelompok Sumarah Allah, di kampung
Suronatan dan Notoprajan didirikan Thoharatul Qulub dan
lain-lain kampung, seolah-olah sebagai tumbuhnya cendawan
di musim hujan yang berinduk kepada Pengajian Malam
Jum’at di Kauman dan guru-gurunya pun dari situ juga.
Para pembangun pengajian di kampung-kampung itu
terdiri dari pada penghuni kampung itu sendiri yang sama
mengikuti Pengajian Malam Jum’at di Kauman. Adapun
jalannya pengajian di kampung-kampung itu dilakukan pada
tiap malam selain malam Jum’at.
Dalam Pengajian Malam Jum’at itu sesungguhnya tidak
hanya diselenggarakan pengajian saja, tetapi seringkali sehabis
pengajian lalu disambung dengan ramah tamah, sambil
memikirkan bagaimana dapat mengamalkan amalan- amalan
Islam yang terlahir dalam masyarakat ramai, baik yang
mengenai jasmani maupun yang mengenai ruhani. Yang pada
masa lampau orang tidak gembira mengamalkan amalan Is-
lam walaupun diperintahkan oleh agamanya. Umpamanya:
1. Timbulnya penyiaran agama dengan para mubalighin
dan mubalighat.
2. Penyiaran agama Islam dengan cara perpustakaan dengan
menjelmakan Taman Pustaka.
3. Timbulnya pertolongan Umum dengan Penolong
Kesengsaraan Umum terhadap orang miskin dan anak
yatim penderita yang sengsara.94
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Karena bangkitnya kemauan hendak berusaha
melaksanakan perintah agama yang tercantum dalam kitab
Al-Qur’an dan seruan Nabi Besar Muhammad saw. itu
timbullah dari jiwa yang suci murni penuh semangat yang
menyala-nyala disertai rasa hati yang gembira untuk
mengamalkannya.
Maka menjelmanya tiga tujuan tersebut di atas seolah-
olah yang sudah merupakan badan organisasi sendiri-sendiri,
dengan menyusun Ketua, Penulis dan Bagian Keuangan serta
Pembantu-pembantunya dan masing masing berusaha
mencari penyokong sendiri-sendiri untuk membelanjai tugas
amalannya.
Alhamdulillah, munculnya tiga bidang tujuan yang suci
itu walaupun masih merupakan bidang yang di luar dari pada
organisasi Muhammadiyah, tetapi cukuplah mendapat
sambutan hangat dari penghuni kampung-kampung itu
dengan kesadarannya mereka suka menjadi donatirnya
dengan memberikan sokongannya tiap-tiap bulan kepada
badan bidang-bidang tersebut.
Dengan kegiatan yang menggembirakan para pengurus
bidang-bidang tersebut dan kesadaran para penyokong atau
donatir yang tidak pernah menunggak iurannya, walaupun
tidak begitu besar seperti yang diharapkan, tetapi dapatlah
untuk melaksanakan yang dimaksud oleh bidang masing-
masing, walaupun dengan cara yang sangat sederhana.
Umpamanya:
1. Pada penyiaran agama dengan secara tabligh sudah
melangkahkan kakinya keluar kota dengan bantuan95
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
kawan-kawan yang memiliki sepeda untuk melancarkan
Penyiaran Agama.
2. Demikian juga penyiaran agama dengan secara
perpustakaan dapat dimulai dengan sederhana ialah
dengan selebaran, buletin, kepada orang-orang yang
minta dan orang yang dipandang perlu.
3. Bagi Penolong Kesengsaraan Umum, juga mulai dengan
menolong orang kampung yang kematian keluarganya
yang terlantar dengan mencukupi kepentingan mayatnya
yang terlantar sampai dikebumikan.
Walaupun sesungguhnya perkerjaan tiga bidang itu
kalau dinilai belum berarti kepada masyarakat, tetapi karena
kesungguhan usaha itu kelihatan giatnya semangat dan tepat
menuju maksudnya, maka para penyokong bertambah
kesadarannya yang luar biasa bila ada seruan daripada
pengurus bidang-bidang tersebut. Dengan kegiatan para
pengurus di bidang-bidang itu merupakan suasana baru, yaitu
mondar-mandirnya para loper penarik iuran donasi dari
masing-masing bidang kepada para donatirnya sendiri dan
lalu diserahkan kepada bidang-bidang yang bersangkutan.
Perkembangan itu berjalan satu tahun, kelihatan gejala
gejalanya makin menjadi-jadi, sehingga timbullah fikiran baru
daripada tokoh-tokoh bidang tersebut, kalau keadaan
demikian itu dibiarkan dikhawatirkan akan timbul persa-
ingan di antara satu sama lain yang akibatnya menjadi
perpecahan. Fikiran yang timbul dari tokoh-tokoh itu lalu
dipertemukan akhirnya menjadi perundingan konkrit untuk96
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
menjaga keselamatan dan kebaikan serta keberesan
keseluruhannya baiklah bidang-bidang yang bertumbuh dan
berkembang itu dan ditambah bidang pengajaran yang
dipegang oleh sdr. H. Hisyam diusulkan kepada Hoofd Bestuur
(H.B.). Muhammadiyah hendaknya dimasukkan dalam
organisasi Muhammadiyah sehingga usaha itu dapat hidup
langsung dalam lingkungan dalam lingkungan H.B. Muham-
madiyah, disusun dan diatur oleh H.B. Muhammadiyah
Alhamdulillah perundingan itu dapat persetujuan secara
bulat aklamasi, lalu diajukan usul kepada H.B. Muham-
madiyah atas nama empat orang yang sama memegang
peranan dalam empat bidang yang sedang bertumbuh dan
berkembang tersebut di atas. Diantaranya tokoh-tokoh juga
anggota H.B. Muhammadiyah. Oleh karenanya usul itu
setelah dibicarakan dalam sidang H.B. Muhammadiyah juga
lantas diterima dengan baik dan suara bulat. Dan ditentukan
pula waktu peresmiannya masuknya bidang-bidang itu dalam
organisasi Muhammadiayah pada tanggal 17 malam 18 bulan
Juni 1921 di Pendopo Pengajian Malam Jum’at di Kauman
dengan diselenggarakan Sidang Anggota Muhammadiyah
Istimewa, untuk melantik pengurus bidang- bidang tersebut
dan bidang-bidang itu lalu diganti nama dengan nama
Bahagian daripada H.B. Muhammadiyah.
Hari Malam yang Mengandung Berkat daripada
Allah dan Hari yang Bersejarah Bagi Muhammadiyah
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, telah berlangsung Rapat
Anggota Muhammadiyah Istimewa pada tanggal 17 malam97
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
18 Juni 1920 yang dihadiri oleh lebih kurang 200 anggota
dan simpatisan yang diundang.
Rapat dipimpin oleh Yang Mulia KHA. Dahlan
sendiri. Lebih dahulu pimpinan mengucapkan salam,
“Assalamu’alaikum wa rohmatu Allahi wa barokatuh. Kepada
para hadirin dan banyak terima kasih atas kedatangan para
hadirin dan mudah-mudahan Allah menerimanya.”
Rapat dimulai tepat jam 9 dengan membaca surah Al-
Fatikhah, lalu diterangkan acara penting yang akan
dibicarakan dalam sidang anggota yang istimewa malam ini,
ialah masuknya bidang-bidang yang bertumbuh dan
berkembang di sekitar kita tetapi di luar organisasi Muham-
madiyah oleh karena itu H.B. Muhammadiyah sudah
merencanakan bahwa masuknya bidang-bidang tersebut
diterima dan diberi tempat kedudukan sebagai bahagian dari
H.B. Muhammadiyah dengan nama:
1. Hoofd Bestuur Muhammadiyah Bahagian Sekolahan,
diketuai oleh Sdr. H.M. Hisyam.
2. Hoofd Bestuur Muhammadiyah Bahagian Tabligh
diketuai oleh Sdr. H.M. Fakhrudin.
3. Hoofd Bestuur Muhammadiyah bahagian Penolong
Kesengsaraan Oemoem diketuai oleh Sdr. H.M. Syoedja’
4. Hoofd Bestuur Muhammadiyah Bahagian Taman
Pustaka diketuai oleh Sdr. H.M. Mokhtar.
Maka oleh fihak pimpinan rencana itu diajukan tawaran
kepada rapat anggota tersebut dan oleh rapat tawaran itu
dapat disambut dan serta diterima dengan aklamasi dan98
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
gembira. Selanjutnya para Ketua Bahagiannya akan dilantik
(tetapi tidak disumpah) oleh fihak pimpinan, hanya diminta
kesetiaannya akan sampai kemana satu-satunya Kepala
Bahagian akan memimpin usahanya Bahagiannya. Pertama
kali ditanya oleh fihak pimpinan ialah sdr. H.M. Hisyam
sebagai Ketua Bahagian Sekolahan (Pengajaran) sampai
kemana Bahagian Sekolahan akan membangun sekolah
sekolahnya? Sdr. H.M. Hisyam menjawab dengan suci murni
dan hati-hati dengan menyatakan bahwa, “Saya akan
membawa kawan-kawan kita pengurus Bahagian Sekolahan
berusaha memajukan pendidikan dan pengajaran sampai dapat
menegakkan Gedung Universiteit Muhammadiyah yang
megah untuk mencetak sarjana-sarjana Islam dan Mahaguru
Muhammadiyah pada khususnya guna kepentingan umat
Islam pada umumnya dan Muhammadiyah pada khususnya.
Jawaban ini dapat sambutan dari fihak pimpinan dengan
ucapan Alhamdulillah dan diikuti dengan suara sidang yang
meriah dan gemuruh dengan suara bersama alhamdulillahi
rabbil ‘alamin.
Kedua, Sdr. H. Fakhrudin tampil ke muka untuk
dilantik dan diminta pernyataannya oleh fihak Pimpinan,
sampai kemanakah Bahagian Tabligh hendak berusaha
melaksanakan cita-citanya? Jawab Sdr. Fakhrudin sebagai
Ketua Bahagian Tabligh, hendak mengembangkan Agama
Islam dengan jalan bertabligh sampai dapat membangun
surau- surau dan langgar-langgar serta masjid-masjid yang
belum ada untuk tempat pengajian dan ibadat untuk ummat
Islam setempat. Dan menyelenggarakan Madrasah99
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Mubalighin serta membina pondok luhur yang modern
untuk mencetak ulama-ulama yang ulung lagi modern untuk
membimbing ummat yang terpelajar, sehingga cahaya Islam
memancar menerangi semesta alam. Seketika itu pimpinan
tersenyum manis dikala mendengar jawaban Sdr. H.M.
Fakhrudin sebagai Ketua Bahagian Tabligh yang
menunjukkan kegagahan dan ketabahan hati yang didorong
semangat yang menyala-nyala untuk mempelopori gerak
Muhammadiyah dalam Bahagian Tabligh. Pimpinan
mengucapkan Alhamdulillah, mudah-mudahan Allah
memberi taufiq dan hidayat kepada Bahagian Tabligh,
disambut oleh sidang dengan tepuk tangan yang bertalu-talu
dengan suara gemuruh tanda setuju dan sefaham.
Ketiga, Sdr. H.M. Mokhtar sebagai Ketua Bahagian
Taman Pustaka maju ke muka untuk dilantik dan diminta
pernyataannya oleh pimpinan. Sampai ke mana Bahagian
Taman Pustaka hendak berusaha menuju kepada maksud dan
cita-citanya?
Sdr. Mokhtar menjawab dengan tegas, bahwa H.B.
Muhammadiyah Bahagian Taman Pustaka akan bersungguh-
sungguh berusaha menyiarkan Agama Islam yang secara
Muhammadiyah kepada umum, yaitu dengan selebaran cuma-
cuma atau dengan Majalah bulanan berkala atau tengah
bulanan, baik yang dengan cuma-cuma maupun dengan
berlangganan dan dengan buku Agama Islam baik yang
prodeo tanpa beli maupun dijual yang sedapat mungkin
dengan harga murah. Dan majalah-majalah dan buku-buku
selebaran yang diterbitkan oleh Taman Pustaka harus yang100
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
mengandung pelajaran dan pendidikan Islam dan ditulis
dengan tulisan dan bahasa yang dimengerti oleh yang
dimaksud. Taman Pustaka pun hendak membangun dan
membina gedung Taman Pustaka (taman pembacaan) untuk
umum di mana-mana tempat dipandang perlu. Taman
Pembacaan itu tidak hanya menyediakan buku-buku yang
mengandung pelajaran Islam saja, tetapi juga disediakan
buku-buku yang berfaedah dengan membawa ilmu
pengetahuan yang berguna bagi kemajuan masyarakat bangsa
dan negara yang tidak bertentangan kepada agama terutama
agama Islam jawaban ini pun tidak kurang penting dan
seremnya dari jawaban Bahagian yang lain. Dan disambut
oleh fihak pimpinan dengan gembira dan diharapkan mudah-
mudahan Allah mencurahkan taufiq dan hidayat-Nya kepada
Bahagian Pustaka sampailah kepada cita-citanya. Pun
disambut pula dengan tepuk tangan dari sidang dengan riuh
dan meriah.
Keempat, sebagai lantikan dan pernyataan yang terakhir
Sdr. H.M. Syoedja' sebagai Ketua Bahagian Penolong
Kesengsaraan Oemoem tampil ke muka untuk dilantik dan
minta pernyataannya, akan sampai kemana hendak
melaksanakan pertolongannya kepada umum? Jawabnya,
“Hendak membangun hospital untuk menolong kepada
umum yang menderita sakit”.
Jawaban H.M. Syoedja' ini agak menggemparkan
fikiran hadirin karena terlalu besar yang akan dibangun dan
tidak seimbang dengan kemampuan si penjawab di masa itu
sehingga mereka tertawa berbahak-bahak seolah-olah101
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
mengherankan. Tetapi fihak pimpinan KHA. Dahlan tetap
tenang dan bijaksana tidak ikut serta tertawa dengan orang
banyak, bahkan beliau memberi isyarat dengan tangannya
supaya hadirin tenang.
“Dan selain daripada itu hendak membangun apa pula?”
Sdr. H.M. Syoedja' menjawab, “Hendak membangun
Armhuis.” Orang banyak tidak tertawa seperti yang sudah
melainkan tenang dan diam seribu bahasa, karena mereka
agaknya masih merasa asing dalam bahasa itu. Sehingga
pimpinan merasa perlu menanya apa artinya bahasa Armhuis
itu? Jawabnya, “Menurut kata orang, Armhuis artinya adalah
Rumah Miskin.”
Orang banyak tertawa lagi dengan serentak seolah-olah
mereka berfikir kembali membayangkan jawaban yang
semula, tetapi Yang Mulia KHA. Dahlan tetap tenang dan
berisyarat menenangkan tertawa yang riuh rendah.
Kemudian pimpinan bertanya lagi, hendak membangun
apa lagi? Jawabnya, hendak membangun Weeshuis.
“Haa, ada pula kata-kata yang aneh lagi.”
Apakah kata Weeshuis itu? Jawabnya, Weeshuis itu
artinya Rumah yatim. Orang banyak akan tertawa lagi
bahkan ada yang terlanjur berkata, “Itu kan pekerjaan
pemerintah, apakah Muhammadiyah akan menjadi
pemerintah?” Tetapi pimpinan Y.M. KHA. Dahlan tetap
tenang dan memberi isyarat supaya sidang tenang. Lalu
mengucapkan terima kasih dan membaca Alhamdulillah serta
bersyukur kehadapan Allah yang Maha Tinggi dan Maha
Murah dan mendoakan mudah-mudahan segala apa yang102
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
keluar dari ucapan yang suci dan murni dari Ketua-Ketua
H.B. Muhammadiyah Bahagian tadi mendapat bimbingan
serta taufiq dan hidayat daripada Allah swt. untuk kelancaran
terlaksananya maksud dan tujuan tersebut. Amin.
Jam 12 malam rapat akan ditutup dengan selamat. Perlu
diutarakan di sini, bahwa sebelumnya Sdr. H.M. Syoedja'
minta idzin kepada Pimpinan hendak bicara sebentar dan
permintaan itu oleh Pimpinan dikabulkan. Maka dengan
segera Sdr. H.M. Syoedja' mulai bicara sebagai berikut.
“Pimpinan Yang Mulia dan Saudara sekalian yang
terhormat. Assalamu’alaikum warohmatu Allahi wa
barokatuh. Sungguh, sangat menyesal dan keciwa hati saya,
ketika saya mendengar sambutan atas jawaban saya terhadap
pimpinan sidang dengan gelak ketawa yang mengandung isi
seolah-olah melemahkan semangat jiwa saya yang penuh
keyakinan atas dasar pengetahuan (ilmu yaqin) daripada
ajaran Agama Islam yang sumbernya kitab suci Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul Muhammad saw.
Dalam Al-Qur’an dapat kita lihat masih tercantum
Surat Al-Ma’un dengan ayat dan lengkap tidak sehurufpun
yang kurang sekalipun berubah, arti dan maknanya pun tetap
sejak turun diwahyukan oleh Allah sampai kini tetap juga.
Meskipun kitab suci Al-Qur’an sudah berabad-abad dan
surat Al-Ma’un menjadi bacaan sehari-hari dalam sembahyang
oleh umat Islam Indonesia pada umumnya dan di Yogyakarta
pada khususnya, namun sampai kini belum ada seorang dari
umat Islam yang mengambil perhatian akan intisarinya yang
sangat penting itu untuk diamalkan dalam masyarakat.103
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Banyak orang-orang di luar Islam (bukan orang Islam)
yang sudah berbuat menyelenggarakan rumah-rumah Panti
Asuhan untuk memelihara mereka si fakir miskin dan kanak-
kanak Yatim yang terlantar dengan cara sebaik- baiknya hanya
karena terdorong dari rasa kemanusiaan saja, tidak kerna
merasa bertanggung jawab dalam masyarakat dan tanggung
jawab di sisi Allah kelak di hari kemudian.
Kalau mereka dapat berbuat karena berdasarkan
kemanusiaan saja, maka saya heran sekali kalau umat Islam
tidak dapat berbuat. Padahal agama Islam adalah agama untuk
manusia bukan untuk khalayak yang lain. Apakah kita bukan
manusia? Kalau mereka dapat berbuat kena apakah kita tidak
dapat berbuat? Hum rijalu wa nahnu rijal. (mereka manusia
kitapun manusia).
Saudara-saudara yang terhormat dan yang tertawa,
rupanya saudara-saudara itu masih belum yakin percaya
kepada Allah swt. dan belum yakin percaya kepada kitab-
Nya, sehingga saya bercita-cita akan membangun Hospital,
Rumah Miskin dan Rumah Yatim saja, seolah-olah mustahil
akan dapat terlaksana, karena Saudara pandang ketiadaan
kemampuan kita diwaktu sekarang ini, sehingga cita-cita kita
Saudara pandang sangat melampaui batas. Allah Ta’ala tidak
memerintahkan kepada kita hamba-Nya sesuatu yang bukan
bakatnya walau pun soal yang sekecil-kecilnya. Tetapi Allah
ta’ala memerintahkan kepada kita sesuatu yang kita dapat
meleksanakan walaupun soal yang besar dan berat.
Saudara-saudara, kita telah membangun Persyarikatan
Muhammadiyah untuk mentaati perintah-perintah Islam yang104
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
bersumber kitab Al-Qur’an. Taatilah dengan sungguh-
sungguh menurut petunjuk dan sunnah Rasullullah serta
dengan kepercayaaan yang yakin dan penuh semangat yang
giat.”
Demikian sekedar penjelasan dari Sdr H.M. Syoedja’
sebelum rapat ditutup. Sebab sesungguhnya beliau merasa
kecewa dan heran ketika mendengar gelak ketawa dari sidang
yang mengandung ejekan, karena merasa dikejutkan oleh
jawabannya kepada pimpinan yang serba besar dan muluk-
muluk seperti hendak membangun Hospital, arm huize dan
wees huize .
Sebenarnya Sdr. H.M. Syoedja' memang mempunyai
keyakinan dengan pasti, bahwa segala apa yang dijawabkan
dalam sidang itu sungguh-sungguh akan dapat terlaksana.
Jawaban beliau itu bukan atas dasar kesombongan dan
keyakinan yang pasti, itu bukan pula atas dasar perhitungan
akal fikiran yang tepat menurut ilmiah, melainkan keyakinan
yang pasti itu timbul dari kepercayaan yang penuh dan kuat
akan perintah-perintah serta janji Allah Ta’ala dalam Al-
Qur an dan Sunnah Rasul yang menjadi petunjuknya.
Dalam Al-Qur an Allah Ta’ala telah berfirman dalam
Surat Muhammad (47) ayat 7, yang artinya “Hai orang-
orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah,
niscaya Allah akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu:
Pula dalam surat Al-Ankabut (29) ayat 69, yang artinya:
“Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan
Allah, benar-benar akan Allah tunjukkan kepada mereka105
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik.”
“Sekianlah tambahan keterangan pernyataan saya
kepada pimpinan yang disambut dengan gelak ketawa oleh
sidang ini malam, mudah-mudahanlah tambahan keterangan
saya itu dapat menambah kesadaran Saudara sekalian adanya.
Wassalamu’alaikum w.w. Terima kasih.”
Demikian sekelumit uraian yang menggambarkan
jalannya persidangan pada hari tanggal tersebut di atas yang
menghasilkan keputusan yang sangat besar faedahnya dan
bersejarah bagi Persyarikatan Muhammadiyah yang tidak
dapat dilupakan oleh segenap anggauta Muhammadiyah lelaki
dan wanita yang ada di masa ini dan masa yang akan datang.
Muhammadiyah Bertambah Pesat Pertumbuhannya
dan Lancar Perkembangannya
Sejak H.B. Muhammadiyah meresmikan empat
Bahagian dengan nama dan kedudukan sebagai pertama, H.B.
Muhammadiyah Bahagian Sekolah (Pengajaran); kedua, H.B.
Muhammadiyah Bahagian Tabligh; ketiga, H.B. Muham-
madiyah Bahagian Penolong Kesengsaraan Oemoem dan
keempat, H.B. Muhammadiyah Bahagian Taman Poestaka.
Maka tampak sekali giatnya semangat para pengurus H.B.
Bahagian-Bahagian itu melancarkan perkembangan tugasnya
dalam Bahagian masing-masing. Dengan berjiwa fastabikul
khairat , dan tidak saling berebut, mereka sama sibuk
mengatur tempat kantornya dan segala perlengkapan untuk
bekerja dan rapat-rapat pengurus Bahagian masing-masing106
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
dan sibuk pula mereka sama menyusun qaidahnya untuk
dipermaklumkan kepada umum, untuk mendapat perhatian
menjadi anggota pembantu (donatir) kepada bidangnya
masing-masing.
Alhamdulillah, dengan berkat usaha yang bersemangat
giat itu hasilnya juga memuaskan, sehingga meriahlah gerak
Muhammadiyah di kampung Kauman yang seolah-olah
merupakan suasana baru. Buq’atun Mubarokatun. Pengajian
Malam Jum’at yang dipimpin oleh H.B. Muhammadiyah
makin ramai dan makin meriah, karena pengajian itu
mewujudkan sistim baru yang sangat mudah dimengerti dan
mudah pula dipersoaljawabkan dan segala soal dapat dijawab
dengan terang dan jelas sehingga si penanya dapat menerima
jawaban dengan puas dan merasa untung ikut serta
menghadiri pengajian Muhammadiyah pada tiap-tiap Malam
Jum’at itu.
Memang adanya Pengajian Malam Jum’at dalam
Muhammadiyah itu laksana memiliki sumber agung yang
mempunyai mata air yang jernih suci murni serta mengandung
zat obat yang sangat mujarab bagi barang manusia yang suka
minum dengan menyebut nama Allah, Bismillahi arrohmani
arrohim. Niscayalah manusia itu jadi sehat afiat dari segala
penyakit yang bersarang dalam tubuh pribadinya. Baik penyakit
yang mengenai Ruhani (jiwa), karena sumber agung (Pengajian
Malam Jum’at) itu memberikan pelajaran agama Islam yang
asli, ialah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi dengan suci dan ikhlas
hati, sepi ing pamrih rame ing gawe, hanya melulu
menyampaikan Risalah Tuhan dan mengikuti jejak Nabi.107
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Dengan meluasnya Pengajian Malam Jum’at yang
diperkembangkan oleh murid-murid Malam Jum’at yang
terpaku hatinya dengan keterangan gurunya dari Hadis
“Ballighu anni walau ayah” di kampung sekitar kampung
Kauman. Maka pengurus H.B. Muhammadiyah Bahagian
Tabligh merasa perlu menggembleng murid-murid Malam
Jum’at yang sanggup menjadi Muballigh untuk dilepaskan
sebagai anak panah guna menyampaikan Agama Islam di
kampung-kampung dan dusun-dusun yang menghajatkan
pelajaran Islam secara Muhammadiyah. Maka ternyatalah
murid-murid yang sanggup menjadi anak panah H.B.
Muhammadiyah Bahagian Tabligh menjadi orang yang cerdas
otaknya, tangkas dan jelas kata-katanya serta tabah hati karena
iman dan keyakinannya. Sehingga mereka dapat julukan
Mubaligh yang cêlêlêng, takat (tahan banting) menghadapi
segala kesulitan dan rintangan. Dengan kesibukan H.B.
Muhammadiyah menyusun barisan Muballighnya yang
dikirim ke kampung-kampung dan ke dusun-dusun itu
sangat mempengaruhi jiwa yang berbudi dermawan sehingga
mereka ridha menyumbangkan kendaraannya buat para
Muballigh yang menunaikan tugasnya baik yang berupa
sepeda maupun kereta kuda atau kalau perlu motornya.
Karena ternyata hasil usahanya menimbulkan amalan Islam
yang menggembirakan kepada masyarakat pada umumnya
dan kaum muslimin pada khususnya. Umpamanya, dengan
adanya madrasah-madrasah dan sekolahan Muhammadiyah
di kampung Kauman dan kampung-kampung sekitarnya itu
sudah menghasilkan yang besar sekali bagi mereka yang108
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
mempunyai anak yang biasanya hanya dimanjakan dengan
kemewahan belanjanya pada tiap hari untuk bekal main-main
dengan kawan. Dan bagi mereka yang tidak mampu anaknya
menjadi gedibal-nya (suruhan) anak-anak yang sama
dimanjakan. Maka dengan sekolahan dan madrasah yang
dibina Muhammadiyah, kaum muslimin tentu merasa
untung besar, sebab selain daripada kepandaian anaknya,
maka ibu dan ayahnya tidak terganggu kerewelan dan
keborosan belanja anaknya dan usaha ekonominya lebih
tentram dan sempurna tidak sebagaimana yang sudah-sudah
terjadi tiap hari. Oleh karenanya bagi mereka yang
menginsyafi tidak sayang lagi akan memberikan tunjangan
yang sebanyak mungkin kepada Muhammadiyah.
Dalam kesibukan H.B. Muhammadiyah Bahagian
Tabligh memperkembangkan tugasnya yang sangat meriah
itu, H.B. Muhammadiyah Bahagian yang lain juga tidak mau
ketinggalan, tetapi ikut serta pula memperkembangkan
tugasnya masing-masing, sebagai fastabiqul khoirot, menuju
ke bidangnya masing-masing. Dengan gerak bersama ini
merupakan perubahan-perubahan suasana baru di kampung
Kauman menjadi kampung yang hidup, yang ramai dan
meriah di waktu siang dan di waktu malam. Di waktu malam
mereka para pengurus H.B. Muhammadiyah Bahagian
masing-masing, sedang di hari siangnya untuk melaksanakan
keputusan sidangnya masing-masing juga.
Pada masa itu H.B. Muhammadiyah banyak terlantar
pekerjaannya karena anggota pengurusnya sama mengikuti
gerak perkembangan dalam Bahagian-Bahagian yang sedang109
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
asyik usahanya. Dan masih banyak pemuda harapan yang
masih di luar dari Muhammadiyah. Oleh karena itu Y.M.
KHA. Dahlan bekerja keras serta dengan menggunakan segala
kebijaksanaannya untuk menampung dan menghimpun
pemuda-pemuda tersebut dengan jalan lain, tidak ditampung
untuk menjadi pengurus Bahagian yang telah resmi dalam
Muhammadiyah. Karena pemuda-pemuda yang akan ditam-
pung itu salah duga terhadap KHA. Dahlan, bahwa diundang
untuk berkumpul itu tentu akan dimurkai atas perbuatannya
yang bertentangan dengan Muhammadiyah. Oleh karenanya
10 pemuda yang diundang itu, hanya empat sampai lima
orang yang datang. Tetapi walaupun demikian KHA. Dahlan
tidak menunjukkan rasa kecewa terhadap lima orang yang
datang tersebut, tetapi tetap gembira dan ramah-tamah,
dengan bersenda gurau dan berhati-hati sehingga tidak
menyinggung perasaan sedikitpun. Bahkan dengan senda-
gurau serta ramah-tamah KHA. Dahlan mengeluarkan uang-
nya untuk membeli kue yang paling lezat buatan Yogyakarta
untuk dimakan bersama dalam ramah-tamah tersebut. Peris-
tiwa demikian berulang kali pada tiap-tiap hari Jum’ah
sehingga terdapatlah pemuda-pemuda yang dimaksud dan
tertawan hatinya yang menjadi tulang punggungnya nanti.
Barulah KHA. Dahlan membuka rahasia tujuannya dan
golongan pemuda itu dinamakan Fathul Asror wa Miftahus
Sa’adah yang dipimpin dan digembleng serta digodog oleh
KHA. Dahlan sendiri sehingga yang matang godogan-nya
dapatlah mereka itu digunakan tenaga dan kekuatannya baik
moril maupun materialnya untuk Muhammadiyah yang110
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
sebaik-baiknya. Adapun yang mentah (gagal) tetap mentah
dan hidup di luar Muhammadiyah.
KHA. Dahlan Menggembleng Kaum Wanita
Memang sejak lama beliau itu sudah menggembleng
kaum wanita, sebab kaum wanita itu pada umumnya kurang
pengetahuannya dalam soal agama terutama ibadah sholat
lima waktu, karena kebiasaannya kaum wanita kurang mem-
pelajari, sehingga sholatnya hanya merupakan perbuatan adat
istiadat masyarakat kaum santri sehingga tertampaklah
sholatnya tidak memperhatikan syarat rukun yang harus
dipenuhi. Padahal sholat adalah suatu amalan ibadah yang
paling pokok menjadi sumbernya segala amalan baik bagi
umat Islam dengan ujian yang terutama dihari kiamat nanti.
Apabila amal sholatnya lima waktu lulus dan menang dalam
ujian, maka segala amal kebaikannyapun dapat diterima
dengan sebaik-baiknya. Tetapi bilamana amal sholatnya gagal
dalam ujian, maka segala amal baiknya hanyut tanpa jadi.
Oleh karena itu memang sejak lama itu rumah beliau
merupakan mushola bagi kaum wanita yang dipimpin dan
diimami sendiri oleh beliau dengan bertabir kain kelambu
di antara imam dan makmum yang kelihatan gerak geriknya
imam tetapi tidak terang. Dan setelah selesai sembahyang
Shubuh dengan wiridnya lalu dilanjutkan dengan pengajian
wanita sampai jam tujuh.
Inilah kaum wanita yang pada mulanya tidak berkudung
(kerudung) tetapi setelah menerima wejangan dan gem-
blengan dari Y.M. KHA. Dahlan dengan serempak mereka111
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
ikhlas hati melepaskan perhiasan mereka yang di atas
kepalanya lalu diganti dengan menutup aurat kepalanya sehe-
lai kudung kain yang putih karena menunaikan kewajiban
atas agamanya dan taqwa kepada Allah swt. walaupun mereka
belum kesempatan menjalankan ibadah haji. Bahkan, bukan
saja mereka suka penutup aurat kepalanya, tetapi ber-khumur
dengan kain pelangi atau kain molas (kain sutra yang disulam
dengan benang sutra) khusus buat pakaian diluar pakaian
bagi kaum wanita, bilamana mereka itu keluar dari
rumahnya. Demikian sedikit demi sedikit corak ragam
muslimat yang mulanya terbuka pakaiannya dapat ditutup
karena agamanya dengan cara yang baik dan rapih.
Menembus Benteng yang Tinggi dan Kuat
Walaupun Muhammadiyah sudah tegak berdiri di
tengah-tengahnya kota Yogyakarta, negeri timbulnya
Muhammadiyah bahkan terletak di pusat kampungnya kaum
Muslimin, ialah kampung Kauman, namun demikian masih
banyak juga orang Kauman yang jumud pikiran dan masih
gemar menghidupsuburkan adat istiadat kuna dengan gugon
tuhon-nya yang tidak ada asalnya dari peraturan Agama Is-
lam, tetapi naluri warisan dari kakek moyangnya yang jahil
murakab itu dengan menghambur-hamburkan uang dan
tenaga untuk melaksanakan aneka warna selametan tinggalan
dari orang tua-tuanya di masa lampau (wajad na aba ana
wa laukana aba ahum la ya’qiluna syai’an), karena ternyata
bahwa mereka itu tidak pernah kelihatan kunjung dalam
Pengajian Malam Jum’ah yang diselenggarakan oleh H.B.112
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Muhammadiyah Bahagian Tabligh. Terhadap mereka yang
demikian itu, KHA. Dahlan sangat rajin berkunjung kepada
mereka dengan cara yang halus dan berhati-hati sampai
dapatlah persetujuan bulat dan nyata, bahwa pengajian akan
terbuka di salah satu tempat atau rumah yang dipandang
perlu daripada rumah mereka yang mengandung kewibawaan
terhadap calon-calon murid baru yang telah lama mendaftar-
kan hendak ikut serta mengaji di situ. Tentu saja murid-
murid baru itu tidak terdiri dari murid-murid yang telah
doyan pengajian di Malam Jum’ah.
Dengan begitu, berarti benteng yang tinggi dan kuat
sudah jebol dan runtuh remuk hancur tanpa bangkai. Maka
terlaksana pengajian itu mula pertama sekali tiap-tiap minggu
jatuh pada hari Kamis mulai jam 7 sampai 8 pagi, di rumah
A berjalan satu bulan pindah ke B yang ingin ketempatan
pengajian itu dan sanggup akan mengundang tetangganya
yang boleh diharapkan hasilnya. Tetapi yang berketempatan
pada hari Kamis mempertahankan jangan dipindah.
Perundingan para murid dan guru diputuskan dari pengajian
ditambah pada tiap-tiap hari Senin. Jamnya sama dan
muridnya juga sama.
Setelah ternyata agaknya pengajian itu semakin menjadi
berkembang, maka untuk menguatkan tegaknya pengajian itu
baiknya diorganisir, yakni dibentuk pengurus pengajiannya
itu, untuk memelihara dan memajukan jalannya pengajian
sehingga pengajian itu dapat membuahkan amal jariyah yang
kekal tak akan putus pahalanya bagi mereka yang beramal.
Kemudian terbentuklah organisasi pengajian itu yang113
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
terdiri dari para murid yang muhlisin yang berjiwa
dermawan. Pengurus yang terpilih diantaranya Haji Bilal,
Haji Ibrahim, Haji Mas’ud dan lain-lainnya yang dapat
melayani bekerja dan berunding dengan tiga orang tersebut.
Maka organisasi pengajian itu dinamai “Thoharatul Qulub”.
Daripada kegiatan-kegiatan KHA. Dahlan yang sudah
berusia tinggi itu masih saja berusaha membentuk badan-
badan organisasi pengajian untuk menguatkan Muham-
madiyah terutama di Yogyakarta. Umpamanya organisasi
pengajian yang dinamakan Jamiatul Aba’, Jamiatul Ummahat
dan lain-lain yang semuanya diberi tugas pembangunan
masing-masing apa yang disanggupi, apakah surau, sekolah,
atau balai pengajian yang termasuk dalam organisasi pengajian
agar jangan lalu terhenti dengan begitu saja.
Demikianlah KHA. Dahlan bekerja giat dan bersema-
ngat mempertumbuhkan jiwa Muhammadiyah kepada
penghuni-penghuni kampung yang masih dihinggapi
penyakit gugon tuhon dan animisme atau adat-istiadat kuno
yang sudah bobrok, dengan tidak mau mengenal capek dan
payah, sehingga bila sudah merasa sakit, barulah beliau
beristirahat, tidak keluar dari rumah dalam beberapa hari.
Namun, tidak henti juga karena banyak soal-soal yang datang
mohon penjelasan juga kepada beliau. Pun tamu masih
diterima juga kalau beliau tidak sedang tidur.
Sopo Tresno
Sopo Tresno adalah suatu nama dari perkumpulan
kaum wanita dewasa yang dipimpin oleh KHA. Dahlan dari114
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
penghuni wanita di kampung Kauman Yogyakarta yang telah
digodok dari sumber agung sampai setengah matang. Kum-
pulan itulah yang dibebani tugas untuk berkhidmat kepada
anak-anak yang terlantar pendidikan dan pengajarannya
karena kesukaran hidup orang tuanya, hendaknya anak-anak
yang demikian itu disekolahkan oleh Sopo Tresno dengan
sekurang-kurangnya membelanjai bayaran sekolah dan alat-
alatnya. Oleh karenanya nama perkumpulan itu disebut
“Sopo Tresno” yang artinya: “siapa berkasih sayang”.
Walaupun godogan itu agak masih perlu dilanjutkan, tetapi
gejala-gejala harapan yang baik sudah tampak dimuka kita.
Alhamdulilllah, Sopo Tresno yang dibebani tugas yang berat
itu dengan taufiq dan hidayat Allah swt. makin bertumbuh
dan makin subur hidupnya. Maka perlu disusulkan bahan
baru yang perlu digodog juga pemudi-pemudi kita yang
bersekolah di luar sekolahan Muhammadiyah, ialah
Netraalschool Boedi Oetomo di Yogyakarta yang terdiri
daripada anak-anak dermawan Muhammadiyah di Kauman
Yogyakarta, untuk turut diperhatikan godogannya dengan
Sopo Tresno dewasa, tetapi harus dipisahkan waktunya
karena sudah banyak ketinggalan pelajaran dan ketinggalan
umur. Umur dewasa dan umur siswa. Pembagian waktu itu
dibagikan oleh KHA. Dahlan untuk wanita dewasa pada jam
4-5, sedang bagi para siswa Netraalschool jam 5.15–6.15 sore,
di salah satu ruangan StandaardSchool Muhammadiyah yang
pertama (di muka rumah kediaman KHA. Dahlan) di
Kauman. Pengajian golongan tersebut dapat langsung
beberapa bulan dengan lancar.115
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Menyimpang dari itu, perlu kami terangkan demikian;
Dengan pembagian waktu yang rutin itu ada peristiwa yang
sedikit beriwayat. Jam 4-5 menjadi waktu pengajaran untuk
siswa dewasa. Jam 5.15 menjadi waktu murid Sekolah
Netraalschool . Jadi, apabila murid sekolah Netraalschool
masuk ruangan pengajian itu, mereka dapat melihat ajaran
siswa dewasa yang masih tertulis dalam papan pelajaran itu.
Kemudian diberitakan kepada seorang murid dewasa dengan
secara perlahan-lahan sambil senda gurau yang tidak terasa,
tetapi senda gurau itu makin hari makin tambah menjadi
sampai menyinggung perasaan siswa dewasa. Oleh karena
murid-murid sekolah masih bersifat anak sekolah, maka siasat
murid dewasa untuk melenyapkan yang demkian itu, maka
sehabis tiap-tiap belajar, tulisan pelajaran di papan lalu disapu
bersih sampai tidak berbekas.
Kemudian setelah murid-murid sekolah masuk ruangan
pengajian tidak lihat lagi tulisan bekas pelajaran murid dewasa
maka kecewalah diantara mereka yang sombong dengan
berkata, Lha, inilah akalnya mbak-mbak kaum gagak, yakni
burung gagak yang hitam bulunya. Karena murid dewasa
pakainya masih serba warna yang gelap, belum sampai hati
akan memakai warna yang cerah. Sedang murid sekolah di
luar sekolah Muhammadiyah dan memang dasarnya masih
kanak-kanak, mereka berpakaian dengan warna yang terang
dan berkotang. Lama-lama murid dewasa lupa dewasanya,
mengatakan pada murid yang sekolah “kaum kuntul”, yakni
burung kuntul yang putih bulunya.
Dengan timbulnya kata-kata “gagak” dan “kuntul”,116
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
maka nama itu menjadi faktor olok-olokan diantara kedua
fihak di luar pengajian, sehingga lama-lama menjadi hebat
juga di antara dua golongan tersebut dan menjadi
pertengkaran ramai. Seorang suami dari pada murid dewasa
yang sering mendengarkan olok-olokan dua golongan itu
mencampuri dengan menyerukan kepada murid dewasa
dengan kata yang seram, “Tabrak saja biar rame, kalau ada
yang membela aku yang akan menghadapi”.
Dengan seruan tersebut kuntul-kuntulnya sama takut
lalu terbang melayang ke angkasa, lalu mengadu kepada bapak
guru dengan menunjukkan ketakutannya. Bapak guru setelah
menerima wadulan itu agak sempurna, lalu tersenyum sambil
menjawab, Yah, nanti saya urusnya. Tetapi batinnya bapak
guru (KHA. Dahlan) memperhatikan benar- benar untuk
menjaga perpecahan dua golongan “gagak” dan “kuntul” itu.
Dengan kebijaksanaan bapak guru dan siasatnya yang
lembut, dua golongan yang bertengkar itu dengan tidak
terasa tertekan dapat dipergabungkan menjadi satu dalam
badan Sopo Tresno dengan sama-sama lega dan gembira,
walaupun waktu pengajiannya masih tetap masing-masing.
Membentuk Bahagian Aisyiyah
Pengajian Sopo Tresno tetap terus langsung sepanjang
waktu, sampai Sopo Tresno dibentuk menjadi Aisiyah yang
ditugaskan memelihara anggota Muhammadiyah golongan
wanita. Dan dibentuklah pengurus-pengurusnya yang terdiri
dari anggota Sopo Tresno yang sama memiliki kepandaian
dan kecakapan untuk memegang pimpinan Aisiyah. Tentu117
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
saja pilihan itu pilihan yang terpimpin karena keadaan yang
baru pertama kali.
Dengan terbentuknya Aisyiyah dan disusunnya
pengurus-pengurusnya, maka dengan sendirinya hapuslah
Sopo Tresno dari lingkungan masyarakat kaum wanita dalam
Muhammadiyah. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, mudah-
mudahan terbentuknya (lahirnya) Aisyiyah senantiasa
dikaruniai Allah dengan taufiq dan hidayat-Nya. Amin.
KHA. Dahlan Sudah Kelihatan Tua
Memang KHA. Dahlan sudah kelihatan tua karena
usianya sudah lebih tinggi daripada para pemuda yang
mendampinginya. Tetapi jiwanya penuh bersemangat dan
masih giat serta rajin bekerja, tidak kalah tenaganya dari pada
pemuda-pemuda yang sama mendampingi beliau.
KHA. Dahlan memang seorang yang besar jiwanya dan
tebal imannya serta teguh pendiriannya, pun nyata pula
keyakinannya, seolah-olah apa yang telah diyakini itu telah
tampak dimukanya. Oleh karena itu, rasa tua dan usia tinggi
itu tidak dapat menghambat kehendak yang ikhlas dan murni
sehingga apa yang dimaksud harus tercapai.
Pada masa itu beliau sedang memperhatikan terlaksana-
nya membina (membangun –yasa jw) mushalla yang agak
besar-besaran untuk menampung murid-murid wanita yang
telah sekian tahun dididik, diasuh dan diberi pelajaran Agama
Islam pada umumnya, teristimewa dalam bidang peribadatan,
akhlaq (budi pekerti) dan kewanitaan. Oleh karena
Muhammadiyah sudah mempunyai Bahagian pembangunan,118
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
yang diberi nama Bahagian Yayasan yang diketuai oleh Sdr.
H. Abdulgani Irfan, maka bangunan Mushalla diserahkan
pelaksanaanya kepada Bahagian Yayasan tersebut. Letaknya
Musholla itu di dalam kampung Kauman sebelah barat
Masjid Agung Yogyakarta.
Membentuk Bahagian Penolong Haji
Berhubung pulangnya Sdr. (almarhum) H. Fakhrudin
dari Makkah pada tahun 1921 membawa laporan baik tentang
Muhammadiyah di sana, maka terharulah KHA. Dahlan
dengan keadaan di negeri suci itu, dan justru tahun itu, tahun
pembukaan pintu gerbang rakyat Indonesia dibolehkan pergi
haji oleh pemerintah Belanda akibat perang dunia yang
pertama sudah selesai, jalan pergi haji sudah akan kembali
sebagai sedia kala.
Pembentukan Bahagian Penolong Haji itu diketuai oleh
KHA. Dahlan sendiri disekretarisi oleh R.M. Prawiro-
wiworo, seorang anggota H.B. Muhammadiyah yang juga
seorang anggota dari Boedi Oetomo yang sangat simpati
kepada Islam, terutama terhadap pribadinya KHA. Dahlan
yang lemah lembut tabiatnya dan tenang tetapi bijaksana.
Keuangannya Sdr. H.M. Mukhsin, pemilik Toko Mori dari
Pasar Kotagede, dibantu oleh H.M. Syoedja' dan
M.Wiryopertomo dari anggota Pengajian Taqwimuddin dan
seorang lagi yang saya lupa.
Rupanya KHA. Dahlan membentuk Bhg Penolong
Haji itu seolah-olah melengkapi faktor-faktor Islam untuk
menyempurkan cita-cita (maksud) Muhammadiyah meng-119
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
hidupsuburkan Agama Islam, sehingga terleksana masyarakat
Islam yang teratur dengan sebaik-baiknya.
Setelah Bhg. Penolong Haji dibentuk, tersiarlah berita
Penolong Haji ini kepada umum, dengan maksud menolong
kesukaran dan kesulitan jamaah haji selama dalam perjalanan
dari Indonesia sampai Tanah Suci Makkah dan pondokan
pondokannya sampai pulang kembali ke tanah air Indonesia.
Maskapai-maskapai pelayaran haji di Batavia (Kongsi
Tiga) pun ikut juga berhubungan dengan Muhammadiyah
Bhg Penolong Haji. Bahkan pada tahun itu, 1922, ada
maskapai pelayaran haji yang lain dari India N.V. H. Hasan
Nijmase yang agennya di Batavia, dipegang oleh Tn. Jansen,
ingin sangat berhubungan dengan Bhg Penolong Haji.
Berhubung dengan beberapa kepentingan Muham-
madiyah yang lain, KHA. Dahlan berangkat ke Batavia
dengan diikuti Sdr. R.M. Prawirowiworo sebagai penulis
dan Sdr H.M. Syoedja' sebagai pembantu Bhg Penolong Haji
Muhammadiyah untuk bertamu dan berunding dengan
Maskapai pelayaran pengangkut jemaah Haji (Kongsi Tiga)
Mij. dan Pelayaran yang lain. Oleh karena kapal Hasan
Nijmase masih belum dapat ditentukan berangkatnya karena
beberapa yang harus diselesaikan lebih dahulu, maka KHA.
Dahlan tidak perlu mengambil perhatian kepada maskapai
pelayaran tersebut. Dan berunding saja kepada salah satu
pelayaran Kongsi Tiga Mij. Pelayaran Nederland yang pada
waktu itu agentnya dipegang oleh Tn K. Keller, untuk
merundingkan angkatan Haji tahun itu yang sudah didaftar
oleh Muhammadiyah.120
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Setelah selesai soal Haji yang telah didaftar, Tn K.
Keller berbisik-bisik kepada KHA. Dahlan dengan secara
rahasia, “Kiyai, apakah Muhammadiyah dapat menampung
jamaah haji sampai 1000 orang untuk maskapi Nederland?
Dijawab, “Kalau bisa bagaimana?” Tn Keller mengatakan,
“Kalau bisa maskapi Nederland akan memberi harga spesial
untuk harga tiket 50% buat Muhammadiyah.” Kyai
mengatakan, karena waktu sudah sempit kami kira kemung-
kinan tidak dapat, “Kalau biasa dapat 750 jamaah?” “Juga
masih tidak mungkin. Tetapi kalau kurang dari 750, umpama
500 orang bagaimana?” Keller menjawab, “Yah, boleh saya
kasih spesial pris 50%. Tetapi ini rahasia tidak boleh dengan
Maskapi Kongsi Tiga yang lain.” “Yah, kami pikir dahulu,
kalau mungkin akan kami usahakan.”
Pada tahun itu, 1922, harga tiket 360 gulden dan uang
broker 60 gulden tiap tiket. Selesai perundingan angkatan
Haji yang sudah didaftar, lalu kita minta diri pulang ke ho-
tel pondokan kita. Selama kita meninggalkan kantor Maskapi
Pelayaran itu, dengan rasa yang tidak ridha KHA. Dahlan
berkata, “Kalau sedemikian besar kongsi-kongsi pelayaran
angkut jama’ah Indonesia menggaruk keuntungan dari kaum
Muslimin yang pergi haji, maka Muhammadiyah harus dapat
menegakkan Pelayaran sendiri, walaupun cara bagaimana
bentuk ragamnya pelayaran itu.”*)
*)
Kata-kata K.H.A Dahlan yang demikian diterima oleh sdr. H.M. Syoedja’ sebagai
kata wahyu dalam hati sanubari yang tidak lenyap-lenyap dalam beberapa tahun
yang lampau sehingga terleksana membentuk suatu N.V. Pelayaran dan Dagang
Indonesia yang absah dengan besluit Departement van Justiti tanggal 18 Januari
1941 No. A 42/2/9.121
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Sesampai di pondokan kita sama beristirahat, sesudah
sembahyang Maghrib KHA. Dahlan disertai kita berdua
R.M. Prawirowiworo dan sdr. H.M. Syoedja' pergi ke
Kepuh Utan Panjang, mendatangi Pertemuan Muham-
madiyah yang hendak diterangkan oleh KHA. Dahlan
terhadap para simpatisan dari penduduk kampung tersebut.
Yang kira-kira akan dapat menerima Muhammadiyah dihari
mendatang. Ceramah berjalan mulai jam 8 sampai jam 11.30.
Ceramah itu dapat memuaskan kepada hadirin yang ± 20
orang, kebanyakan penduduk dari Jawa Tengah.
Karena pada waktu itu Batavia masih merupakan kota
yang sepi, maka pulangnya KHA. Dahlan yang disertai
kedua temannya cukup berjalan. Masya Allah, La haula wa
la kuwwata illa billah. Jalan gelap karena listrik belum ada,
yang ada lampu gas dan sebagian sudah dipadamkan dan
kendaraan tidak ada. Jadi kita terpaksa pelahan jalan kaki
dari Kepuh Utan Panjang sampai hotel di Pasar Glodog.
Kalau kita berdua masih muda-muda, tetapi KHA. Dahlan
memang sudah berusia lanjut dan banyak bekerja. Padahal
dalam perjalanan malam itu angin meniup agak sedikit
kencang. Sampai di hotel ± jam 2 malam.
Sedianya kita terus mau tidur karena capai dan ngantuk,
tetapi karena suara orang keluar masuk dan naik turun ke
atas tidak henti-hentinya walaupun tubuh direbahkan, kepala
diletakkan di atas bantal serta mata dipincingkan, namun
tidur tidak berhasil. Sehingga KHA. Dahlan keluar dari
kamar duduk di kursi, makan sisa buah duku yang dimakan
sore. Tiba-tiba duku ditelan terasa seret masuknya, sehingga122
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
merasa sesak di dadanya dan batuk-batuk akhirnya merasa
sakit dan memberi tahu bahwa pagi ini akan pulang ke
Yogyakarta dengan spoor yang paling pagi berangkat dari
Gambir supaya sore sudah tiba di Yogyakarta.
Kami berdua yang menyertai beliau tidak sampai hati
akan melepaskan beliau pulang ke Yogyakarta dengan
sendirian, karena kami berdua melihat memang betul-betul
sangat payah dan sakit. Sekalipun sesungguhnya pekerjaan
masih ada yang perlu diurus kepada seorang Arab yang
hendak memberi bantuan uang kepada Muhammadiyah. Jam
5 senja, alhamdulillah, kami bertiga tiba di Yogyakarta
dengan selamat, tetapi KHA. Dahlan memang terus sakit,
tetapi hanya perlu beristirahat dalam beberapa hari saja
sehingga tidak perlu diperiksa dokter.
Sesudah istirahat beberapa hari, KHA. Dahlan sudah
sembuh dan sehat kembali, lalu mengundang kawan-kawan
pengurus H.B. Muhammadiyah untuk turut memberikan
pertimbangan berhubung dengan sudah dekat waktunya
pemberangkatan jemaah haji, siapakah yang diutus untuk
mengantar dan memimpin dalam perjalanannya ke Makkah
dan pulangnya.
Pada mulanya KHA. Dahlan telah merencanakan yang
akan diutus ialah H.M. Syoedja' dan R.M. Prawirowiworo,
tetapi karena menghadapi vergadering tahunan Muham-
madiyah, jaar vergadering tahun 1922, maka beliau sebagai
sekretaris H.B. Muhammadiyah perlu dipertahankan jangan
diutus ke Makkah, tetapi utusan itu boleh diganti dengan
orang lain. Kemudian utusan itu diganti dengan Sdr.123
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Wiryopertomo anggota B.O. yang lebih muda lebih kuat
dan cakap untuk menyertai sdr H.M. Syoedja’. Dengan
gantinya kawan kami sebagai utusan dengan Sdr. M.
Wiryopertomo dapat kami terima dengan segala senang hati,
karena Saudara itu muda gagah perkasa, cakap cukup serta
mempunyai kesanggupan 100% mengurbankan tenaganya
untuk ikut serta melayani dan memimpin jamaah disepanjang
perjalanannya. Alhamdulillah.
Selain dari itu tugas memimpin jemaah haji, Sdr. H.
M. Syoedja’ diberi tugas untuk menyampaikan tentang
Muhammadiyah kepada para alim ulama bangsa Indonesia
yang mustauthin lama di Makkah untuk diketahui dengan
diperlengkapi dengan alat-alat Muhammadiyah, anggaran
dasar dan rumah tangga dan buku-buku Bhg Pengajaran,
Bhg Tabligh dan gambar-gambar fotonya.
Hari berangkatnya jemaah haji dari kampungnya sudah
tiba, pada malam perpisahan kami (H.M. Syoedja’) dengan
keluarganya sudah terleksana, koper seharah dan alat-alat
perlengkapan Muhammadiyah sudah siap tersedia. KHA.
Dahlan malam-malam datang menjenguk kami di rumah
dengan rasa gelisah karena merasa bahwa dirinya sudah tua
dan berusia tinggi, sehingga rasanya sudah tidak lama lagi
akan meninggalkan Muhammadiyah yang selama- lamanya.
Karena sudah sering diserang bahaya kesehatan, kesehatan
sering terganggu. Padahal menoleh ke belakang, ke kanan
ke kiri belum ada seorang alim yang sebakat dengan beliau
untuk menjadi kawan bekerja dalam Muhammadiyah selama
hidupnya dan untuk menjadi ganti bila nanti sudah124
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
meninggalkannya. Hanya satu yang menjadi harapannya
yang besar, ialah K.H. M. Baqir bin Noor yang telah
puluhan tahun mustauthin di Makkah dan sudah anak
beranak di Negeri Suci itu.
KHA. Dahlan berkata dengan seret suara, tetapi jelas
terdengarnya. Umur KHA. Baqir itu lebih muda daripada
KHA. Dahlan kurang lebih 16–17 tahun. Tabiat dan istiadat-
nya sangat mirip dengan KHA. Dahlan. Dan memang
keponakan daripada Nyai H.A. Dahlan. Dan besar
kewibawaannya terhadap kepada anak murid dan orang-
orang yang mengenal dengannya.
Pertama, dengan suara yang seret tetapi terang dan keras
isinya, KHA. Dahlan berkata, “Syoedja', persiapanmu sudah
selesai?” “Sudah Kyai.” “Sekarang tinggal satu amanatku, kau
sampaikan kepada Baqir, berikan salamku kepadanya dan
Baqir disuruh pulang ke Jawa, ada apa di Makkah sana? Kalau
ia menjawab mengajar murid-murid yang belajar di Makkah
sini sumbernya ulama dari segala bangsa yang mengajar
kepada murid-murid bangsanya yang sudah sama-sama Islam
dan memang Makkah sumber agama Islam, sumbernya
pengajar dan pelajar Islam di dunia. Pendeknya, kau jangan
kalah alasan Baqir akan bertahan diri di Makkah itu. Kalau
ia mau pulang ke Jawa tetapi memajukan syarat-syarat yang
dibutuhkan, sanggupilah dan penuhilah syarat-syarat itu, asal
dia mau pulang”.
Kedua, “Nasehatkan kepada para jamah haji sedapat
mungkin supaya hajinya makbul dan mabrur serta dengan
bijaksana. Biasanya jiwanya jamaah itu, lebih besar ziarah125
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
ke makam Nabi daripada jiwa haji di Makkah. Sehingga tidak
menghitung rugi dan untungnya amalan itu, karena kepicikan
ilmu agamanya.”
Biasanya orang haji yang tidak ziarah ke makam Nabi
karena sesuatu hal yang merintangi dalam perjalanan, mereka
merasa tersisih dari pada ummat Muhammad. Padahal, tidak
ada secuil dari seruan Nabi yang mengundang umatnya
hendaknya berziarah pada makamnya sesudah Nabi mangkat
meninggalkan sahabat dan umatnya, tetapi bahkan mencegah,
“Janganlah kamu jadikan rumah kamu jadi kuburan, dan
janganlah kamu jadikan kubur kami jadi perayaan, bacalah
shalawat atasku, maka shalawat kamu itu akan sampai kepadaku
dari mana berada”. Radhiyallahu ‘anhu Abu Daud dengan isnad
Hasan dan banyak sekali hadis yang semaksud dengan itu.
Hanya ada satu hadis membolehkan umat Islam
berziarah, tetapi tidak pada kubur, melainkan kepada masjid,
ialah Masjid Haram di Makkah, Masjid Nabi di Madinah dan
Masjidil Aqsa di Jerusalem Palestina. Ziarah kepada masjid-
masjid tersebut tidak untuk mendoa kepada masjid dan untuk
mengajukan permohonan kepada masjid, tetapi untuk
menghormat dengan sholat takhiyyatul masjid. Lain tidak.
Tetapi, dalam perhitungan laba ruginya jamaah pergi
ke Madinah itu dengan mengingat pengurbanan selama dalam
perjalanan mengarungi sahara lautan pasir yang sangat terik
selama kurang lebih sebulan pergi pulang Makkah ke
Madinah dengan kafilah, sangat besar kerugiannya karena
yang dikejar paling besar dan paling tinggi ialah amalan yang
berpahala sunnat, tetapi pengurbanannya sangat besar126
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
musyakat dan sering sampai meninggalkan waktu sholat,
karena kafilah sering terlambat sampainya di tempat
pemberhentian tertentu. Karena si Baduwi penunjuk jalan,
harus mendapatkan pemberhentian yang ada sumur dan
pasarnya, sehingga jamaah haji dapat berbelanja untuk
kepentingannya. Sehingga waktu shalat sudah habis. Lebih
besar lagi masyakat-nya bagi kaum wanita.
“Inilah amanatku, kausampaikan kepada yang punya
hak sebaik baiknya.”
Insya Allah kedua amanat tersebut akan kami perhati-
kan tetapi yang kedua itu sungguh berat akan kami sampai-
kan kepada umumnya jama ah haji, tetapi akan kami sampai-
kan kepada jamaah kami. Tetapi bagi amanat yang pertama
insya Allah akan kami perjuangkan dengan sekuat tenaga
dan kemampuan kami. Insya Allah.
“Besuk jam berapa berangkat dari rumah? “ ”Kalau tidak
ada halangan, sudah kami permaklumkan jam 8 dengan jalan
kaki sampai di stasiun Tugu.”
Dengan gantinya kawan kami sebagai utusan dengan
Sdr. M. Wiryopertomo dapat kami terima dengan segala
senang hati karena Saudara itu muda dan gagah perkosa, cakap
cukup serta mempunyai kesanggupan 100% mengurbankan
tenaganya untuk ikut serta melayani dan memimpin jamaah
di sepanjang perjalanannya. Alhamdulillah.
Jam 8.30 kita bersama dengan jamaah haji lainnya
berangkat dari Stasion Yogyakarta menuju ke Batavia, jam
5 sore senja sampai Stasion Batavia Kota terus menuju ke
Pondokan di kampung Pekojan. Tanggal 9 Rajab jam 10,127
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
kita berangkat ke Tanjung Priuk, setelah selesai segala
peperiksaan di gudang Pelabuhan Mij Nederland yang perlu
untuk menumpang kapal. Jam 2 lepas tengah hari jamaah
haji diperkenankan turun masuk kapal yang sudah bersiap
di hanggar pelabuhan itu, ialah kapal Kambangan namanya.
Setelah semua jamaah di atas kapal, tiba-tiba Sdr. Wiryo-
pertomo tidak kelihatan ada dengan kawan-kawan jemaahnya
di atas kapal, dicari justru ketemu ia tertidur di gudang
pemeriksaan karena kepayahan tenaganya mengurusi barang-
barangnya jamaah. Lalu dibangunkan, setelah dia sadar
melihat bahwa di gudang sudah tidak ada manusia lagi, maka
ia mengira sudah ketinggalan dan merasa bingung terburu
lari, tetapi ditahan, jangan lari masih ditunggu kawan dalam
kapal. Lalu turun ke kapal. Kepayahan Sdr. Wiryoper tomo
itu kecampuran masuk angin dan sedikit panas badannya.
Lalu ditolong oleh kawan-kawannya, alhamdulillah lantas
kelihatan sehat dan baik.
Jam 5 sore kapal mendengungkan sirine-nya 3 kali tanda
akan meninggalkan tanah Jawa menuju ke Padang dengan
melalui Samodra Tanjung Cina. Jam 11 malam kapal
Kambangan sudah masuk lautan Tanjung Cina dengan
disambut dengan sambutan yang hangat oleh gelombang yang
terkenal di situ dengan didorong angin besar yang kencang,
sehingga serempak corong-corong jalan angin yang mendalam
ke kapal mendengung bersama, sehingga yang tidur serentak
bangun dengan terperanjat dan ribut sama mencari perlin-
dungan dirinya. Ada diantaranya yang menjerit mengundang
Syaich Abdulkadir Jailani untuk menolong mereka. Ada128
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
yang menggembor mengundang Nabiyullah Khaidir supaya
melindungi dia dan keluarganya. Ada pula yang menyerukan
adzan dan ada yang lucu dengan diam-diam perintahkan
kepada istrinya keluarkan tali pinggangnya yang panjang
(bengkung) ujungnya untuk mengikat dirinya dan ujung yang
sebelah si istri dan sisa yang tengah dibalutkan ke tiang kapal
yang ada disampingnya dan keduanya lalu sama duduk atau
berbaring di veldbed yang telah terikat tiang tersebut.
Kemudian karena kencangnya angin dan besarnya gelombang
yang mengamuk itu bemaning kapal sama memakai
mantelnya, memerintahkan orang-orang di atas dek disuruh
turun ke palkah. Alhamdulillah, kami dengan jamaah kami
diperkenankan tetap tingal di atas dek. Dengan keadaan
gelombang laut yang mengamuk itu, tentu saja mengaki-
batkan kejadian kejadian seribu satu macam yang tidak enak.
Umpamanya, orang yang muntah, orang yang keluarkan
najis di tempatnya masing masing, tetapi kejadian itu tidak
dapat disalahkan oleh para bemaning kapal yang mempunyai
tugas membersihkannya.
Alhamdulillah, ribut yang besar itu sampai jam 1 lepas
tengah malam sudah reda kembali dan kapal sudah berjalan
dengan tenang. Kambangan sudah berjalan 2 malam 1 hari.
Jam 8 pagi hari yang ke-2 sudah masuk di pelabuhan Padang
dengan selamat.
Di situlah M. Wiryopertomo hidup kembali dengan
sehat wal afiat. Ia lalu akan menunjukkan derma baktinya
dengan tenaga dan kecakapannya. Ia mengambil (membeli)
2 ekor ayam babon yang gemuk-gemuk lantas dipotong dan129
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
masak menurut kehendaknya, setelah selesai dihidangkan
kepada kawan-kawan sebagai tambahan lauk-pauk makan
siang. Memang benar, ia mempunyai kecakapan memasak
yang sedap yang tidak kalah dengan masakan kaum wanita
yang biasa dipandang pandai memasak.
Satu malam kapal Kambangan menginap di pelabuhan
Padang, pagi harinya melanjutkan perjalanannya menuju
Kamran, tempat karantina. Sejak kapal bergerak meninggal-
kan Padang, Wiryopertomo kembali lagi mendekam di atas
veldbed-nya, malah kelihatan makin surut kekuatannya,
sehingga diwaktu turun dari kapal diturunkan dengan
brankart. Satu malam tinggal di Kamran, siangnya kembali
ke kapal terus menuju Jeddah.
Tiba di Jeddah kurang lebih jam 11 hampir tengah hari.
Selanjutnya setelah para jemaah sama diterima oleh syaikh-
nya masing-masing dan kami berdua dengan Sdr.
Wiryopertomo selesai mengurus barang dari Jumruk, lalu
kami diangkut juga oleh Syaikh Ahmad Kudus ke
pondokannya. Kemudian kami berdua dijemput oleh Sdr.
Haji Mas Heerjan untuk tinggal di rumahnya. Justru
kebetulan Sdr. Wiryopertomo lantas dapat rawatan yang
baik di rumahnya selama 2 hari 3 malam. Dengan gembiranya
Sdr. Wiryopertomo dirawat itu ia menyatakan kepada kami
dimuka Sdr. Dokter Heerjan, “Bahwa umpama beristirahat
di Jeddah barang satu minggu, insya Allah saya dapat sehat
kembali 100%.” Pernyataan itu kami terima dan kami setujui,
dengan kata kami, “Baiklah kalau sekiranya demikian
tinggallah di rumah Sdr. Dokter, tetapi kami harus melanjut-130
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
kan perjalanan menyampaikan jamaah ke Makkah. Sedang
Sdr. Wiryopertomo menyusul bersama dengan jamaah
Syaikh yang akan datang di belakang hari”.
Dari setianya Sdr. Wiryopertomo sebagai utusan H.B.
Muhammadiyah menjawab, “Tidak bisa, kalau Bapak terus
berangkat sekarang, sayapun mesti ikut serta walaupun saya
mati di tengah jalan.” Kami menjawab, “Yah, kalau mati di
tengah jalan, kalau hanya sakit saja, tentu kami akan menemui
segala kesukaran dan pekerjaan tidak selesai.”
Sdr Dr. Heerjan memberikan jalan tengah demikian,
“Baiknya Sdr. Mas Wiryopertomo turut serta berangkat
sekarang, tetapi harus membawa obat untuk penyakitnya
dan harus tidak melanggar pantangan penyakitnya. Kami
menyediakan obat-obatnya dan apa yang perlu buat Sdr. M.
Wir selama perjalanan dari Jeddah sampai di Makkah. Dan
nanti ada dokter lagi di sana kalau masih perlu berobat.”
Nasehat Sdr. Dokter Heerjan tersebut kami berdua me-
nerima dengan baik dan senang hati. Akhirnya kesanggupan
Sdr. Dr. Heerjan dilaksanakan kepada Mas Wir sendiri
karena H.M. Syoedja’ mengurusi soal lain dalam
pemberangkatan besuk pagi itu.
Sehabis sembahyang Subuh, jemaah dari beberapa
Syaikh sudah sama ribut mengatur sekedup dan bekalnya
masing-masing tempatnya serta sudah sama memakai kain
ihramnya dan sudah niat umrah. Kamipun demikian juga,
setelah persiapan lengkap Sdr. Wiryopertomo kami
perintahkan berpakaian ihram dan berniat umrah lalu naik
sekedup terus berangkat menuju Makkah dan masing-masing131
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
membaca talbiyah, dengan suara nyaring atau tidak nyaring.
Perjalanan Jeddah-Makkah sesungguhnya tidak jauh,
jaraknya hanya 75 kilometer, tetapi karena dengan sekedup,
perlu menginap di tengah-tengah perjalanan satu malam
bermaksud hendaknya sampai di Makkah tengah hari atau
paling lambat senja.
Kami dan jamaah kami yang tinggal di pondokan di
Makkah tiba di Makkah jam 2 siang lepas tengah hari dengan
selamat tidak kurang satu apa. Kecuali Sdr. Wiryopertomo
yang tiba di Makkah dengan sakit tetap sakit juga, malah
keadaan sakitnya bertambah. Karena melihat gejala-gejalanya
memang sudah takdir Allah, serta ingin mukim abadi di
negeri suci Makkah Musyarrofah, gejalanya seperti:
a. Dari Jeddah telah disediakan dua macam obat oleh Sdr.
Dr. Heerjan, untuk dimakan tiga kali sehari, dua-duanya
ketinggalan di Jeddah.
b. Melanggar (makan) pantangan penyakitnya yang telah
dilarang oleh dokter (makan semangka).
c. Waktu tiba di Makkah sedang beristirahat di tempat
teduh diserang angin samum yang kencang dan kuat
sampai jatuh terpelanting dan lantas lemah tak berdaya.
d. Dua kali minum obat 500 cc yang mestinya diminum
tiap dua jam satu sendok makan, tetapi diminum dengan
sekaligus.
Pada hari yang kelima ada di Makkah, Sdr. Wiryo-
pertomo telah mengakhiri riwayat hidupnya pada waktu
Subuh. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Tamat.132
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Muhammadiyah Disangka Golongan Wahabi
Selang satu hari daripada meninggalnya Sdr. Wiryo-
pertomo, datanglah tiga orang khatib dari Kantor Qadlil
Qudlat (Hoofd Panghulu) yang dipimpin oleh seorang Mudir
Syarthoh (Kepala Polisi), diiringi oleh Syaikh Noor dan
Ahmad Qudus yang kami pondoki di rumah pondokan kami.
Bermaksud untuk mengurusi tirkah-nya Sdr. Wiryopertomo
almarhum. Setelah kami persilahkan duduk, Mudir Syarthoh
bertanya kepada kami, “Tuan nama siapa?” Kami jawab, “Saya
nama Haji Muhammad Syoedja’.” “Rumah dimana?” “Rumah
saya di Yogyakarta tanah Djawa.” “Residentsinya dimana?”
“Residentsinya di Yogyakarta.”
“Yang meninggal ini namanya siapa?” “Namanya Wiryo-
pertomo.” “Rumah di mana?” “Rumahnya di Yogyakarta
juga.” “Tuan kebener apa-apa dengan dia?” “Saya kebener
‘ammi-nya, anak dari saudara saya.” “Jadi tuan dengan dia
satu negeri dan satu residentsi?” “Betul.” “Pasnya mana?” “Ini
pasnya,” (saya berikan kepada Khatib-nya). “Surat tiket
dimana?” “Surat tiketnya ada di tangan Konsul di Jeddah!”
“Ah, tidak bisa tiket ada di tangan Tuan Konsul, selamanya
tiket mesti ada di tangan orang haji masing-masing.” “Oo, jadi
kalau demikian tuan tidak percaya pada kami?” “Ya sudah
tentu, sebab tuan tidak omong sebenarnya.” “Oo, kalau
demikian Tuan kira saya bohong?” “Cobalah tuan periksalah
dalam kulit surat pas itu, ada stempel tanda pengakuan surat
tiket ada padanya!”
Khatib lantas sama menyatakan kebenaran pernyataan
keterangan kami, maka Mudir Syarthoh ada sedikit kacau133
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
wajahnya, lalu menanyakan barang tirkah yang lain. “Mana
barang-barang yang lain? Kopernya Wiryo kami buka dan
kami keluarkan isinya, satu serban Kisymir lama, dua baju
jas juga lama, baju dalam dua dan celana dalam tiga, sabuk
tali pinggang satu dan trompah kulit satu. Kemudian Mudir
Syarthoh menanyakan “Mana uangnya?” Kami ambil dari
saku tali pinggangnya terdapat tiga sen. Saya tunjukkan
bahwa uangnya tiga sen. “Uang apa itu?” “Uang sen.” “Uang
yang lain mana?” “Uang yang lain tidak punya.” “Masya
Allah, tidak ada orang pergi haji tidak punya uang. Apa lagi
orang yang mati itu baru berapa hari datang di Makkah ini.”
“Kenapa Tuan berkata tidak ada orang pergi haji tidak punya
uang padahal ada, yalah Wiryopertomo yang telah mati itu!”
“Apa sebab dia tidak punya uang bisa sampai di Makkah
sini?” “Dia pergi haji itu atas ajakan saya dan saya pula yang
menanggung segala ongkosnya sampai pulang ke tanah air
kalau dia masih hidup.” “Apa diartikan khadam?” “Boleh
Tuan disebut khadam.” “Masya Allah, selama hidup kami
belum pernah lihat orang Jawa pergi bawa khadam dari tanah
Jawa.” “Maka sekarang Tuan melihat dan tahu orang Jawa
pergi haji bawa khadam, ialah saya H.M. Syoedja’ dari
Yogyakarta.” “Yaa, saya tidak percaya!” “Kalau tidak percaya
boleh Tuan bertanya kepada jamaah yang ada ini!” “Saya
tidak perlu tanya orang lain.” “Kalau Tuan tidak perlu tanya
kepada orang lain, sekarang saya bertanya kepada Tuan,
Apakah Tuan datang menanya kepada kami ini atas kehendak
Tuan sendiri, atau adakah yang memerintah kepada tuan?”
“Oo, tuan saya kasih tahu, Raja Belanda yang ada di134
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Nederland itu sudah ada perjanjian kepada Raja Makkah di
sini, kalau rakyat Belanda pergi haji lantas mati di sini,
pemerintah Makkah mesti bikin pemeriksaan tirkah-nya or-
ang yang mati, rupa dan warna apa saja lantas dilaporkan
kepada wakilnya Raja Belanda yang ada di Jeddah dengan
laporan yang betul-betul benar. Kalau saya laporkan orang
haji yang mati itu tidak punya duit dan lain-lainnya, tentu
laporan itu tidak dipercaya!” “Kalau demikian lebih baik tuan
bikin laporan yang singkat, bahwa Wiryopertomo yang telah
mati, menurut keterangan Haji Syoedja’, dia tidak punya
uang kecuali tiga sen saja.” “Kalau saya bikin laporan yang
demikian itu kepada wakil Raja tuan, Raja Belanda, yang
ada di Jeddah itu, tentu tidak dipercaya! Kalau wakil Raja
Belanda yang ada di Jeddah tidak percaya, tentu saya akan
dipanggil menghadapnya untuk diperiksa sendiri. Tuan berani
menghadap dan bicara dengan Wakil Raja Belanda?” “Ya saya
berani!”
Mudir Syarthoh rupanya sudah kehabisan jalan
pikirannya, lalu menegur kepada Syaikh Noor, “Syaikh, ini
orang apa? Saya belum pernah ketemu orang sepertinya.” Syaikh
menjawab, “Orang Jawa juga, tetapi sudah masuk menjadi
anggota Muhammadiyah.” “Muhammadiyah itu apa?”
“Muhammadiyah itu jamaah umat Islam di tanah Jawa.”
Lalu bicara kepada Syaikh Muh. Noor Kudus, supaya
dapat mengeluarkan Wiryopertomo dari tangan kami, kalau
tidak Syaikh Noor Kudus akan ditangkap sebab ketempatan
saya. Dengan menangis Syaikh Noor berkata kepada saya,
“Mas Haji Syoedja’ jangan membuat susah kepada saya dengan135
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
tidak suka memberikan uang dari mayat.” “Yang membuat
susah Syaikh Noor itu kan bukan saya, tetapi Tuan Mudir
Syarthoh.” “Sekarang begini saja, supaya urusan ini lantas
selesai. M.Wiryopertomo yang telah meninggal itu sampeyan
pinjami uang untuk membayar kepada tuan Mudir Syarthoh,
nanti sore uang itu dapat diminta kembali di kantor Qadli
Qudlat.”
“Saya tidak bisa kasih pinjam uang kepada orang yang
sudah meninggal, kalau tidak dapat kembali lantas siapa yang
mau bayar. Tetapi yang lebih tepat Syaikh Noor saja yang
meminjam uang kepada saya untuk membayar maksud itu
kepada Mudir Syarthoh. Jadi kalau uang itu nanti tidak
kembali Syaikh yang mesti membayar kepada kami.”
Syaikh Noor setuju lalu pinjam 100 gulden, terus
diserahkan kepada Mudir Syarthoh, tetapi Mudir Syarthoh
tidak mau terima karena cuma 100 gulden, seratus rupiyah.
Oleh karena saya terimakan tidak diterima karena terlalu
sedikit, maka uang itu saya tarik, saya masukkan saku baju
saya, sambil berkata, “Kalau tuan tidak mau menerima, ya
sudah, sekarang saya menyerah diri, tuan hendak berbuat apa
saya sami’na wa atho’na.”
Mudir Syarthoh berkata, “Tuan akan saya bawa meng-
hadap Raja Husen.” “Baik, saya tidak keberatan.” “Tuan
berani menghadap Raja Husein?” “Insya Allah.” Mudir
Syarthoh diam sebentar sambil berfikir, akhirnya uang 100
gulden diterima dengan baik, sambil bangkit dan berkata,
“Biamanillah” dan kami sambut, “Ahlan wa sahlan.”
Pada hari siangnya kami dibawa oleh badal syaikh ke136
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
kantor Qadli Qudlat. Setiba kami di kantor tersebut, katib
(juru tulis) sudah siap menerima kedatangan kami, lantas
bertanya, “Tuan nama siapa?” “Nama kami H.M. Syoedja’.”
“Oo ya, tuan mau ambil barang tirkah tuan Wiryopertomo?
Tuan kebenar apa dengan tuan Wiryopertomo yang meninggal
itu?” “Kami kebenar pamannya. Sebab itu anak dari saudara
sekandung.” “Kalau tuan mengaku paman daripada yang
meninggal itu tuan Qadlil Qudlat tidak mau memberikan
tirkah itu, tetapi tuan harus mengaku saudara sekandung
dengannya, dan tuan berani sumpah.” “Wah, kalau demikian
kami berat menjalaninya, karena kami harus bicara bohong
dan berani sumpah.” “Tidak tuan, tuan cuma bilang berani
sumpah, tidak disuruh sumpah betul, kalau tuan sudah bilang
berani sudah cukup, Tuan Qadli Qudlat lantas kasih tanda
tangan, tuan lantas terima barang itu dan uangnya.”
Masya Allah, inilah tata cara orang Arab di zaman
pemerintah Raja Husein. Tamat.
Muhammadiyah Disangka Wahabi di Negeri
Makkah Al Musyarafah
Berselang lima hari setelah selesainya pemeriksaan mal
warisnya Sdr. Wiryopertomo almarhum, datang seorang alim
bangsa Indonesia Jawa Timur. Prosesnya demikian; Kami
pulang dari Masjidil Haram bakdal ‘Ashar, belum masuk
rumah, tiba-tiba turunlah seorang kyai dari pondokan kami,
menuju kepada kami dengan bertanya, “Dimana pondoknya
K.H. M. Syoedja’. Apa tuan tahu dimana dia?” “Yang bicara
sama tuan itulah dia, H.M. Syoedja’.” “O, tuan sendiri K.H.137
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Syoedja’? Tuan utusan Muhammadiyah dari Jawa bukan?”
“Ya, betul, kami utusan Muhammadiyah.” “Saya ingin
bertemu dengan Tuan untuk mendapat keterangan tentang
soal Muhammadiyah.” “Baiklah, mari kami persilahkan naik
ke pondokan kami.”
Setelah kami persilahkan duduk dengan baik, kelihatan
oleh kami, orang itu agak sombong, terlihat pada kata-
katanya sebelum mengajukan pertanyaan.
“Tahun lalu Sdr. H. Fakhruddin katanya juga utusan
Muhammadiyah. Tempo hari akan memberi keterangan kepada
kami, tetapi saya datangi dia lantas lari pulang ke Jawa.”
“Sekarang Tuan untung ketemu dengan kakaknya, ialah kami,
Soal apakah yang akan tuan tanyakan? Tetapi lebih dahulu
kami ingin bertanya siapakah Tuan?” Sambil mengambil notes
untuk mencatat. “Saya nama H. Abdul Muhid.” “Tinggalnya
dimana?” “Tinggal di kampung Syamiyah.” “Asal Jawa di
mana?” “Asal dari Sidoharjo Jawa Timur.” “Sudah berapa tahun
di Makkah?” “Sudah sepuluh tahun.” “Pekerjaan apa?”
“Pekerjaan saya mengajar kanak- kanak di Syamiyah.” “Tuan
berusia berapa?” “Kenapa tuan sampai menanya umur saya?”
“Tidak ada apa-apa, untuk peringatan saja.” “Oo ya, 40 tahun
umur saya.” “Terima kasih.”
“Kemudian, apakah yang tuan maksud bertanya?”
Muhammadiyah itu apa?” “Muhammdiuyah itu satu
jami’ahnya kaum muslimin di tanah Jawa.” “Maksud
tujuannya apa dan jalannya apa?” “Supaya Tuan tidak salah
terima dan sak wasangka, baiklah tuan periksa sendiri inilah
Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangganya138
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
(ART), kami persilahkan men-thola’ah.
Setelah beliau men-thola’ah kurang lebih sampai ART
ke-3, lalu berkata, “La ini kok baik tujuannya.” “Memang
baik tidak bertujuan buruk.” “La bagaimana kok banyak
ulama-ulama Jawa yang berikhtilaf?” “Itu kami tidak tahu
dan tidak mengerti apa yang di-ikhtilafi, lebih baik Tuan
menegur kepada mereka yang ber-ikhtilaf itu. Itu bukan
tanggung jawab kami tetapi tanggung jawabnya yang ber-
ikhtilaf.
“Benarkah Muhammadiyah keluar dari madzhab empat
dan akan mujtahid sendiri, dan kalau benar sudah berapakah
ulama Muhammadiyah yang hafal Al-Qur’an dan tafsir
tafsirnya dan apakah yang telah di-hafidz serta sudah ada
berapa ulama Muhammadiyah yang sudah ahli dalam ilmu
hadis dengan sanad-sanadnya dan ilmu yang lain yang menjadi
syarat Mujtahid?”
“Tuan K. Abdul Muhid mendengar berita yang
demikian itu dari mana dan siapakah orangnya? Tanyalah
kepadanya supaya Tuan dapat keterangan yang jelas dan tegas
serta puas. Muhammadiyah belum pernah membicarakan
tentang hal keluar atau masuk dari pada madzab empat. Baik
dalam sidang anggauta maupun dalam sidang umum yang
terbuka dan atau di sidang pengurusnya. Sebab itu memang
bukan maksud dan tujuan Muhammadiyah. Tetapi maksud
dan tujuan Muhammadiyah seperti yang tertera dalam kitab
AD yang telah Tuan baca.”
“Bagaimana Muhammadiyah dengan ziarah kubur?”
“Muhammadiyah tidak menganjurkan kepada kaum139
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
muslimin pada umumnya dan pada anggauta anggautanya
pada khususnya, supaya sama ziarah kepada kubur walaupun
kuburan keluarganya sendiri, malahan merintangi ziarah
kuburnya orang shalih. Karena akibatnya ziarah-ziarah itu
lantas sama mengajukan permohonan kepada yang ada di
dalam kubur, doa restu hidup bahagia, senang, ayem,
tentram dan tenang. Bahkan bagi kaum muslimin golongan
santri tidak hanya demikian saja, melainkan ditambah pula
dengan bacaan tahlil yang dzikirnya sampai beribu-ribu kali
di muka kubur, sehingga merasa puas dan terkabullah yang
dimaksud dan dituju.”
“Apakah pendirian yang demikian itu juga terhadap
kepada maqam, kubur, Nabi? “ “Yah pendirian yang
demikian itu juga terhadap kepada maqam kubur Nabi.”
“Apa yang demikian itu Muhammadiyah tidak meremehkan
dan menurunkan kebesaran dan ketinggian derajat Nabi.
Sedang Nabi itu adalah “wasilatun al ‘uzma ilallah” bagi kita
umat Islam seluruhnya.”
“Tetapi Muhammadiyah pandang jitssah Rasulullah
sama dengan jitssah ummatnya saja. Rasulullah sebagai
wasilatunal ‘uzhma ilallah itu pada waktu hayatnya, tetapi
setelah mangkat dan sudah menjadi jitssah tidak menjadi
wasilah lagi bagi umatnya yang di belakangnya. Bahkan
Rasulullah melarang kepada umatnya dengan kata,
“Janganlah rumah kamu sebagai kuburan dan janganlah kamu
jadikan kuburku hari raya. Bersholawat kamu sekalian atasku.
Maka sungguh shalawatmu itu akan sampai padaku darimana
kamu ada.” (riwayat Abu Daud dengan sanad hasan)140
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
“Sesungguhnya masih ada banyak mas’alah-mas’alah
Muhammadiyah yang akan saya pertanyakan, tetapi karena
waktu sudah hampir Maghrib, besuk sore ba’dal Ashar akan
saya teruskan lagi sekira Tuan ada furshah.” “Baiklah kami
terima dengan segala senang hati, kami bersedia di rumah.”
“Sekarang saya minta diri, Assalamu’alaikum wr.wb.”
Sesungguhnya saya merasa sangat keciwa dalam
pertemuan itu tidak seorang kawan baik dari fihak tamu
maupun dari fihak kami sebagai tuan rumah. Kemudian kami
teringat 2 orang kawan kami yang sefaham ialah R.H. Isma’il
dan K.H. Sya’rani, keduanya dari Banyumas Gambarsari
dan Purbolinggo. Kami ingin mengajak hendaknya ikut serta
menemui K.H. Abdul Muhid besuk sore ba’dal Ashar.
Alhamdulillah, kedua kawan tersebut dapat menerima ajakan
kami dengan gembira. Tetapi menyesal sekali bahwa kedua
orang tersebut pada pagi harinya sama menghadap kepada
Y.M. K.H. Muhtarom sebagai guru dan orang tuanya dari
Banyumas juga, tiba-tiba datang seorang baladi, orang-orang
resmi memberitakan kepada K.H. Muhtarom dengan
katanya, “K.H. Muhtarom di Makkah sini sekarang ada or-
ang Wahabi yang menyelundup.” “Orang Wahabi dari mana
Tuan, mereka menyelundup masuk ke Makkah?” “Bukan
orang Wahabi dari Sa’udi, tetapi Wahabi dari tanah Jawa,
ialah orang dari Jami’ah Muhammadiyah.” “Kalau saya
dengar Muhammadiyah bukan Wahabi. Entah benar atau
tidak sekarang sedang diselidiki oleh K.H. Abdul Muhid.”
Kedua kawan kami yang ada di situ sama terkejut, bahwa
K.H. Abdul Muhid terang bukan maunya sendiri tetapi jasus141
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
dari Pemerintah Makkah.
Kedua saudara kawan kami itu lalu pulang, mampir di
rumah sambil mencabut kesanggupannya itu. Tetapi karena
desakan kami yang keras, terpaksa kedua saudara kawan kami
itu menerangkan sewajarnya.
Kemudian pada waktu yang telah dijanjikan K.H.
Abdul Muhid tidak datang lagi untuk meneruskan
pertanyaan pertanyaannya.
Amanat KHA. Dahlan kepada KHM. Baqir
Semula, sebelum kami menghadap ke rumah beliau
KHM. Baqir di Aj-Jiad, beliau sudah lebih dahulu meninjau
ke pondokan kami dengan berpakaian yang resmi ragam
Arab yang asli Makkawi. Kami sambut dengan bersalaman
dan berpeluk-pelukan secara adat istiadat bangsa Arab yang
sangat rindu diantara keduanya. KHM. Baqir memang
seorang yang sangat ramah tamah dan kami sampaikan salam
bahagia dari KHA. Dahlan kepada beliau dan dijawab juga
dengan wa’alaihissalam. Dan menanyakan bagaimana keadaan
Mak Cilik dan Mbok Cilik Tib Amin? “Alhamdulillah,
keduanya ada di dalam sehat dan afiat, hanya KHA. Dahlan
sekarang sudah kelihatan tua dan sudah sering jatuh angin-
anginan, dua-tiga hari kepayahan karena kebanyakan tamu.
Hal ini kami hentikan sekian dahulu, nanti akan kami
sampaikan amanat KHA. Dahlan yang sangat penting kepada
KHM. Baqir nanti di Ndalem saja.” “Kapan Kang Syoedja’
akan ke sana?” “Insya Allah dengan segera”. Kemudian
omong-omong sementara waktu sambil minum thee, lalu142
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
K.H. Baqir minta diri pulang ke rumah.
Tidak selang beberapa hari segera kami bermaksud
menuju ke rumah KHM. Baqir dengan melalui sembahyang
Isya lebih dahulu di Masjidil Haram bersama dengan seorang
kawan jamaah kami yang mempunyai kepentingan kepada
beliau KHM Baqir. Sesudah selesai sembahyang Isya, kami
berdua dari Masjidil Haram menuju ke rumah beliau dengan
membawa yang perlu dibawa untuk beliau. Maka kedatangan
kami diterima dengan sangat gembira. Lebih dahulu kami
mengenalkan kawan kami kepada beliau namanya Moh.
Afandi Atmodiwagdo dari Pasar Gede, hendak meng-
haturkan amanat haji kepada Kyai. Kawan kami lalu mengha-
turkan amanat itu besarnya 500 gulden sebagai ongkos haji
bapaknya, nama Mas Atmowidagdo, kampung Celenan
Kotagede Yogyakarta. Dengan permohonan hendaknya
pribadinya Kyai sendiri yang menjalankannya. Uang diterima
dan permohonannya dikabulkan dengan ucapan terima kasih
dan insya Allah.
Kemudian kami keluarkan oleh-oleh kami ialah gambar
potret gerakan Muhammadiyah. Gambar anggota Pengurus
H.B. Muhammadiyah, pengurus Bahagian Pengajaran,
pengurus Bhg. Tabligh dan gambarnya para muballigh,
gambar anak-anak sekolah Muhammadiyah dan lain-lainnya.
Selama beliau mentelaah gambar-gambar Muhammadiyah itu
kadang-kadang bertanya kesemuanya itu mengandung pujian
dan taajub atas keaktifan KHA. Dahlan sebagai orang tua
masih dapat berusaha keras sampai terleksana satu gerakan
Muhammadiyah yang berkembang dan bertumbuh dengan143
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
meriah. Akhirnya beliau bertanya kepada kami “Apakah
amanat Pak Cilik Tibamin yang akan disampaiikan kepada
saya bila Kang Syoedja’ sudah sampai di rumah saya ini?”
“Baiklah Kyai, amanat itu akan kami sampaikan, tetapi
perkenankanlah kami lebih dahulu akan menghaturkan
muqodimmah-nya amanat itu. Amanat itu memang sungguh
penting, finnaqli wal ’aqli, sehingga amanat itu tidak dapat
diberikan dan diterima dengan cara begitu saja, melainkan
harus diberikan dan diterima dengan penggalih yang hening,
yang murni dan ikhlas karena Allah swt. serta dengan
menggunakan jalan fikiran yang luas dan sabar dan tenang.
Demikianlah amanatnya:
1. Baqir suruh pulang ke Jawa, ada apa dia ada di Makkah.
Makkah sudah banyak ulama yang sama mengajar,
bahkan di Makkah merupakan sumber ulama dari segala
bangsa yang mengajar, baik di Masjidil Haram, di rumah-
rumah dan di rubat-rubat dan sumber murid-murid dari
segala bangsa juga yang sama belajar.
2. Makkah satu negeri yang mulia yang diliputi tanah
Haram, Tanah Suci, yang tidak masuk seorang di luar
Islam di dalamnya, sehingga penduduk Makkah seluruh-
nya kaum muslimin dan muslimat yang tidak akan
membutuhkan pelajaran agama Islam dari pada Baqir.
3. Baqir mesti pulang, Baqir mesti pulang, Baqir mesti
pulang ke tanah Jawa. Kaum muslimin tanah Jawa baik
muslimin maupun muslimatnya dari segala lapisan
karena dengan lancarnya para Muballigh dan para
Mubalighat, maka sama sadarlah mereka itu dan144
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
berduyun-duyun sama mengunjungi pengajian yang
didatangi Muballigh-Muballighat di tiap-tiap waktu dan
tempat yang telah ditentukan. Tetapi sayang sekali bagi
mereka golongan terpelajar dan cerdik pandai yang tidak
dapat berkunjung di tempat-tempat tersebut, karena
tidak bersesuaian saat furshah-nya, mereka ingin
berkunjung kepada kyai-kyainya, tetapi hari liburnya
itu juga tidak tentu kalau kyai ada di rumah, karena
sering kejadian pada hari itu sudah berjanji kepada suatu
kelompok cerdik pandai terpelajar di suatu tempat. Oleh
karena itu besar harapanku Baqir harus pulang ke Jawa.
Walaupun dengan cara yang bagaimana juga.”
“Demikianlah kersa-nya amanat KHA. Dahlan kepada
K.H. Baqir. Maka tersilah sekarang kami serahkan.”
KHM. Baqir termenung sebentar menerima amanat
pamannya yang sangat dicintai itu, merasa sangat terharu
hatinya, sampai beliau mengeluarkan setetes dua air matanya,
karena merasa sangat terharu tetapi sukar dan sulit
memikirkannya.
“Andai saya sudah tiba di Jawa, kira-kira akan dibebani
pekerjaan apa oleh Pak Cilik Tibamin, apakah saya disuruh
mengajar di sekolahan atau di madrasah atau dimanakah Kang
Syoedja’?”
“Entah ya, itu tentu KHA. Dahlan sendiri yang akan
mengatur diri Kyai, karena beliau tentu lebih mengetahui
dan lebih sempurna. Cuma dugaan kami kalau Kyai hendak
dibebani mengajar murid dalam sekolahan atau madrasah145
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
itu kami kira tidak. Tetapi membantu pekerjaan KHA.
Dahlan dalam memegang pimpinan Muhammadiyah dalam
segala jurusan.”
“Bagaimana saya dapat memegang pimpinan
Persyarikatan Muhammadiyah, sedang belum pernah dan
belum tahu cara-caranya memimpin kumpulan?” “Hal itu
KHA. Dahlan dahulu juga tidak pernah dan belum tahu
memegang pimpinan perkumpulan, tetapi karena mau, semua
itu terjadi. KHA. Dahlan sesungguhnya hal itu tidak perlu
menjadi soal, tentu Kyai akan dapat menyertai beliau. Tetapi
yang perlu sebagai tugas kami, Kyai disuruh pulang ke tanah
Jawa, itulah yang paling penting. Bagaimana sanggupkah atau
bagaimana?” “Kang Syoedja’ janganlah tergesa-gesa, saya
menanyakan yang demikian itu untuk menjadi syarat saya
untuk menentukan sikap saya pulang atau tidak. Malah masih
ada pula yang akan saya tanyakan, bilamana nanti saya sudah
ada di tanah Jawa. Yaitu cara bagaimana hidup saya
sekeluarga di tanah Jawa nanti. Sebab Kang Syoedja’ tentu
telah maklum, bahwa keadaan sana di Kauman tidak punya
rumah tinggal, sedang saya dan istri saya tidak dapat bekerja
seperti saudara-saudara kita di sana bahkan memburuh saja
belum pernah.”
“Betul Kyai, kami telah mengerti bakal keadaan Kyai
di tanah Jawa itu, tetapi kami kira KHA. Dahlan lebih
mengerti keadaan Kyai di Makkah sini. Di Kauman pada
khususnya dan di Yogyakarta banyak rumah dan lebih
mudah dan lebih murah kalau dibandingkan dengan ma’isyah
di negeri Makkah sini. Pendeknya tidak perlu dikhawatirkan146
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
lagi, Kyai sekeluarga tentu tidak akan menjadi orang asing,
tetapi akan bermasyarakat dengan keluarga sendiri
sebagaimana yang telah lampau, malahan bertambah erat
karena mereka sudah sekian tahun sama rindu dan terharu.”
KHM. Baqir belum dapat memberi jawaban yang
positif untuk melaksanakan panggilan pulang ke tanah Jawa,
untuk membantu pamannya, KHA. Dahlan, yang
berkecimpung memegang kendali persyarikatan
Muhammadiyah. Itu karena sangat berat rasa hatinya
meninggalkan negeri Makkah yang mulia. Memang, barang
siapa yang sudah menikmati rasa mulia dan untung hidupnya,
sukar dan sulitlah mereka akan meninggalkan negeri itu,
walaupun di luar akan bertemu dengan kemuliaan dan
keuntungan yang lebih besar dari pada yang didapat di negeri
Makkah. Sebagaimana KHM. Baqir telah pernah menyatakan
pertanyaannya bagaimana cara hidupnya nanti di tanah Jawa,
andaikata dijamin oleh seseorang atau sesuatu persyarikatan
dengan terikat atau tidak terikat suatu janji pekerjaan, maka
ternyatalah bahwa hidup saya sekeluarga merupakan hidup
yang bersifat menadahkan tangan di bawah (yadusufla)
padahal keadaan saya di sini walaupun saya tidak bekerja
yang terikat suatu perjanjian tetapi, alhamdulillah, Allah
selalu memberikan karunia-Nya dengan cukup dan tidak
bersifat yadusufla, tetapi bersifat yadul ulya. Yaitu datang
dari pada amanat- amanat atau hadiah-hadiah yang tidak
dengan seruan saya dan ikatan janji dengan pekerjaan tetapi
datang dengan ikhlas dan murni serta hormat.
Hingga hampir tiba waktu haji, beliau belum147
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
memberikan jawaban yang positif tentang pulang ke Jawa
atau tidak, tetapi malahan memberikan keterangan, bahwa
berhubung putranya Abdullah Nuri masih perlu menyem-
purnakan (mengkhatamkan) menghafidzkan Qur’an dan
masih tinggal sedikit, maka penyempurnaan itu akan
dilaksanakan di Madinah yang kurang lebih akan memakan
waktu dua bulan. Apabila itu berhasil barulah beliau akan
memberikan jawabannya yang positif, ya atau tidak.
Walaupun demikian kami masih merasa perlu sekali
lagi mendesak dengan desakan-desakan menekankan, “Baiklah
KHM. Baqir, walaupun Kyai hendak beristirahat lebih dahulu
di Madinah dua bulan, sekira Kyai dapat menentukan pulang
atau meninjau saja ke Jawa, insya Allah kami tunggu sampai
datang dari Madinah.” Jawabnya, “Saya tidak dapat
menjawab lagi, melainkan apa yang sudah Saya katakan itu,
lain tidak.”
Maka, dengan demikian, berakhirlah pembicaraan kami
dengan beliau soal pulang ke Jawa dengan tidak berhasil.
Pada tanggal 20 bulan Dzulhijah, memang sudah biasa
para masyayih haji di Makkah lalu memerintahkan kepada
jamaah supaya bersiap-siap berangkat ke Jeddah dan
masyayikh yang mempersiapkan kafilahnya. Pada hari itu
kami dengan jamaah berangkat ke Jeddah.
Pada tanggal 10 Muharram kami sudah tiba di Tanjung
Periuk Batavia dengan selamat dan tanggal 13 Muharram tiba
di Yogyakarta dengan sehat dan afiat tidak kurang satu apa.
Selang dua hari setiba kami di Yogyakarta, lalu
diadakan rapat Pengurus Penolong Haji dan saudara-saudara148
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Pengurus Muhammadiyah yang diundang, bertempat di
rumah yang ditempati KHA. Dahlan yang pada waktu itu
beliau sedang beristirahat di rumah K.H. Ibrahim di
Suronatan Jalan Gerjen karena terganggu kesehatannya,
untuk melapurkan perjalanan kami ke Makkah dari A
sampai Z, yang paling menjadi perhatian dan pertanyaan
ialah soal KHM. Baqir yang tidak suka pulang ke Jawa.
Sudah tentu KHA. Dahlan sangat keciwa, tetapi
walaupun bagaimana juga keciwanya, sudah tidak dapat
disesalkan karena memang demikian tabiat dan sifatnya
manusia yang sudah menikmati sesuatu hal yang dirasa
menguntungkan tentu sukar dan sulit akan meninggalkannya.
Alhamdulillah, walaupun KHA. Dahlan sudah sering
merasa terganggu kesehatannya, namun semangatnya tak
pernah kunjung padam, usahanya tetap giat sekalipun hanya
menggunakan sekedar kekuatan yang ada padanya. Tetapi
apabila kesehatan berkunjung padanya, beliau tidak segan
meninggalkan bale rumah tangganya berkunjung kepada
tempat yang dipandang perlu walaupun keluar daerahnya.
Membangun Wal ‘Asri
Setelah sekian tahun para wanita digembleng dan
digodog (cara istilah Bung Karno) tentang ibadat kepada Al-
lah swt. dan akhlaq budi pekerti, menurut Ajaran Islam,
supaya bertambah tinggi mutunya dan bertambah besar harga
nilainya di sisi Allah swt, akan dibuka pintu Kursus Wal
‘Asri. Yang menjadi murid hanya anggauta Aisyiyah yang
memang mempunyai kesanggupan sungguh-sungguh akan149
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
mengikuti pelajaran Wal ’Asri dengan syarat harus berpakaian
secara wanita Islam yang sebenar-benarnya apabila keluar dari
rumahnya walaupun akan mendatangi kursus Wal ‘Asri.
Yaitu berkerudung, baik dengan madawwarah maupun
mahramah yang serapat mungkin, sehingga tidak terlihat
sebatang rambut kepalanya. Berbaju juga sampai serapat
mungkin, sehingga tidak terlihat tubuh badannya melainkan
tapuk tangannya. Berkain sampai tumitnya atau memakai
kaus kaki dan sandal atau sepatu. Dan berkhumur. Wanita
Aisyiyah yang sadar dan mempunyai kesanggupan demikian
itu boleh masuk mengikuti menjadi murid Kursus Wal ’Asri.
Sejak dilaksanakan Pengajian Wal ‘Asri banyaklah
anggota Aisyiyah yang mengikutinya. Maka terjadilah kursus
itu dengan sendirinya lalu bersifat perkumpulan yang
dibentuk pengurusnya sebagai bahagian, tetapi bernama
urusan daripada Aisyiah (Aisyiah Urusan Wal ’Asri). Kursus
Wal ’Asri itu masih tetap dipegang oleh KHA. Dahlan
sendiri, hanya setapak demi setapak kalau KHA. Dahlan
keluar kota atau ke lain daerah kursus itu diserahkan kepada
K.H. Ibrahim, adik ipar beliau, selama beliau tidak ada.
Pengurbanan Besar-besaran
Pada tahun 1922, karena jalannya sekolahan
Muhammadiyah yang tidak boleh dihambat pada tiap-tiap
tahun mesti terpaksa menambah kelasnya, telah berjalan lebih
setahun sekolah Muhammadiyah menyempurnakan
pelajarannya dengan tenaga mantri guru yang bevug. Maka
sudah barang tentu dengan adanya mantri guru itu150
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Muhammadiyah harus belanja sekolahnya bertambah.
Walaupun belanja mantri guru tidak sebegitu besar, yakni
75 gulden, tetapi karena permintaan subsidi mantri guru itu
belum berhasil, belanja itu dikeluarkan hanya dari uang
sekolah yang telah dibagi kepada guru-guru yang lain dan
dari kantong Muhammadiyah. Berhubung kekurangan uang
itu, Muhammadiyah terpaksa menderita pinjaman kepada
guru-guru yang tidak sedikit dalam perhitungan masa itu,
berkisar diantara 300 sampai 400 gulden.
Sudah selama setahun melihat nasib guru-guru yang
telah berkurban itu, KHA. Dahlan tidak sampai hati akan
mempertangguhkan pembayaran utang itu sampai berapa
bulan lagi, maka lalu mengundang kawan Pengurus Muham-
madiyah untuk mendaftar barang alat rumah tangganya
KHA. Dahlan dari barang yang kecil-kecil barang rumah
tangga meja kursi, bangku, kaca tembok, jam tembok,
kapstok dan lain-lain. Dari barang-barang pakaian mulai dari
terumpah Karsanah, kain sarung palekat, baju-baju dalam
dan jas-jas pakaian haris Qamish, jubah dan surban-surban
kecuali satu surban, satu jas, dua baju dalam dan dua sarung
lama. Seolah- olah KHA. Dahlan bertelanjang diri dan
bertelanjang rumah sampai bulat, hanya KHA. Dahlan
berjanji seberapa dapat 60 gulden buat beliau, untuk
membayar utang yang lain. Walaupun demikian, tetapi
KHA. Dahlan tetap dalam suka ria dan gembira karena
penjualan barang-barangnya dapat perhatian orang banyak,
sehingga harganya menjadi lebih daripada yang diharapkan.
Menurut tafsiran sebelumnya harga itu hanya berkisar 400151
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
sampai 500 gulden saja. Tetapi setelah selesai penjualan
ternyata dapat berjumlah sampai 4000 gulden lebih sedikit.
Sebab, banyak diantaranya barang barang yang dijual sampai
beberapa kali, karena menjualnya barang-barang tersebut
secara lelang, openbaar verkoping sekeluarga tidak dengan
melalui vandumeester. Penjualan ditutup dengan alhamdu-
lillah dan banyak terima kasih oleh KHA. Dahlan. Namun
KHA. Dahlan tetap hanya mengambil 60 gulden saja, sedang
yang lain tetap menjadi milik Muhammadiyah untuk
menutup utangnya kepada para guru yang sama menderita.
Demikianlah pengurbanan yang suci murni dan ikhlas
yang ditujukan kepada usaha keagamaan, Agama Islam, tepat
dengan janji Allah Intansurullaha yansurkum, apabila kamu
menolong Allah, Allah akan menolong kepadamu.
Demikian juga KHA. Dahlan yang sudah berani
bertelanjang bulat tidak selang berapa jam atau menit,
pakaian-pakaian beliau yang dipandang perlu untuk melayani
masyarakat dan agama yang sudah dibeli oleh orang, maka
dengan lekas dikirim kembali kepada KHA. Dahlan oleh
Allah dengan perantaraan si pembeli, untuk hendaknya
dipakai kembali dengan lega dan ridha. Sehingga keadaan
KHA. Dahlan tidak ada perubahan sedikitpun dari keadaan
yang telah lalu.
Sejak adanya pembelaan KHA. Dahlan kepada
Muhammadiyah yang dahsyat itu sungguh sangat
mempengaruhi jiwa semangat kedermawanan kepada
keluarga Muhammdiyah khususnya dan kaum muslimin
simpatisan pada umumnya.152
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Pada tahun-tahun paruh akhir 1922 banyaklah para
dermawan yang mendermakan tanah dan hasilnya kepada
Muhammadiyah untuk menjadi miliknya. Tanah dan
gedungnya untuk menjadi kantor H.B. Muhammadiyah.
Tanah yang cukup untuk pembangunan mushalla ‘Aisyiah,
diwakafkan. Tanah diwakafkan untuk bangunan Rumah
Miskin. Tanah diwakafkan untuk Gedung Pengajian. Tanah
diwakafkan untuk bangunan surau Muhammadiyah. Dan
seterusnya dan ada pula yang mendermakan auto-nya untuk
kepentingan H.B. Muhammadiyah dan para Bahagiannya,
terutama para Muballighin dan Muballighat dan beberapa
orang yang menyediakan sepedanya untuk bertabligh.
Sejak sadarnya para hartawan keluarga Muhammadiyah
dan para simpatisan akan kewajibannya membantu kepada
Muhammadiyah sama menyerahkan miliknya berupa tanah-
tanah dengan secara wakaf atau mendermakan untuk kepen-
tingan Agama Islam, tertampaklah gerak Muhammadiyah
yang bersemangat dan giat usahanya. Banyak objek-objek
pembangunan baru, umpanya Mushala Aisyiyah, Gedung
Nasyiatul Aisyiyah, Rumah Miskin di Tambakbayan dan
lain lain tempat pengajian di kampung-kampung sekitar
kampung Kauman sehingga gerak Muhammadiyah kelihatan
bertambah ramai dan meriah. Tidak kurang pada tiap-tiap
malam 10 orang sama mengunjungi tempat pengajiannya
masing-masing di desa dan di kampung-kampung yang sudah
tertentu pada tiap-tiap minggu sekali atau dua kali. Dengan
menggunakan persediaan sepeda yang telah sama disediakan
oleh yang memilikinya, para mubaligh sama gembira dan153
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
giat memenuhi kesanggupannya masing-masing pada hari dan
tempat yang telah ditentukan. Dengan lancarnya
perkembangan dan pertumbuhan Muhammadiyah yang
ramai dan meriah itu dengan sendirinya Kota Yogyakarta
merupakan ibukota tempat Muhammadiyah setanah Jawa
pada khususnya dan se-Indonesia pada umumnya.
Dengan semangat ke-Islaman dan semangat Agama Is-
lam, dengan sendirinya pula jiwa persaudaraan keluarga
Muhammadiyah makin bertambah suburnya, sehingga pada
tiap-tiap datang tamu-tamu dari luar daerah yang menuju
kepada kepentingan Muhammadiyah, tidak diperkenankan
tinggal di rumah penginapan (hotel) karena tiap-tiap pintu
rumahnya pengurus Muhammdiyah selalu terbuka lebar
untuk menerima mereka dengan gembira dan segala senang
hati, walaupun tamu itu tidak dikenal atau belum, asal ada
bukti kepentingan yang dimaksud. Mereka dipersilahkan
tinggal di rumahnya, hendaknya dipandang sebagai tinggal di
rumah sendiri. Demikian juga pada sebaliknya, apabila ada
pengurus Muhammdiyah dari Yogyakarta yang datang di
tempat untuk meninjau atau memang untuk mengurus sesuatu
hal yang penting, maka kedatangannya itu disambut dengan
semeriah-meriahnya dan dipandang sebagai kedatangan orang
tua yang dihormati dengan penghormatan yang sebaik-baiknya.
Jadi pada khulasoh-nya, jiwa ukhuwah Islam dalam
Muhammadiyah tidak perlu dianjurkan, karena ukhuwah
adalah satu-satunya inti sari agama Islam ialah persaudaraan
Innamal mu’minuna Ichwatun Fashlihu baina akhwaikum.
Maka dengan Islam itulah memperbaiki persaudaraan.154
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
KHA. Dahlan Melawat ke Jawa Timur
Sejak K.H. Ibrahim telah ikut serta membantu KHA.
Dahlan dan memimpin Pengajian Wanita yang dahulu
dipegang oleh KHA. Dahlan, kiranya KHA. Dahlan lantas
banyak waktu untuk beristirahat, tetapi tidak demikian,
bahkan sering meninggalkan kota Yogyakarta keluar daerah
yang dipandang perlu untuk dikunjungi, atau memang sudah
janji berkunjung.
Pada satu waktu KHA. Dahlan berkunjung ke Jawa
Timur sampai beberapa hari, diantaranya salah satu yang
dikunjungi Kawedanan Sumber Pocong (Kepanjen). Karena
disitu memang ada Grup Muhammadiyah yang
berhubungan langsung dengan H.B. Muhammadiyah di
Yogyakarta sedang mengadakan rapat yang dikunjungi or-
ang banyak. Di situ KHA. Dahlan berjumpa dengan seorang
wanita pembicara yang cantas suaranya, cakap cukup
bersemangat dan dapat perhatian orang banyak. Sehingga
beliau ingin mempersilahkan datang ke Yogyakarta untuk
disambut dengan rapat-rapat kaum wanita baik rapat umum,
rapat anggauta Aisyiyah, diskusi ceramah yang tentu akan
memberi faedah yang banyak kepada Aisyiyah pada
khususnya dan kepada golongan wanita pada umumnya.
Jago wanita itu rupanya sangat setuju dan permintaan
segera diterima, dengan berjanji harus dikawani seorang
wanita pula. KHA. Dahlan tidak keberatan, malah kalau ada
yang lain lebih baik. Lalu sama minta idzin kepada suaminya
dan diidzinkan.
Pagi harinya KHA. Dahlan berangkat dari Sumber155
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Pocong dengan spoor yang paling pagi untuk senja sampai
di Yogyakarta, bersama dengan dua wanita yang budiman
itu. Betul kira-kira jam 5 sore kereta api sudah tiba di statiun
Tugu Yogyakarta. Dua tamu dengan tuan rumah terus
menuju Kauman di Rumah KHA. Dahlan dan disambut oleh
keluarga KHA. Dahlan dengan gembira ramah tamah. Tamu
lalu dipersilahkan mandi dan istirahat.
Walaupun tamu dipersilahkan istirahat, tetapi karena
di situ memang tempat berkumpulnya pemudi-pemudi
Aisyiyah, maka tidak dengan diundang mereka mesti sama
datang, lebih pada waktu sore menghadapi berjamaah
Maghrib, tentu tamu tidak dapat beristirahat yang sewajar-
nya. Tetapi tamu malah merasa gembira karena seketika dapat
berkenalan dengan mereka yang banyak itu.
Sehabis sembahyang Maghrib, lalu mereka pemudi
sama beramah-tamah dengan kedua tamu tersebut sampai
waktu Isya, sehabis sembahyang Isya lalu bubaran, tamu
dijamu makan bersama dengan keluarga nyonyah rumah Ibu
Nyai H.A. Dahlan dengan sederhana.
Jam 8.30 para pengurus ‘Aisyiyah sudah sama datang
kembali untuk berunding dengan tamu-tamu tersebut, untuk
membicarakan acara rapat terbuka bagi khusus wanita pada
besuk malam, di sekolahan Muhammadiyah pertama di
Kauman. Acaranya:
1. Pembukaan dengan bacaan Al-Fatikhah
2. Pidato dari Woro Sastroatmojo tamu dari Kepanjen
3. Pidato dari tamu yang kedua dari Kepanjen Jawa
Timur.156
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Rapat dimulai jam 8.30 dipimpin oleh Ketua ‘Aisyiah.
Pada waktunya rapat terbuka itu dapat kunjungan para
wanita yang luar biasa banyaknya, sehingga belum pernah
terjadi rapat wanita dapat kunjungan yang sekian besarnya.
Jam 8.30 tepat rapat dibuka dengan mengucapkan
terima kasih banyak kepada hadirat, “dan marilah kita buka
dengan membaca al Fatikhah.” Lalu dipersilahkan pembicara
Ibu Woro Sastroatmojo tampil ke mimbar. Benar, wanita
pembicara itu memang mempunyai sifat wanita pemimpin
dalam lagak lagunya setelah tampil ke mimbar yang dihadapi
orang banyak itu. Setelah mereka memberikan salam dan
bahagia kepada hadirat dengan assalamu’alaikum w.w. dan
disambut oleh hadirat dengan suara serempak, lalu mereka
mulai berbicara menerangkan di sekitar pergerakan yang
diikuti ialah pergerakan Syarikat Islam yang sudah berbau
merah dengan lancar dan tegas serta bersemangat yang
menyala-nyala sehingga dapat membangkitkan dan
menyedarkan jiwa yang sedang tidur dan semangat yang
lemah.
Mereka berbicara satu jam terus dengan lancar dan
pantasnya serta tidak dengan istirahat. Memang pada masa
itu di Yogyakarta belum pernah terdengar seorang wanita
pembicara yang lancar cakap cukup tegas dan tabah hati,
sekalipun sebenarnya salah letaknya. Tetapi yang demikian
itu bukan tidak diketahui pada sebelumnya oleh KHA.
Dahlan, tetapi yang dimaksud memang bukan intisari
pidatonya si pembicara, melainkan tegak tegap sikap cakap
cukupnya wanita pembicara dan semangatnya.157
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Memang, demikianlah adat istiadat dan sikap serta
tabiatnya KHA. Dahlan. Dalam mu’asyaroh dengan kawan
sejawat dan handai taulan, beliau tidak muram meminta akan
sesuatu hal yang penting dan yang dibutuhkan, kepada
barang siapa saja yang memilikinya, tetapi juga tidak segan
memberikan kekayaannya kepada barang siapapun yang
belum atau tidak memilikinya. Apakah kekurangan beliau?
Dan, apa pula kepunyaan dan kekayaan beliau. Kekurangan-
nya tentu banyak sekali, aneka warnanya, tetapi kalau
disingkatkan segala sesuatu yang baik yang dapat untuk
memperbaiki masyarakat pada umumnya dan memperbaiki
agama khususnya.
Setelah selesai pembicara yang pertama, Woro
Sastroatmojo, lalu istirahat 15 menit dan dilanjutkan
pembicara kedua tampil ke mimbar. Setelah memberikan
salam bahagia, maka isi pidatonya hampir sama dengan
pendahulunya, karena memang kedua-duanya memang
tokoh Sarekat Islam. Bedanya, yang kedua ini ada agak lunak
suaranya, tetapi aksi semangat seimbang dan ada juga
jenakanya. Mereka berbicara juga lebih kurang sejam.
Hadirat riang gembira merasa puas.
Lalu pimpinan mempersilahkan siapa diantaranya yang
hendak menyambut. Tawaran ini tidak seorangpun yang
akan menyambut, karena sebenarnya hadirat itu adalah sama
buta politik. Oleh karena tidak seorang yang akan
menyambut, maka rapat lalu ditutup pada jam 11.30 dengan
mengucapkan Al-Fatikhah dan terima kasih dan selamat
pulang. Tamu dan pengurus ‘Aisyiyah tetap sama istirahat158
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
di rumah KHA. Dahlan lantas beramah tamah dan senda
gurau sampai jam 1 lepas tengah malam, lalu sama pulang ke
rumah masing-masing. Malam yang ketiga diadakan rapat
anggota ‘Aisyiyah dalam kampung Kauman.
Rapat dipimpin oleh ketua ‘Aisyiyah, dibuka pada jam
9 dengan Al-Fatikhah, lantas Siti Hayinah dipersilahkan
menerangkan ke-Muhammadiyahan dan ke-‘Aisyiyahan
sampai bidang pekerjaan ‘Aisyiyah yang sudah dijalankan
pada waktu itu. Walaupun Siti Hayinah, Siti Munjiah, Siti
Badilah dan Siti Bariyah masih calon tokoh-tokoh ‘Aisyiyah,
sudah barang tentu masih jauh perbedaannya, sehingga rapat
anggota ‘Aisyiyah itu lama-lama jadi merupakan pengajian
yang tidak tersengaja. Jam 11 rapat ditutup dengan selamat
dan membaca Al-Fatikhah. Jam 7 pagi harinya tamu pulang
dengan berkudung serta diantar para Pengurus ‘Aisyiah ke
Stasiun Tugu menuju ke Kepanjen Jawa Timur dengan
gembira.
KHA. Dahlan Hilang Kemana; Satu peristiwa
Jam 8 pagi KHA. Dahlan meninggalkan rumah tidak
dengan memberi tahu kepada keluarga akan kemana arah
yang dituju. Biasanya keluar dari rumah yang hanya dengan
cara yang begitu saja, baik dengan memberi atau tidak bila
sampai jam 1 lepas tengah hari sudah tiba kembali ke rumah.
Tetapi kali ini rupanya ada lain.
Beberapa hari sebelumnya KHA. Dahlan ada yang
direnungkan dalam hatinya yang berat, tetapi tidak
dilahirkan kepada siapapun, kendati kepada keluarganya159
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
sendiri. Sehingga tertampak pada keadaan pribadinya yang
biasanya memang rajin berhias diri sebagai orang tua, rajin
bercukur rambutnya yang sudah tiga perempat beruban,
menggunting kumis dan jenggotnya yang tidak pernah
sepanjang lebih dari satu setengah sentimeter, tetapi pada
saat itu tidak ada kesempatan untuk itu. Oleh karena itu
perginya yang tidak memberi tahu itu, menimbulkan rasa
bimbang Ibu Nyai H.A. Dahlan karena sampai sore belum
tiba kembali. Sehingga barangsiapa yang kelihatan oleh Ibu
Nyai ditegur dimana Kiyai. Tetapi yang ditegur tidak
seorang yang dapat memberi tahu dimana Kyai ada.
Jam 7.30 sesudah bubar orang sembah yang Isya KHA.
Dahlan tiba kembali di rumah dengan membawa tentara yang
luar biasa banyaknya lebih dari 100 orang dan luar biasa
orangnya yang belum pernah dikenal oleh orang Kauman.
Orang-orang itu sama dipersilahkan duduk di serambi
suraunya dan di bangku-bangku sekolah yang ada di kelas.
Dan ada pula yang tidak dapat tempat duduk, terpaksa
mereka menongkrong saja di sembarang tempat.
Orang-orang yang dibawa itu KHA. Dahlan tidak
menerangkan, tetapi melihat keadaan rupanya dari golongan
kaum buruh salah satu perusahaan fabrik atau golongan
buruh Kereta Api, karena tampak adanya pakaiannya ada di
antaranya berpantalon jas putih pakai terumpah, ada
berpakaian cara berkain dan berbaju lurik ikat kepala dan
bercelana dalam pakai sarung baju cina pakai peci atau topi.
KHA. Dahlan tampak kerepotannya dan kacau
balaunya dalam hati karena merasa tidak dapat mengatasi160
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
melaksanakan pengajarannya dengan total terhadap sebanyak
mereka itu, sebab tempatnya bercerai-berai. Akhirnya
mengundang budaknya, disuruh memanggil santri- santrinya
yang biasa sembahyang berjamaah di surau dengan segera.
Datanglah Muh. Suhud, M. Hasan Junaidi, Muh. Juraimi,
H. Muh. Syafei, H.M. Syoedja’ dan Muh. Ahmad Badar.
Kesemuanya itu santri-santri yang tidak mengenal belajar
dalam sekolahan, diundang untuk membantu mengajar
mereka orang banyak itu tidak dengan diatur untuk mengajar
apa. Hanya empat orang dikhususkan untuk mengajar
mereka soal praktik wudlu dan sholat. Yang lain, H.M.
Syoedja’ dan Muh. Ahmad Badar disuruh mengajar supaya
mereka menjadi orang Islam seperti kamu. Masya Allah, la
haula wa la quwwata illa billah. Sudah barang tentu
pengajaran yang demikian tidak teratur, dapat digambarkan
sebagai si buta menuntun kepada orang yang tidak bermata.
Inilah barangkali suatu akibat renungan KHA. Dahlan
yang berat beberapa hari pada sebelumnya yang tidak
dilahirkan kepada siapapun sehingga terjadi yang demikian
itu.
Muhammadiyah Menerima Propaganda Indonesia
Sosial Demokrat Vereniging
Tidak berselang lama setelah KHA. Dahlan mendatang-
kan Propagandis Sarekat Islam golongan wanita yang
disambut dengan rapat terbuka dan rapat anggota ‘Aisyiyah,
maka tiba waktunya ISDV dari Semarang yang dipimpin
oleh Sneevlit dan Baars, ingin hendak menerangkan maksud161
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
dan tujuannya di kalangan Muhammadiyah dan diterima oleh
H.B. Muhammadiyah dengan diadakan rapat terbuka di
kampung Kauman. Rapat dikunjungi oleh Otoriteit bangsa
asing, Ass. Residen Hoofd Commisaris van Politi, Oeverstig
Controleur Komisaris Komisaris polisi dan para Bupati
Pamong Praja Yogyakarta dan lain-lain para priyayi yang
terkemuka, kesemuanya mereka itu sama berpakaian dinas
putih. Dari ISDV yang datang saudara Semaun dan sdr
Darsono yang membuka bicara sedang Baars hanya duduk
sebagai tamu.
Rapat dipimpin oleh KHA. Dahlan sendiri, dibuka
mulai jam 8.15 tidak dengan Al-Fatikhah, tetapi dengan hamer
saja. Dok. Lalu sdr Darsono dipersilahkan tampil ke mimbar
untuk membicarakan yang dimaksud. Tentu saja bicaranya
sdr Darsono itu banyak ladanya sehingga barang siapa yang
mendengar lantas menjadi hangat, tidak doyan malah menjadi
panas dan sakit. Lebih-lebih terhadap kepada pemerintah
Hindia Belanda yang berdasar kapitalis dan Imprealis yang
menindas dan mengisap darah rakyat sekuat-kuatnya dan
mengangkut keuntungan yang sebesar-besarnya. Demikianlah
seterusnya mereka berbicara sampai sejam. Lalu disambung
oleh sdr. Semaun dipersilahkan tampil ke mimbar.
Sdr. Semaun pidatonya menerangkan di sekitar sama
rata sama rasa, yang di atas turunkan di bawah dijunjung.
Yang kaya dirampas dan yang miskin ditambah kehidupan-
nya dan seterusnya sampai makan waktu sejam empat puluh
menit. Lalu istirahat sementara menit, lalu dipersilahkan siapa
yang hendak menyambut dan bertanya. Karena ditunggu162
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
sementara menit tidak ada yang menyambut. Maka rapat
ditutup dengan lebih dahulu pimpinan mengucapkan banyak
terima kasih kepada kedua saudara pembicara dan
mengucapkan banyak terima kasih kepada hadirin dan tuan-
tuan tamu yang diundang dan rapat ditutup dengan suara
hamer. Dok. Dengan mengucapkan selamat jalan.
Betapa hebatnya akibat dari pada rapat terbuka ISDV
dalam Muhammdiyah. Tidak berapa hari daripada sesudah
adanya rapat tersebut, datanglah beberapa surat daripada
para priyayi pamong praja yang sama menyatakan
permintaan berhenti dari anggota Muhammadiyah, karena
Muhammadiyah dipandang setuju dengan gerakan ISDV
tersebut. Tidak apalah, itu biasa.
Tetapi sebaliknya, betapa hebatnya pula semangat jiwa
para Mubaligh setelah mendengar propaganda ISDV, mereka
bertambah giat dan bertambah tebal keyakinannya bahwa
Islam akan dapat kemenangan dalam perjuangannya, karena
menyadari dan menginsyafi idiologi ISDV remeh, yang
kotor saja dapat laku dijual kepada umat manusia asal
ditawarkan. Apalagi Agama Islam yang datang dari Allah
dengan wahyu yang amat suci diturunkan kepada Nabi
untuk disampaikan kepada ummatnya dari segala bangsa,
dengan memberi jaminan kebahagiaan duniawi dan ukhrawi
dengan jaminan yang konkrit bagi siapa saja yang patuh dan
mentaati. Semua itu syarat yang pokok, para muballigh dan
muballighat jangan segan-segan menyampaikan wahyu Ilahi
yang suci dan murni itu.
“Saudara-saudara para muballighin dan para muballighat163
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
yang mulia, dengan kemuliaan saudara-saudara itulah, saudara-
saudara dititikberatkan menjadi pelopornya Agama Islam
untuk menyampaikan wahyu Ilahi yang suci dan murni itu
kepada ummat manusia segala bangsa. Dengan tidak adanya
saudara-saudara sebagai muballighin dan muballighat yang aktif
dan bersemangat itu, akan musnalah Agama Islam dari muka
bumi saudara, yakni dari tanah air saudara.”
KHA. Dahlan Sudah Sering Terganggu
Kesehatannya
Sejak pertengahan tahun 1923, KHA. Dahlan memang
sudah sering terganggu kesehatannya, sehingga pada hari
beliau memimpin rapat tahunan 1922 terpaksa meninggalkan
meja pimpinan dari rapat tersebut, karena diserang penyakit
yang agak berat, sehingga lalu diangkut kondur (pulang) ke
rumah dan tidak dapat kembali melanjutkan rapat-rapat
tahunan tersebut, karena beliau harus istirahat lebih dahulu
sampai baik dan sehat betul. Demikian kata dokter yang
memeliharanya.
Tetapi oleh karena memang jiwanya itu sangat besar
dan semangatnya tak pernah kunjung padam, jangankan
beliau itu sudah merasa sehat betul, sedang merasa ringan
sedikit saja, lalu bergiat kembali dengan sekadar kekuatan
yang ada.
Pada masa itu memang sedang banyak bertumbuh
dalam Bahagian-Bahagian dari H.B. Muhammadiyah yang
sama membangun gedung-gedungnya masing-masing.
Umpamanya, dalam bidang Bhg. PKO membangun Rumah164
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Miskin, bidang Bhg. Yayasan sedang membangun Mushalla
‘Aisyiyah, bidang Bhg. Sekolah sedang membangun HIS dan
Kweekschool, Mu’alimmatnya yang kesemuanya itu diawasi
oleh beliau, meskipun beliau tidak mengontrol di tempat
objek-objek itu, tetapi selalu menegur kepada masing- masing
yang mempunyai tugas, sehingga kalau perlu mereka
diundang untuk ditegur sampai kemana, sampai seberapa
tugas yang telah dikerjakan. Lain daripada itu, beliau tidak
henti-hentinya menerima tamu di rumah, baik dari luar
maupun dari dalam Muhammadiyah.
Pada tanggal 13 bulan Januari 1923, Rumah Miskin
dibuka dengan resmi oleh H.B. Muhammadiyah Bhg. PKO
dengan dikunjungi utusan dari Rijkbestuur KPA. Adipati
Danurejo R.T. Wiryokusumo, R.W. Dwijosewoyo, Dr.
Ofrengga, Dr. R. Abdulkadir dan wakil-wakil perkumpulan
di Yogyakarta yang diundang dan orang-orang yang
terkemuka di Yoyakarta yang diundang. Tetapi KHA.
Dahlan tidak dapat menghadiri karena halangan sakit.
Anehnya, pada hari pembukaan Rumah Miskin itu ada
seorang tamu dari luar daerah Yogakarta yang tidak
diundang. Rupanya tamu itu boleh kami pandang seolah-
olah pesuruh daripada Yang Maha Murah dan Belas Kasih
untuk menolong kepada Muhammadiyah dalam suatu hal
yang sangat sukar dan sulit untuk melaksanakan cita-citanya
yang telah lama diangankan. Tamu itu ialah sdr. Dr.
Somowidagdo dari Malang Jawa Timur. Karena melihat
usaha Muhammadiyah dalam bidang Penolong Kesengsaraan
Oemoem, cenderunglah hati beliau dengan sangat terharu165
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
ingin hendak menceburkan diri menyerahkan tenaganya
kepada Muhammadiyah dalam bidang Bhg. PKO dengan
tidak pakai syarat.
Angan-angan yang demikian itu disampaikan kepada
KHA. Dahlan yang beliau sedang sakit di rumahnya, diantar
dengan seorang temannya, sdr. Dokter hendak bicara sendiri
kepada KHA. Dahlan. Setelah sampai di rumahnya,
diterimalah oleh beliau dengan segala senang hati dan
gembira.
Setelah sama bersalaman dan mengenalkan diri satu
sama lain, sdr. Dokter dipersilahkan duduk yang baik, lalu
sdr. Dokter Somowidagdo menyatakan maksudnya yang
terkandung dalam kalbu dengan secara wajar. Pernyataan
sdr. Dokter itu diterima dengan besar hati dan gembira,
karena itulah yang telah lama diharap-harapkan taufiq dan
hidayat daripada Allah swt. Yang Maha Murah dan Belas
Kasih.
Kemudian, Ketua H.B. Muhammadiyah Bhg. PKO
diundang untuk menerima sdr. Dokter dan menyelesaikan
perundingan selanjutnya sampai berhasil.
Betapa besar dan gembiranya KHA. Dahlan menerima
kedatangan sdr. Dokter Somowidagdo yang menyerahkan
tenaga dirinya sebagai dokter kepada H.B. Muhammadiyah
yang seolah-olah tidak dengan syarat itu. Walaupun belum
menyampaikan suatu resep untuk Kiyai, tetapi pribadinya
sdr. Dr. Somowidagdo laksana menjadi obat yang mujarab
bagi sakitnya KHA. Dahlan. Mudah-mudahan pandangan
rasa yang demikian itu benar. Amin.166
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Alhamdulillah, memang setelah KHA. Dahlan mende-
ngar keputusan perundingannya H.B. Muhammadiyah Bhg.
PKO dengan Dr. Somowidagdo sudah selesai dan bahkan
sudah direncanakan bila hari tanggal berapa Balai Pengobatan
itu akan mulai dibuka walaupun secara sederhana dengan
rencana yang konkrit, tampaklah riang gembiranya, seolah-
olah sudah sehat 100% sakitnya, tetapi masih belum keluar
dari rumah.
Untuk menyempurnakan kesehatan KHA. Dahlan
karena hampir mendekati bulan rapat tahunan 1923, maka
musyawarah H.B. Muhammadiyah yang khusus membicara-
kan hal itu, diputuskan KHA. Dahlan dipersilahkan supaya
mengambil kesempatan istirahat atau tetirah keluar daerah,
supaya dapat bersungguh-sungguh istirahat dengan tenang
tidak terganggu dan terdesak urusan hari-hari, baik urusan
kumpulan maupun urusan yang lain. Tempat dan waktu
istirahatnya diserahkan kepada KHA. Dahlan sendiri. H.B.
Muhammadiyah menyetujui saja. Kemudian KHA. Dahlan
memberikan pernyataan tempatnya di Gunung Tretes,
bawah Karesidenan Malang Jawa Timur. Adapun
berangkatnya dipertangguhkan untuk mempersiapkan
perlengkapan yang diperlukan.
Setelah selesai persiapan perlengkapannya, KHA.
Dahlan menentukan hari dan jam berangkatnya dari
Yogyakarta. Dan berangkatnya harus diantar oleh sedikitnya
dua orang dari anggota H.B. Muhammadiyah yang ditentu-
kan, ialah sdr. H. Fakhrudin dan sdr. M. Abdullah. Sesudah
mendapat tempat yang baik di Tretes, KHA. Dahlan pun167
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
sudah puas. Sesudah dua malam, para pengantar itu sama
minta diri pulang ke Yogyakarta. Menurut laporan daripada
dua orang pengantar dari Tretes, bahwa KHA. Dahlan sudah
tentrem tenang hati mustarih, karena sudah dapat pelayan
yang jinak dan cakap untuk melayaninya dengan memuas-
kan. Kita semua yang menerima dan yang mendengar laporan
itu serempak membaca Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.
Tetapi KHA. Dahlan ada beda daripada yang lain.
Setelah mendengar laporan bahwa KHA. Dahlan sudah
tenteram, tenang dan mustarih lantas serempak membaca
alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Padahal, sepulangnya dua
orang pengantar, mumpung masih ada kesempatan, lantas
menyingsingkan lengan bajunya bertabligh kepada penghuni
di Tretes sambil membina surau sampai berdiri tegak untuk
berjamaah lima waktu. Walaupun sesungguhnya sakitnya
tidak mengurang malah bertambah. Namun, di Tretes
berdirilah dengan tegak sembahyang berjamaah lima waktu
di surau yang baru itu.
Oleh karena sudah hampir dua bulan KHA. Dahlan
dalam tetirahnya dan sedang hari rapat tahunan 1923 hampir
tiba waktunya, tetapi KHA. Dahlan masih ayem tenteram
belum dijemput oleh dua orang anggota H.B. Muham-
madiyah ke Tretes.
Setibanya dua orang penjemput dari Yogyakarta di
Tretes, terlihat pribadinya KHA. Dahlan tampak tidak tam-
bah sehat, malah tambah berat. Badan tambah kurus tetapi
kakinya bertambah bengkak. Hanya cahaya roman wajahnya
kelihatan gembira dan berseri-seri dan senyum karena hatinya168
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
merasa puas, bahwa usahanya selama tetirah, yaitu bertabligh
dan menegakkan surau untuk menegakkan sembahyang
berjamaah lima waktu. KHA. Dahlan degan terganggu
kesehatan jasmaninya itu tidak harus dipandang sebagai
rintangan yang menghalangi tugas, rasa tanggung jawab akan
sesuatu kewajibanan yang harus ditunaikan olehnya.
Setelah dua orang penjemput istirahat sementara dan
memberitahukan perkabaran di Yogyakarta, sambil bersiap
siap turun dari Tretes dengan taksinya menuju ke Malang.
Menginap satu malam dan pagi harinya berangkat dengan
spoor pagi yang menuju Yogyakarta. Jam 5 sore tiba di Stasiun
Tugu, terus pulang menuju rumah dengan selamat tidak
kurang satu apa. Alhamdulillah.
Setibanya di rumah, keluarga di rumah merasa terkejut
melihat KHA. Dahlan tampak badannya lebih kurus dan
kakinya bengkak, tetapi roman wajahnya kelihatan gembira
dan cahaya wajahnya berseri-seri agak mengurangkan
kesedihan hati mereka para keluarga.
Oleh karena pulangnya KHA. Dahlan dari petirahan
Tretes karena adanya rapat tahunan Muhammadiyah 1923,
sekalipun bagaimana juga keadaan dirinya yang dalam kurang
sehat itu, karena merasa tanggung jawab sebagai Ketua
Umum H.B. Muhammadiyah, ingin juga akan memberikan
wasiat dan amanat kepada rapat tahunan tersebut sebagai
pembukaan rapat itu.
Hadirnya beliau KHA. Dahlan dalam rapat tahunan
didampingi oleh anggota H.B. Muhammadiyah yang sengaja
menyertainya. Dan disambut oleh beberapa orang dengan169
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
salaman, lalu duduk di kursi di meja pimpinan bersama sama
kawan anggota H.B. Muhammadiyah.
Sebelum rapat tahunan dibuka, ketua KHA. Dahlan
lebih dahulu mengucapkan selamat datang dan banyak terima
kepada hadirin, mudah-mudahan rapat ini membawa hasil
yang memuaskan dengan taufiq dan hidayat Tuhan Allah
swt. Amin.
Rapat dibuka dengan membaca Al-Fatikhah, dan
diketok. Pimpinan diserahkan kepada yang lain, KHA. Dahlan
tampil ke mimbar memberikan wasiat, amanatnya sepatah dua
patah kepada hadirin. Perkataan beliau dengan bahasa Jawa
Tengah yang halus, karena tak pandai bahasa Indonesia yang
cukup. Dengan membawakan dua hadis yang dahulu biasa
untuk iftitahnya membaca kitab dimasa mengaji dengan kitab,
ialah “Qalallahu ta’ala, wa huwa ashdaqul qailin: “Inna ashdaqol
hadis kitabullah, wa khairul haji haju Muhammadin saw. wa
syarrul umuri muhdatsatuha. Wakullu muhdatsin bid‘ah
wakullu bid’atin dholalah, wa kullu dhola-latin finnar”. Yang
maksudnya, bersabda Rasulullah saw, berfirman Allah swt.
yaitu sebenar-benarnya daripada orang-orang yang berkata;
Jelasnya firman Allah itu lebih benar daripada kata-kata
manusia yang berkata. Apakah firman Allah? Sungguh
sebenar-benar cerita ialah Kitab Allah dan sebaik-baiknya
petunjuk ialah petunjuk Muhammad saw. dan seburuk-buruk
segala perkara itu ialah perkara yang dibuat-buat, semua
perkara yang dibuat-buat itu bid’ah dan segala macam bid’ah
itu sesat, dan segala yang sesat itu masuk neraka.
Lagi sabda Nabi, “Taroktu fikum amraini ma idz170
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
tamassaktum bihima lantadhillu abada, kitabullah wa sunnati
rasulihi.” Yang maksudnya, Telah kutinggalkan didalammu
dua perkara, selama dua perkara itu kamu pegang teguh-
teguh, tidak akan sesat kamu selama-lamanya, yaitu
Kitabullah dan Sunnat Rasul-Nya.
Dua buah hadis di atas itu dengan penjelasannya yang
ditekankan dalam rapat tahunan Muhammadiyah kepada
anggota-anggotanya, sehingga tercetaklah jiwa anggota
Muhammadiyah menjadi jiwa Muhammad. Karena pada
keyakinannya, untuk merobah keadaan Islam di Indonesia
yang sudah menjadi Islam jahiliyah itu, tidak mungkin kalau
akan berhasil, bila tidak dengan gerak ummat yang giat dan
kuat serta betul-betul ummat itu berjiwa Muhammad.
Jadi khulasohnya, Muhammadiyah harus berani
bergerak dengan segala kekuatannya, sehingga dapat merobah
adat istiadat Islam yang sudah menjadi jahiliyah itu, menjadi
adat istiadat Islam yang mengikuti Sunnah Rasul-Nya.
Demikianlah diterangkan kurang lebih 30 menit, KHA.
Dahlan lalu turun dan tidak duduk kembali, tetapi terus
pulang ke rumah. Rapat diteruskan oleh pimpinan yang lain.
Pagi harinya diundang dokter van De Burne, beliau
dokter yang menjadi langganan untuk memelihara KHA.
Dahlan. KHA. Dahlan lalu diperiksa seperlunya lantas diberi
obatnya dengan resep dan supaya istirahat. Selang satu hari
dokter Ofringa, sahabat karibnya KHA. Dahlan, setelah
mendengar beliau sudah pulang dari Tretes, lalu ia meninjau
sahabat karibnya. Setelah ia melihat keadaan KHA. Dahlan
dalam sakitnya, maka ia sangat menyesal sekali karena171
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
pendapatnya sakitnya KHA. Dahlan itu tidak perlu tetirah
di tempat yang jauh, apalagi di tempat yang dingin tetapi
cukuplah tetirah di rumah saja, sebab yang perlu bukan
tetirah jasmaninya, tetapi yang perlu tetirah ialah fikirannya,
jangan memikirkan soal-soal yang berat-berat dan soal yang
berat itu dilepaskan dahulu, sehingga hati tentram dan
tenang. Makan yang banyak apa saja yang diinginkan boleh
makan. Asal hati tenang tentram. Nanti bila sudah baik boleh
bekerja lagi fikirannya. Pendapat dan nasehat dokter Ofringa
yang demikian itu diterima saja oleh Kyai dengan: “Ya”,
tanpa dibantah. Tetapi..?
Sejak kondur-nya KHA. Dahlan dari tetirah, K.H.
Ibrahim, adik iparnya, yang menunggu melayani kepen-
tingannya sehari-hari dalam geringnya, tentu saja KHA.
Dahlan sangat puas dilayani olehnya, karena dapat
mencurahkan segala isi hatinya kepada beliau, untuk kepen-
tingan Muhammadiyah sepeninggalnya. Tetapi yang demi-
kian itu menurut ijti hatnya dokter dokter sangat
membahayakan pada geringnya. Oleh karena itu maka
diusulkan hendaknya Sdr. Dr. Somowidagdo diundang
untuk memberikan pendapat dan pertimbangannya.
Setelah Dr. Somowidagdo memeriksa keadaan
geringnya, pendapat dan pertimbangannya malah lebih keras,
sehingga perlu dilarang orang-orang yang akan meninjau
kepada KHA. Dahlan dengan larangan keras. Pintu di muka
harus ditutup dan papan tulis di muka pintu ditulis larangan
meninjau KHA. Dahlan.
Sejak larangan meninjau itu ditulis, maka beberapa hari172
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
tidak ada orang yang berani datang meninjaunya. Dengan
tidak datangnya orang yang meninjau geringnya, KHA
Dahlan merasa cemas kesepian karena tidak mendengar berita
gerak-geriknya Muhammadiyah daripada orang- orang yang
sama bertugas akan satu-satunya proyek yang diusahakannya.
Maka dipanggil mereka itu dengan saling bergantian untuk
ditanya sampai seberapa atau sampai kemana usahamu yang
kamu kerjakan. Yang ditanyapun memberikan keterangan
seperlunya dan secukupnya. Walaupun sudah dikurangi
peninjau-peninjau yang sama menjenguk, hanya peninjau
yang diundang saja, tetapi hari hari ada saja yang datang
karena undangan entah satu atau dua. Sekalipun demikian
tetap juga bertentangan dengan pantangan dari dokter yang
memeliharanya.
Ibu Nyai H.A. Dahlan
Oleh karena Ibu Nyai H.A. Dahlan melihat geringnya
KHA. Dahlan sejak pulang dari tetirah di Tretes, tidak makin
kurang, tetapi malah kelihatan makin bertambah, maka
cemaslah dan bimbang hatinya khawatir kalau-kalau KHA.
Dahlan mendahului meninggalkan Muhammadiyah yang
selama-lamanya. Karena mengingat nasehat dokter-dokter
yang merawat tidak dapat terleksana. Telah beberapa hari
Ibu Nyai hendak memajukan isi hatinya yang didasarkan
kasihan dan kesayangan, tetapi tetap dalam keragu-raguan
kalau-kalau Kiyai salah terima. Namun Ibu Nyai terpaksa
juga menyampaikan isi hati itu karena tidak dapat dipertahan-
kan lagi.173
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Dengan hati-hati Ibu Nyai menyatakan rasa hatinya
berbareng dengan tetesan air matanya. “Kiyai, apakah tidak
baik kalau nasehat dokter-dokter yang sudah sependapat bahwa
untuk mengurangkan penderitaan kegeringan Kiyai hanya
satu jalan, ialah lepaskan fikiran-fikiran yang berat, terutama
Muhammadiyah. Muhammadiyah itu masih panjang dan masih
jauh perjalanannya. Oleh karena itu, cobalah nasehat dokter-
dokter itu dilaksanakan. Bila nanti Kiyai sudah sehat
diusahakan lagi selanjutnya.”
Kiyai yang berbaring karena payahnya itu, terpaksa
minta tolong dibangunkan oleh K.H. Ibrahim hendak
duduk, dan lantas dibangunkan dan duduk. Tampaklah ro-
man mukanya yang kecut tanda marah yang besar dengan
mengangkat tangannya menunjuk kepada Ibu Nyai, dengan
sayup-sayup berkata, “Nah, sekarang iblis sudah menjelma
berwujud Nyai, akan memecatku dari pada Islam
Muhammadiyah, yang kemarin sudah menjelma kepada
dokter-dokter akan memecat kami dari Muhammadiyah tidak
sedikit kuperhatikan, rupanya iblis tidak puas lantas menjelma
berupa Nyai. Oh, Nyai Iblis. Lupakah kau akan pelajaranku
“Wa la tamutunna illa wa antum muslimun?” Pergilah jangan
mendekat aku.”
Ibu Nyai seketika itu lantas bercucuran air matanya
dan tersedu-sedu menangis sambil minta ampun dan maaf
yang sebesar-besarnya, maaf atas perbuatannya yang
dipandang salah itu.174
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
KHA. Dahlan Wafat
Selang satu malam, hari Jum’ah malam Saptu, tanggal
7 Rajab tahun 134 Hijriyah jam hampir tengah malam,
K.H.A. Dahlan melepaskan nafas yang terakhir,
meninggalkan Muhammadiyah selama-lamanya, di hadapan
keluarga yang banyak dengan tenang dan suasana tentram.
Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Mudah-mudahan Allah
menerima Ruh beliau dengan sebesar rahmat dan nikmat-
Nya disisi-Nya. Allah humma amin.
Jisim KHA. Dahlan dimandikan pada malam itu juga
oleh para keluarganya sendiri, setelah selesai dikafani dengan
kain putih dan dimasukkan ke dalam janazah lalu ditaruh di
langgar suraunya yang disayangi itu. Janazah akan berangkat
dari Kauman jam 10. Yang hadir menghormat daripada or-
ang-orang besar Tuan Raden Sastrowijoyo, Wakil Residen
Yogyakarta KRT. Wiryokusumo, Wakil Rijkbestuur der
Yogyakarta Hoofd Panghulu R. Haji Muhammad
Kamaludiningrat dan para Bupati yang menjadi anggota
Muhammadiyah dan lain orang yang terkemuka.
Sebelum janazah diberangkatkan, lebih dahulu disholati
oleh K.H. Lurah Nur, kakak ipar KHA Dahlan, dan
beberapa para alim ulama di kota Yogyakarta. Selesai
disholati, janazah diberangkatkan menuju makam
Karangkajen melalui jalan Grejen, Ngabean (yang sekarang
bernama Jl. KHA. Dahlan), Gondomanan sampai
Karangkajen. Jalannya janazah dengan memakai upacara
sekadarnya, yaitu di muka janazah barisan Hizbul Wathan
kurang lebih 200 H.W.175
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
Setelah KHA. Dahlan dikebumikan, sama hadirlah
saudara-saudara dari wakil Cabang Muhammadiyah dari Jawa
Barat dan Jawa Timur dan diantaranya yang sama bertakziah
kepada keluarga almarhum dan kepada H.B. Muhammadiyah.
Dengan secara kebetulan dengan sendirinya terjadilah
perundingan-perundingan diantara anggota H.B. Muham-
madiyah dengan para pengurus Cabang yang sama datang
bertakziah, berhubung dengan tidak adanya susunan
pengurus H.B. Muhammadiyah, maka perlu diadakan
walapun dengan secara ad interim sebagai Wakil Ketua H.B.
Muhammadiyah untuk menjalankan pimpinan H.B.
Muhammadiyah sampai pada perkumpulan tahunan yang
akan datang. Untuk sementara diputuskan sebagai Wakil Ad
interim K.H. Ibrahim sampai Rapat Tahunan yang akan
datang atau pilihan anggota pengurus H.B. Muhammadiyah
baru. Maka, K.H. Ibrahim menerima juga jabatan itu dengan
karena Allah.
Wasiat Almarhum KHA. Dahlan kepada K.H. Ibrahim
“Him,” kata K.H.A Dahlan sewaktu masih dapat bicara
dengan tenang dan tenteram, “Agama Islam itu kami
misalkan laksana gayung yang sudah rusak pegangannya dan
rusak pula kalengnya sudah sama bocor dimakan karat,
sehingga tidak dapat digunakan pula sebagai gayung.
Oleh karena kita umat Islam perlu akan menggunakan
gayung tersebut, tetapi tidak dapat karena gayung itu sudah
sangat rusaknya. Sedang kami tidak mempunyai alat untuk
memperbaikinya, tetapi tetangga dan kawan di sekitarku itu176
Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan
Catatan Haji Muhammad Syoedja’
hanya yang memegang dan mempunyai alat itu, tetapi mereka
juga tidak mengetahui dan tidak digunakan untuk
memperbaiki gayung yang kami butuhkan itu. Maka perlulah
kami mesti berani meminjam untuk memperbaikinya.
Siapakah tetangga dan kawan-kawan yang ada di sekitar
kami itu? Ialah mereka kaum cerdik pandai dan mereka or-
ang-orang terpelajar yang mereka itu tidak memahami
Agama Islam. Padahal mereka itu pada dasarnya merasa dan
mengakui bahwa pribadinya itu muslim juga. Karena banyak
mereka itu memang daripada keturunan kaum muslimin,
malah ada yang keturunan Pengulu dan Kiyai yang
terkemuka. Tetapi karena mereka melihat keadaan umat Is-
lam pada umumnya dalam keadaan krisis dalam segala-
galanya, mereka tidak ingin menjadi umat yang bobrok.
Oleh karena itu, dekatilah mereka itu dengan cara yang
sebaik-baiknya sehingga mereka mengenal kita dan kita
mengenal mereka. Sehingga perkenalan kita bertimbal balik,
sama-sama memberi dan sama-sama menerima.”
Tammat.