Sewaktu aku masih di pesantren dulu, malam Jum’at menjadi malam yang sangat sakral dan malam yang dinanti oleh para santri, pasalnya pada malam ini selalu ada tahlilan yang dilaksanakan setiap ba’da maghrib dan seringnya para santri akan melakukan tasyakuran (makan-makan) setelah shalat isya’. Makam almarhum Kyai pendiri pondok pesantren pada malam ini juga selalu ramai dengan para santri yang melakukan ritual tahlilan.
Keadaan seperti itu tidak jauh berbeda dengan keadaan di lingkungan masyarakat yang mengikuti organisasi Nahdlatul Ulama termasuk di desaku di Banyuwangi, malam jum’at selalu ada tahlilan yang dijalankan bergiliran diantara rumah para penduduk.
Setelah aku pergi ke Mesir, adat tahlilan ternyata masih aku temukan di negara ini. Teman-teman yang dulunya para santri di pesantren salaf di Indonesia setiap malam jum’at selalu mengadakan acara tahlilan yang bertempat di sekretariat Nahdlatul Ulama’ cabang istimewa Cairo dan biasanya setelah tahlil ada acara bincang-bincang yang mengundang tokoh-tokoh Indonesia yang kebetulan sedang berkunjung ke Mesir atau para pejabat KBRI Cairo.
Mengapa harus tahlilan ?, aku tidak akan membahas hal ini dengan perdebatan, karena aku tahu tentu setiap orang memiliki pendapatnya masing-masing yang didasarkan atas sebuah dalil yang mereka anggap dalil itu adalah kuat dan bertendensi dari sumber yang bisa dipercaya.
Aku akan melihat tahlilan dari segi pemaknaan rukun islan secara implisit. Rukun Islam yang kita tahu ada 5 yakni mengucap dua kalimah syahadat, menunaikan ibadah shalat, membayar zakat, menunaikan ibadah puasa saat bulan Ramadlan tiba dan Haji bagi seorang muslim yang mampu.
Dalam seluruh kitab-kitab fiqih Islam, setiap rukun Islam selain memiliki amalan yang bersifat wajib dilakukan juga memiliki amalan yang bersifat sunnah alias bisa dilakukan dan bisa ditinggalkan. Misalkan shalat fardlu, shalat yang wajib dilakukan oleh seorang muslim ada 5 mulai dari shalat shubuh, dhuhur, ashar, maghrib dan isya’, sedangkan shalat-shalat yang disunnahkan untuk seorang muslim jumlahnya sangat banyak sekali, mulai dari shalat dhuha, shalat tahajjud, shalat sunnah qobliyyah dan ba’diyyah, dan lain-lain.
Begitu juga zakat, disamping ada amalan wajibnya, ada juga zakat yang sunnah seperti sodaqah. Puasa juga seperti itu, selain ramadlan ada puasa senin dan kamis, puasa pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah, puasa Daud dan lain-lain. Haji juga memiliki amalan-amalan sunnah selain rukun dan kewajiban haji.
Lalu pertanyaannya, apa hubungan antara tahlilan dan semua rukun Islam yang telah aku sebutkan di atas. Inilah yang ingin aku sampaikan kepada kompasianer. Selama ini kita sering luput untuk bertanya “Jika semua rukun Islam yang ada lima selain syahadat ada amalan sunnahnya untuk menambah pahala, lalu adakah amalan sunnah untuk dua kalimat syahadat ?”, maka jawabku adalah “ada”.
Dalam Islam, dua kalimat syahadat memiliki letak yang sangat dan sangat penting. Betatapun seseorang menjalankan semua rukun Islam, menguasai semua hukum keislaman, hafal kitab suci Al-Qur’an dan semua hadits Nabi Muhammad, tetapi jika dia belum pernah mengucapkan dua kalimat syahadat, maka dia bukanlah seorang muslim. Begitu pentingnya dua kalimat syahadat sehingga Nabi Muhammad pernah bersabda : Barang siapa mengucap dua kalimat syahadat akan masuk surga. Entah dia seorang penjahat, berandalan maupun orang jahat yang kejahatannya melebihi orang yang jahat, jika dia pernah mengucap syahadat, dia akan masuk surga.
Lalu apa amalan sunnah syahadat ?, dalam salah satu ayat di dalam al-qur’an disebutkan : “ala bidzikrillahi tathmainnul qulub”, “ingatlah..dengan berdzikir kepada Allah, hati akan tenang”. Inilah amalan sunnah lafadz “La ilaha illah” yakni berdzikir kepada Allah. Setiap kalimat yang menyenandungkan dzikir atau mengingat Allah adalah tergolong dalam amalan sunnahnya syahadat dan amalan sunnahnya lafadz “Muhammadun Rasulullah” adalah mengucapkan shalawat kepada Beliau.
Banyak sekali disebutkan ayat dalam kitab suci Al-Qur’an yang menyuruh kita untuk berdzikir menyebut namaNya, karena setiap kata dzikir yang diucapkan oleh seorang muslim akan selalu menjadi amalan yang selalu dibalas oleh Allah Swt. Allah dalam al-qur’an menyuruh manusia untuk berfikir tentang alam dan kejadian-kejadian yang ada di bumi dan semua itu selalu diakhiri agar manusia ingat dan mau untuk berdzikir kepadaNya.
Begitu juga mengucap shalawat kepada Nabi Muhammad, sebuah dzikir tidak akan lengkap tanpa adanya ucapan shalawat untuk seorang nabi dan rasul terbaik; Nabi Muhammad. Banyak sekali hadits nabi yang menjelaskan keutamaan membaca shalawat. Dalam al-qur’an sendiri dijelaskan bahwa seluruh malaikat senantiasa menyenandungkan ucapan shalawat untuk Nabi Muhammad, lalu Allah menyuruh umat islam untuk bersalawat kepadanya.
Itulah mengapa, masyarakat jawa terutama pedesaan masih melestarikan budaya tahlilan yang didalam acaranya selalu menyenandungkan dzikir-dzikir untuk mengingat Allah dan ucapan indah shalawat untuk Rasulullah.
Semoga sedikit catatan kecil ini membuka mata hati kita, betapa budaya tahlilan disamping memiliki nilai dzikir dan shalawat yang menjadi amalan sunnah dari amalan wajib mengucap dua kalimat syahadat juga memiliki nilai shilaturrahim antar anggota masyarakat, termasuk juga memiliki nilai shadaqah dengan adanya tasyakuran makan bersama. Bukankah indah sekali ketika keakraban antar anggota masyarakat kita terjalin dengan senandung dzikir-dzikir kepada Allah dan shalawat atas Nabi Muhammad ?!
#####################
Catatan kecil sebagai refleksi indahnya kebersamaan yang dibalut dalam ukhuwah Islamiyyah.
Salam Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar