Rabu, Oktober 14, 2009

KUALITAS KEPEMIMPINAN


PANDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Kemajuan dalam dunia Pendidikan selain membawa dampak positif bagi Perkembangan Sumber Daya Manusia, pertumbuhan ekonomi, serta peningkatan pendidikan politik dan social budaya masyarakat. Pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa. Melalui pendidikan kita dapat mencerdaskan bangsa. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional, yang berbunyi :
“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu menusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

Dengan demikian perlu ditingkatkan kemampuan dan ketrampilan para pelaksana pendidikan. Kepala Sekolah sebagai pemimpin dalam suatu lembaga pendidikan hendaknya memiliki pengetahuan yang luas dan ketrampilan kempemimpinan agar mampu mengendalikan, mempengaruhi dan mendorong bawahannya dalam menjalankan tugas dengan jujur, tanggung jawab, efektif dan efisien.

Kepincangan system persekolahan di suatu negara dewasa ini adalah disebabkan pelaksanaan asas pendidikan yang kurang sempurna. Menurut Tajul Ariffin Noordin, dalam bukunya pendidikan suatu pemikiran semula mengemukakan,
“Di sekolah telah terdapat tanda-tanda kucar-kacir yang berpuncak daripada ramainya guru-guru yang telah kehilangan minat untuk mengajar. Yang anehnya, walaupun guru-guru itu mempunyai ilmu dan pengalaman yang lengkap dalam teori-teori pengajaran, tetapi ramai daripada mereka yang telah lari daripada tenggung jawab pendidikan. Terdapat ramai guru yang tidak mengindahkan disiplin bekerja. Murid–murid dibiarkan saja bebas melakukan apa saja yang mereka mau. Di setengah-setengah sekolah, keadaan ini berlaku sepanjang hari. Akibatnya ramai murid lemah dalam masalah berfikir, membaca, mengira, dan menulis. Guru-guru ini biasanya sibuk dengan aktivitas mereka sendiri”.

Dilihat dari pernyataan di atas, guru merupakan sosok kepemimpinan di kelas yang bertanggung jawab penuh dalam pengelolaan kelas, sehingga proses belajar mengajar berlangsung lebih baik, serta tercapai tujuan pembelajaran khusus. Oleh itu guru hendaklah memiliki dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas mulianya.

Dalam pada itu pemerintah hendaklah menyelenggarakan suatu pendidikan formal, yangmana bertujuan mencerdaskan bangsa dan menunjang kemajuan Negara. Drs. Ismet Syarif mengemukakan peran dan tugas sekolah :
“ Sekolah merupakan alat untuk menciptakan ketrampilan social, sebagai wiyata mandala, lembaga antisipasi, pusat pengembangan budaya professional, sebagai lembaga penyiapan sumber daya manusia dalam kerangka pembangunan”.

Pendangan penulis di atas menggambarkan bahwa sekolah mempunyai peranan dan tugas yang beragam dan kompleks dalam masyarakat. Seluruh kemampuan kepemimpinan kepala sekolah perlu di manfaatkan seoptimal mungkin untuk menggerakkan semua kegiatan pendidikan.
Sekolah harus banyak berkomunikasi, berinteraksi dengan masyarakat, baik melalui instansi resmi maupun tidak resmi, sehingga kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi dan dapat memberi kesadaran kepada mereka tentang pentingnya meningkatkan kualitas pendidikan. YB Menteri Pendidikan Encik Anwar Ibrahim menjelaskan tentang pentingnya meningkatkan kualitas pendidikan di dalam Berita Harian 12 September 1986, yang dikutip oleh Tajul Ariffin Noordin, bukunya Pendidikan Suatu Pemikiran Semula, mengemukakan :
“Kita perlu ingat bahwa pendidikan itu bukan hanya untuk menimba ilmu pengetahuan tetapi untuk membentuk INSAN yang baik, penuh dengan adab sopan dan berahlak tinggi karena ilmu pengetahuan tanpa disiplin dan moral bukanlah ilmu dalam ertetika yang sebenarnya. Apa artinya pendidikan kalau kita tidak dapat membentuk manusia”.

Berdasarkan pernyataan di atas jelas bahwa tugas kepala sekolah sebagai pemimpin harus mempunyai kepandaian menganalisa apa yang baik dan dapat diterima oleh guru-guru atau masyarakat sekolah. Apa yang dilaksanakan mestinya memberi penjelasan, kekuatan bertuan, saran, hubungan, motivasi dan sebagainya. Menurut R. Iyeng Wiraputra menyatakan :
“ Sekolah hendaknya merupakan lokakarya dimana demokrasi dibangun. Titik berat terletak pada tugas-tugas kepemimpinan pendidikan yang di teruskan kepada orang-orang demokratis, karena kebebasannya dan kewajiban untuk melakukan kegiatan yang bertanggungjawab, yang lahir dari kebebasan itu. perhatian terhadap kesulitan-kesulitan, gagasan baru untuk organisasi dan struktur situasi sekolah dan akhirnya beberapa aspek problem dengan keperluan-keperluan mendesak untuk penyelidikan selanjutnya”.
Kepala sekolah sebagai pemimpin, hendaklah memperhatikan motivasi karyawannya termasuk motivasi guru. Dalam hal ini kualitas kepemimpinan mestilah dimanfaatkan sepenuhnya. Bantuan tenaga dan pemikiran dari guru sangatlah dibutuhkan oleh kepala sekolah di dalam tugas dan fungsinya sebagai pemimpin. Menurut Koontz, dikutip oleh Wahjosumidjo, tentang fungsi kepemimpinan :
“Fungsi kepemimpinan adalah mengajak atau menghimbau semua bawahan atau pengikut agar dengan penuh kemauan untuk memberikan sumbangan dalam mencapai tujuan organisasi sesuai dengan kemampuan para bawahan itu secara maksimal”.
Sedangkan Tajul Ariffin Noordin, mengemukakan bahwa pemberian motivasi hendaklah diikuti dengan disiplin yang kuat :
“ Motivasi dan disiplin adalah dua sifat yang perlu ada dalam setiap diri ahli masyarakat yang sedang membangun khususnya. Motivasi dan disiplin bolehlah diibaratkan sebagai irama dan lagu yang tidak mungkin dapat dipisahkan. Motivasi tanpa disiplin hanya akan menghasilkan manusia-manusia buas, bernafsu binatang. Manakala disiplin sahaja tanpa motivasi akan melahirkan generasi robot, pasif, kaku, lemah dan senantiasa akan ditindas.”
Berdasarkan pendapat di atas, ada tiga perkara pokok yang memberikan ciri kepemimpinan dalam hubungannya dengan motivasi, yaitu :
1. Kecakapan untuk memahami bahwa dalam manusia itu pada hakikatnya memiliki kekuatan motivasi
dalam waktu yang bervariasi dan situasi yang berbeda-beda.
2. Memiliki kecakapan dan disiplin untuk membangkitkan atau menimbulkan kemangat kerja yang tinggi.
3. Memiliki kecakapan untuk berbuat dengan cara tertentu, sehingga menimbulkan suasana yang
merangsang lahirnya suatu respond an motivasi.

Mengingat pentingnya motivasi dan pelaksanaannya secara penuh disiplin, maka disiplin ilmu seperti manajemen sumber daya manusia, mempelajari bagaimana penyediaan sumberdaya manusia yang dibutuhkan serta bagaimana mendayagunakan sumberdaya manusia tersebut sehingga dapat mencapai produktivitas kerja kerja guru yang optimal.

Kualitas kepemimpinan yang efektif adalah sesuatu yang perlu dimiliki oleh kepala sekolah diakui oleh semua guru, memungkinkan guru dengan kesadaran yang tinggi akan melaksanakan instruksi yang berkenaan pada tugasnya dengan baik, ikhlas dan perasaan senang serta penuh rasa tanggung jawab. Oleh yang demikian kepala sekolah harus mampu menciptakan suasana kerja, iklim organisasi serta kepemimpinan yang menyenangkan sehingga dapat memberi dorongan kerja guru, mewujudkan motivasi kerja guru yang tinggi kea rah pencapaian tujuan belajar mengajar atau tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya.

KUALITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

A. Pengertian Kualitas Kepemimpinan

Pandangan mengenai kualitas kepemimpinan ini tidak terbatas, melainkan mencakup seluruh kehidupan masyarakat, situasi, alokasi dan dilaksanakan menurut tujuan seseorang maupun suatu organisasi tertentu, baik pemerintah atau swasta menginginkan kualitas. Oleh yang demikian perlulah kita memahami maksud kualitas itu. Dalam kamus dewan, terbitan dewan bahasa dan pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia, “Kualiti/kualitas diartikan dengan mutu yang baik, baik buruk mengenai sesuatu benda, ukuran kadar, atau derajat.”

Sedangkan pengertian kepemimpinan menurut wahjosumidjo mengatakan: “Kepemimpinan adalah proses dalam mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok dalam usahanya mencapai tujuan yang sudah ditetapkan “. Pengertian tersebut menggambarkan bahwa kepemimpinan sebagai tindakan yang membuat seseorang atau kelompok bekerja untuk mencapai tujuan.

James J. Scribbin mengungkapkan pengertian kepemimpinan sebagai berikut : “Kepemimpinan adalah kemampuan memperoleh consensus dan keikatan pada sasaran bersama, melampaui syarat-syarat organisasi yang dicapai dengan pengalaman sumbangan dan kepuasan di pihak kelompok kerja”.

Dari definisi kepemimpinan di atas dapat terlihat bahwa kepemimpinan mengandung istilah pokok tertentu, antara lain:
1. Kemampuan memperoleh. Kepemimpinan merupakan proses pengaruh yang memungkinkan manajer
membuat orang-orangnya bersedia mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan.
2. Konsensus dan keikatan. Kepemimpinan merupakan proses untuk mendapatkan konsensus dan
keikatan pada sasaran bersama dari anggota kelompok untuk secara antusias merealisasikan tujuan
atau sasaran tersebut.
3. Syarat-syarat organisasi. Di dalam pencapaian sasaran bersama perlu didukung wewenang, kaidah,
peraturan dan syarat-syarat.
4. Pengalaman sumbangan dan kepuasan. Anggota harus dirangsang oleh mutu kepemimpinan untuk
memberikan pengalaman dan sumbangan terhadap organisasi. Pemimpin harus memperlihatkan
pemuasan kebutuhan-kebutuhan penting mereka. Jadi pemimpin adalah orang yang memungkinkan
atau mempermudah sesuatu.

Supaya kita lebih memahami pengertian sebenar mengenai kepemimpinan di bawah ini diberikan beberapa definisi kepemimpinan. Menurut Paul Heresy dan Ken Blan Chard mengemukakan definisi kepemimpinan yang dikutip dari pendapat Robert Tannenbaum, Irving Weschler, Fred Messarik dan George Terry :
“Kepemimpinan merupakan pengaruh antar pribadi yang dikalukan dalam suatu situasi dan diarahkan melalui proses komunikasi pada pencapaian tujuan. Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk berusaha mencapai tujuan kelompok secara sukarela dan kpemimpinan merupakan proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu”

Menurut dr. Buchari Zainun : pengertian kepemimpinan ini lebih dipertegaskan lagi, dimana seseorang pemimpin itu harus mempunyai kemampuan, keberanian mengambil resiko untuk mencapai tujuan.
“Leadership atau kepemimpinan dapat diartikan sebagai satu kekuatan atau ketangguhan yang bersumber dari kemampuan untuk mencapai cita-cita dengan keberanian mengambil resiko yang bakal terjadi.”

Dari pengertian di atas terlihat bahwa pengertian kepemimpinan mudah diberikan, tetapi sukar untuk benar-benar didalami. Seorang dapat disebut pemimpin jika ia dapat mempengaruhi orang lain untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu, meskipun tidak ada ikatan-ikatan yang formal dalam organisasi. Dengan demikian pengertian kepemimpinan akan timbul di manapun, asalkan unsur-unsur di bawah ini ada :
a. Adanya orang yang dipengaruhi.
b. Adanya orang yang mempengaruhi.
c. Orang yang mempengaruhi mengerahkan kepada tercapainya sesuatu tujuan.

Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan atau memaksa orang lain untuk berbuat sesuatu terlihat di dalam proses memimpin, adanya hubungan manusia yang satu dengan manusia yang lain, antara individu satu dengan kelompok individu yang berorganisir secara temporer atau tetap dalam suatu wadah tertentu.

Dari berbagai definisi kepemimpinan di atas terdapat beberapa unsur yang bersamaan yang terdapat dalam proses kepemimpinan, yaitu :
1. Kepemimpinan merupakan suatu proses
2. Adanya tujuan
3. Adanya orang yang mempengaruhi dan dipengaruhi
4. Kepemimpinan berlangsung dalam situasi yang tertentu
5. Kepemimpinan berlangsung dengan menggunakan teknik tertentu
6. Fungsi kepemimpinan adalah untuk mempengaruhi atau menggiatkan orang lain.
7. Dalam merealisasikan tujuan terdapat proses interaksi antara pemimpin dan yang dipimpin

Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi tindakan-tindakan orang-orang tertentu dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai dan dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan matlamat atau sasaran yang telah dirancang sebelumnya secara sukarela.
Kegiatan-kegiatan kepemimpinan ini boleh dilaksanakan diberbagai bidang kehidupan manusia termasuklah di bidang Pendidikan. Dalam hal ini, Hadari Nawawi mengemukakan pengertian kepemimpinan pendidikan dan kepemimpinan sekolah sebagai berikut :
“Kepemimpinan sekolah adalah proses mempersatukan buah pikiran dan pendapat untuk mewujudkan menjadi kesatuan gerak yang terarah pada pencapaian tujuan lingkungan, personel sekolah, yang didalamnya terkandung makna menggerakkan, memotivasi orang lain dan kelompok agar bersedia melakukan tugas-tugas sebagai rekan kerja di sekolah”

Ahmad Rohani H.M dan H. Abu Ahmadi mendefinisikan kepemimpinan Pendidikan sebagai berikut :
“Kepemimpinan Pendidikan yaitu proses kegiatan mempengaruhi, menggerakkan dan mengkoordinasikan individu-individu organisasi atau lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan”.

Burhanuddin mengemukakan :

“Kepemimpinan pendidikan adalah merupakan suatu kesiapan, kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam proses mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pelaksanaan dan pengembangan pendidikan dan pengajaran, agar segenap kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien, yang pada gilirannya dapat mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan”.

Bagi memperjelaskan pengertian kepemimpinan pendidikan, dirawat dan kawan-kawan merumuskan definisi kepemimpinan pendidikan sebagai berikut :
“Kepemimpinan pendidikan merupakan satu kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordinir dan menggerakkan orang-orang lain yang ada hubungan dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar kegiatan-kegiatan dijalankan dapat lebih efektif dan efisien di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran”.

Dari beberapa difinisi kepemimpinan pendidikan diatas, dapat dirumuskan bahwa setiap usaha untuk mempengaruhi orang-orang, yang bersifat positif ada hubungannya dengan pekerjaan mendidik dan mengajar, sehingga tujuan pendidikan dan pengajaran dapat dicapai dengan lebih berkesan, maka dapat dikatakan bahwa usaha itu melakukan perbaikan kualitas kepemimpinan pendidikan atau meningkatkan Sumber Daya Manusianya.

Berdasarkan uraian di atas, kualitas kepemimpinan Kepala Sekolah dapat diartikan sebagai kecakapan atau kemampuan yang dimiliki seseorang di dalam mempengaruhi sekelompok orang atau kecakapan mengkoordinir, menggerakkan dan membimbing personel sekolah mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran.

B. Tipe-tipe Kepemimpinan

Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengetahui kesuksesan Kepala Sekolah ialah dengan mempelajari pendekatan kepemimpinan yang digunakan dan tipe atau gaya kepemimpinan yang diterapkan di sekolah. Sepanjang pengamatan para ahli, maka cara seseorang pemimpin melakukan kepemimpinan itu dapat digolongkan atas beberapa golongan antara lain :

a. Secara otokratis
b. Secara militeristis
c. Secara Paternalistis
d. Secara Kharismatis
e. Secara ‘laisses Faire’ atau secara bebas
f. Secara Demokrasi

a. Secara Otokratis
1. Kepemimpinan secara otokratis artinya pemimpin menganggap organisasi sebagai milik sendiri.
2. Ia bertindak sebagai diktator terhadap para anggota organisasinya dan menganggap mereka itu
sebagai bawahan dan merupakan alat, bukan manusia. Cara menggerakkan para anggota organisasi
dengan unsur-unsur paksaan dan ancaman-ancaman pidana.
3. Bawahan adalah hanya menurut dan menjalankan perintah-perintah atasan serta tidak boleh
membantah, karena pemimpin secara ini tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat.
4. Rapat-rapat atau musyawarah tidak dikehendaki. Berkumpul atau berapat hanya untuk
menyampaikan instruksi-instruksi atau perintah-perintah.
5. Kepemimpinan yang bersifat otokratis dikendalikan oleh seorang pemimpin yang mempunyai
perasaan harga diri yang besar sekali. Bawahannya dianggap bodoh, tidak berpengalaman dan
selayaknya dituntun dengan sebaik-baiknya. Pemimpin merasa dirinya orang yang terpandai dalam
bagiannya.

b. Secara Militeristis

Seorang pemimpin yang bersifat militeristis, yaitu pemimpin yang memiliki sifat-sifat antara lain seperti dibawah ini :
1. Untuk menggerakkan bawahannya ia menggunakan system perintah yang biasa digunakan dalam
ketentaraan.
2. Gerak-geriknya senantiasa tergantung kepada pangkat dan jabatannya
3. Senang akan formalitas yang berlebih-lebihan
4. Menuntut disiplin keras dan kaku dari bawahannya
5. Tidak menerima kritik dari bawahannya
6. Senang akan upacara-upacara untuk berbagai-bagai keadaan
7. Dan lain sebagainya

c. Secara Paternalistis

1. Cara ini boleh dikatakan untuk seorang pemimpin yang bersifat ‘Kebapakan’, ia menganggap anak
buahnya sebagai ‘anak’ atau manusia yang belum dewasa yang dalam segala hal masih
membutuhkan bantuan dan perlindungan, yang kadang-kadang perlindungan yang berlebih-lebihan.
2. Dengan demikian maka pemimpin macam ini jarang atau tidak memberikan sama sekali kepada
anak buahnya untuk bertindak sendiri, untuk mengambil inisiatif atau mengambil keputusan. Anak-
anak buahnya jarang sekali diberi kesempatan untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
3. Pemimpin semacam ini tidak ada sifat keras atau kejam terhadap mereka yang dipimpin, bahkan
hampir dalam segala hal sikapnya baik dan ramah, walaupun ada sifat yang negative padanya yang
bersifat sok maha tahu.
4. Seorang pemimpin seperti ini dalam hal-hal yang tertentu amat diperlukan, akan tetapi sebagai
pemimpin pada umumnya kurang baik.

d. Secara Kharismatis

“Sebenarnya kurang tepat kalau dikatakan ‘menjalankan kepemimpinan secara kharismatis’, atau pemimpin yang kharismatis.
Sulit untuk menemukan sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memiliki charisma, yang jelas adalah bahwa pemimpin itu mempunyai ‘daya tarik’ yang amat besar, sehingga pengikutnya amat besar pula jumlahnya, akan tetapi susah dijelaskan mengapa mereka itu menjadi pengikut pemimpin tersebut. Kepatuhan dan kesetiaan para pengikut rupa-rupanya timbul dari kepercayaan yang penuh kepada pemimpin yang dicintai, dihormati, disegani dan dikagumi, bukan semata-mata benar tidaknya tindakan-tindakan yang dilakukan pemimpin.

e. Secara ‘laisses Faire’ atau secara bebas.

1. Melaksanakan pimpinan secara ini dapat diartikan “membiarkan anak-anak buahnya untuk berbuat
sekehendak sendiri-sendiri”
2. Petunjuk-petunjuk, pengawasan dan control kegiatan dan pekerjaan anak buahnya tidak diadakan.
Pembagian tugas, cara bekerjasama saran-saran dari pimpinan tidak ada, sedangkan kekuasaan dan
tanggung jawab jalannya simpangsiur, sehingga keadaannya tidak mudah dikendalikan dan akibatnya
terjadi kekacauan.
3. Melakukan kepemimpinan secara ini biasanya tidak kelihatan ada organisasi dan segala sesuatu
dilakukan tanpa rencana dari pimpinan.
4. Pada hakikatnya disini pemimpin itu tidak memimpin tetapi membiarkan bawahan bekerja sesuka-
sukanya. Pemimpin hanya mempunyai tugas representative : untuk dunia luar ia adalah kepala
bagian, tetapi pada umumnya ia tidak memberi sesuatu bentuk kepala bagian yang dipimpinnya itu.
Pemimpin tidak mempunyai kepribadian yang kokoh. Ia kurang cakap memimpin bahkan dapat
dipengaruhi.
5. Para anggota diberikan kebebasan sepenuhnya, maka proses pengembalian keputusan menjadi
lambat bahkan sering tidak berkeputusan.

f. Secara Demokrasi

1. Cara ini lazimnya dipandang sebagai kebalikan daripada cara kepemimpinan yang otokratis.
2. Cara demokratis perlakuannya bersifat kerakyatan atau persaudaraan, mengharapkan kerjasama
dengan anak buahnya yang tidak dipandang sebagai alat, tetapi dianggap sebagai manusia.
3. Mau menerima saran-saran dari anak buah dan bahkan kritik-kritik dimintanya dari mereka demi
suksesnya pekerjaan bersama.
4. Ia memberi kebebasan yang cukup kepada anak buahnya, karena menaruh kepercayaan yang cukup
bahwa mereka itu akan berusaha sendiri menyelesaikan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya.
Segala usaha ditujukan untuk membuat bawahannya senantiasa mencapai hasil yang lebih baik dari
ia sendiri
5. Cara untuk mencapai hasil baik ini seorang pemimpin demokrasi senantiasa berusaha memupuk
kekeluargaan dan persatuan, membangun semangat dan kegairahan bekerja pada anak buahnya.

Pada dasarnya seorang kepala sekolah dalam melaksanakan tugas atau kepemimpinannya, pemilihan tipe kepemimpinan tidak terbatas, seorang boleh menggunakan tipe-tipe kepemimpinan yang sesuai kebutuhan motivasi kerja guru, sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan maupun sesuai dengan pemecahan masalah yang hendak diatasi. Biasanya terdapat kesatuan corak kepemimpinan yang diantanya dapat dipilih masih-masing dengan kombinasi perubahan otoritas pemimpin dan bahawan.

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah.

Sesungguhnya kepemimpinan adalah suatu proses alamiah dan harus dipenuhi. Dapat kita katakana bahwa untuk mengembangkan atau memelihara kerjasama secara sukarela, diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang bijaksana memperlengkapi diri dengan ilmu manajemen dan administrasi serta kepemimpinan yang berkualitas.

Seorang pemimpin pendidikan seperti kepala sekolah mestilah banyak fleksibilitas dalam menjalankan fungsinya sebagai administrator pemimpin dan pengurus yang baik Herbert G. Hicks dan Gray Gullet mengemukakan factor-faktor yang mempengaruhi kualitas kepemimpinan yang dikutip dari pendapat Tannenbaum dan Scmidt, yaitu :
1. Motivasi internal pemimpin dan kekuatan lainnya yang ada padanya. Hal ini meliputi system penilaian,
kepercayaan, terhadap para bawahan, kecenderungan kepemimpinan dan perasaan aman dalam
suatu situasi yang tidak menentu
2. Motivasi eksternal yang disalurkan oleh pimpinan dan kekuatan lain yang terdapat pada diri bawahan
3. Kekuatan dalam situasi.

Hendiyat S. dan Wasty S. berpendapat bahwa kepemimpinan kepala sekolah dipengaruhi oleh :

1. Faktor legal, seseorang yang menduduki jabatan pemimpin akan berhadapan dengan peraturan-
peraturan formal dari instansi struktur yang berada di atasnya.
2. Kondisi social ekonomi dan konsep-konsep kependidikan
3. Hakikat dan atau ciri sekolah. Hal ini berkaitan dengan ciri dan atau hakikat para staf, para murid dan
jenis sekolah
4. Kepribadian pemimpin dan latihan-latihan, factor ini berkaitan dengan aspek pendidikan dan
pengalaman
5. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam teori pendidikan, tugas-tugas kepemimpinan dipengaruhi
oleh berbagai perubahan teori dan metode aktivitas belajar.

D. Fungsi dan Tugas Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan

Kepala Sekolah sebagai pemimpin di bidang pendidikan haruslah mengetahui dan memahami serta mengaplikasikan fungsi dan tugasnya dengan baik. Apa yang saya maksudkan disini ialah agar ia dapat lebih mampu mencipta suatu kondisi dimana segala sumber daya yang ada di lingkungan yang dipimpinnya dapat berfungsi dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran.

Garis-garis dalam aspek menjalankan peranan, tugas, fungsi serta tanggung jawab kepala sekolah akan mempengaruhi corak komunikasi atau public relations yang berbagai cara. Dalam hal ini konsep interpersonal competence yang bermaksud berhubung dengan keupayaan kita menerima tanggung jawab, segala saran dan tindakan yang kita lakukan, senantiasa mempunyai sikap terbuka untuk ‘mendengar’ masalah orang-orang dibawah kita serta bersedia dan terbuka kepada sentiment orang lain.
Sondang P. Siagiar, mengemukakan lima fungsi kepemimpinan, yaitu :

1. Pemimpin selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan.
2. Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak luar organisasi
3. Pimpinan selaku komunikator yang efektif
4. Mediator yang handal, khususnya dalam hubungan ke dalam terutama dalam menangani situasi
konflik
5. Pimpinan selaku integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral

Ahmad Rohani H.M dan H. Abu Ahmadi mengemukakan fungsi utama pemimpin adalah:

1. Memenuhi kegiatan sebagai pengambil inisiatif
2. Mengatur kegiatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3. Memberitahu (informing) kepada pihak yang berkepentingan
4. Mengendalikan seluruh kegiatan
5. Menilai keberhasilan pemimpin

Meningkatkan dan mewujudkan kualitas kepemimpinan kepala sekolah efektif, tidaklah mudah. Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah sangat luas dan berat sekali. Ia bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kelancaran administratif dan pengurusan pendidikan di sekolah.

Dirawat dan kawan-kawan menggolongkan keseluruhan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah dua bidang, yaitu :
1. Tugas kepala sekolah dalam bidang administrasi tugas ini berhubungan dengan kegiatan-kegiatan menyediakan, memelihara, mengatur dan melengkapi fasilitas material dan tenaga-tenaga personal sekolah
2. Tugas kepala sekolah dalam bidang supervise. Tugas ini berhubungan dengan peranan kepala sekolah sebagai supervisor.

R. Iyeng Wiraputra mengatakan bahwa kegiatan kepemimpinan pendidikan mempunyai tugas sebagai berikut :

1. Membantu masyarakat menetapkan tujuan pendidikan
2. Memperlancar proses belajar dan mengajar sehingga lebih efektif
3. Menyusun kesatuan organisasi yang produktif
4. Mengkreasikan iklim perkembangan dan kesempatan tumbuhnya kepemimpinan.
5. Menyediakan sumber-sumber yang baik untuk mengajar dengan efektif.

Peranan kepala sekolah sebagai pemimpin, administrasi, dan ‘pendamai’ atau pemberi motivasi bukan sata terbatas di sekitar kawasan sekolah, tetapi juga luar dari sekolah. Ini disebabkan ruang lingkup sekolah itu sendiri sebagai komuniti kecil telah diwujudkan dalam sebuah masyarakat yang lebih besar dengan system organisasinya yang unit dan kompleks. Kepala sekolah perlu mengantisipasi elemen luar sekolah yang turut mengganggu kelancaran dan kestabilan perjalanan organisasi sekolah. Kepala sekolah harus memiliki kepribadian, pengetahuan dan kecakapan yang memadai agar mereka dapat berfungsi dan menjalankan tugas dengan baik yang memungkinkan mereka dapat memberikan sumbangan yang besar bagi pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran disekolah yang dipimpinnya.

Kepala sekolah harus sensitive kepada perubahan keadaan sekeliling serta sanggup melengkapkan diri dari semasa ke semasa untuk sama-sama mengikuti arus perubahan zaman yang sangat pesat. Para kepala sekolah harus berkemampuan untuk berfikir secara rasional dalam setiap tindakannya.

E. Syarat-syarat dan sifat Kepemimpinan Kepala Sekolah

Seseorang yang bertugas di bidang pendidikan atau sedang memangku jabatan pemimpin seperti kepala sekolah, dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya dituntut pemenuhan persyaratan-persyaratan baik jasmani maupun rohani. Dirawat dan kawan-kawan mengemukakan syarat-syarat pemimpin pendidikan yang berdasarkan Pancasila, yaitu :

1. Persyaratan kepemimpinan yang berdasarkan Pancasila. Pendidikan di Indonesia adalah pribadi yang mampu mengamalkan ke 32 nilai-nilai luhur di dalam Pancasila.
2. Persyaratan kualitas kemampuan pribadi, yaitu berwibawa (terutama karena integritas pribadinya yang dijiwai oleh nilai-nilai luhur Pancasila), jujur, terpercaya, bijaksana, mengayomi, berani, mawas diri, mampu melihat jauh ke depan, berani dan mampu mengatasi kesulitan, bersikap wajar, tegas dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambil, sederhana penuh pengabdian pada tugas, berjiwa besar dan mempunyai sifat ingin tahu (suatu pendorong untuk kemajuan).

Persyaratan lain yang diiktisarkan dan digolongkan oleh dirawat dan kawan-kawan, yaitu:
1. Karakter dan moral yang tinggi
2. Semangat dan kemampuan intelek
3. Kematangan dan keseimbangan emosi
4. Kemampuan kepemimpinan
5. Kematangan dan penyesuaian social
6. Kemampuan mendidik-mengajar
7. Kesehatan dan penampakan jasmaniah

Sifat kepemimpinan dan pengetahuan dan pengalaman seorang pemimpin harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya dalam kepemimpinan di sekolah. Kepala sekolah harus memiliki keterampilan, dapat memilih dan bertindak sesuai tata kerja, atau prosedur kerja, sikap, kondisi yang sebenarnya, serta mampu berkomunikasi dengan cepat dan baik.

Burhanuddin menyebutkan empat kualitas kepemimpinan kepala sekolah yang penting dan berhubungan satu sama lain, yaitu :
1. Personality (kepribadian)
2. Purposes (pemahaman terhadap tujuan pendidikan)
3. Knowledge
4. Profesional skill.

Willard S. Usbree dalam bukunya Elementary School Administration and Supervision yang diterjemahkan oleh Dirawat dan kawan-kawan mengatakan bahwa kepala sekolah dituntut lima keterampilan atau skill pokok, yaitu :
1. Kecakapan di dalam mengatur atau mengadministrasikan tenaga-tenaga personil sekolah, baik guru-guru maupun tenaga-tenaga personil sekolah lainnya.
2. Kecakapan didalam mengatur atau mengadministrasi alat-alat perlengkapan sekolah dan kecakapan
di dalam menggunakan dan memelihara school plant secara efisien dan efektif
3. Kecakapan di dalam mengadministrasi keuangan atau pembiayaan sekolah berdasarkan prinsip
praktek administrasi keuangan modern.
4. Kemampuan untuk bekerja sama dan menjalin kerja sama untuk sekolah dengan masyarakat
5. Kemampuan untuk memimpin dan memplopori perbaikan dan pelaksanaan kurikulum sekolah atau
perbaikan pengajaran bersama dengan staf yang dipimpinnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar