Selasa, 14 Juni 2011
http://pcmdekso.blogspot.com/2011/06/seputar-puasa-pada-bulan-syaban.html
SEPUTAR PUASA PADA BULAN SYA'BAN
Oleh: Sugiyanta
Maksudnya puasa yang dikerjakan dalam bulan mulia Sya'ban, dan diyakini sebagai puasa yang diperintahkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam, dan diyakini memiliki kelebihan keutamaan-keutamaan atau keistimewaan atau pahala tertentu dibandingkan puasa sunnah yang lain.
Seputar Hadist Puasa Sunnah Sya’ban
1. Aisyah radliallahu 'anha berkata,
... و ما رأيتُ رسولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَسْتَكْمَلَ صِيامَ شهْرِ قَطُّ إِلاَ رمضانَ، وَمَا رأيتهُ فِي شَهرِ أَكْثَرَ مِنهُ صيامًا في شَعبانَ
… dan
aku tidak pernah melihat Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam
menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali bulan Ramadlan dan aku tidak
pernah melihat beliau berpuasa dalam suatu bulan lebih banyak dari pada
bulan Sya'ban. (Shahih dan disepakati Imam Bukhari dan Imam Muslim, lafadz hadist menurut Imam Muslim, lihat Bulughul Maram, hadist ke 702).
2. Aisyah radliallahu 'anha berkata,
وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطٌّ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ، كَانَ يَصُومُ إِلاَ قَلِيلاً
Aku
tidak pernah melihatnya berpuasa dalam satu bulan melebihi banyaknya
puasa yang beliau lakukan pada bulan Sya’ban sebulan penuh, dan kadang
beliau berpuasa pada bulan Sya’ban sedikit (beberapa hari) (HR Muslim
hadist no. 1156)
Kedua
hadist di atas adaah hadist shahih. Berdasarkan hadist kita
diperbolehkan (disunnahkan) untuk memperbanyak puasa pada bulan Sya'ban.
Seputar Hadist Puasa Nisfu Sya’ban
Yang dimaksud puasa Nisfu Sya’ban adalah puasa yang dilakakukan pada pertengahan sya’ban.
3. Dari Ali bin Abi Thalib radliallahu ‘anhu bahwa Rasulullah bersabda:
إذا
كانت ليلة النصف من شعبان، فقوموا ليلها، وصوموا يومها: فإن الله تبارك و
تعالى ينزل فيها الشمس إلى السماء الدنيا، فيقول: ألا من مستغفر فأغفرله، …
Apabila datang malam nishfu sha’ban (pertengahan bulan Sya’ban),
maka lakukanlah sholat di malamnya, dan berpuasalah di siang harinya.
Sebab Allah tabaroka wa ta’ala turun ke langit dunia pada waktu
terbenamnya matahari, dan berkata: Adakah orang yang meminta ampunan
sehingga Aku akan mengampuninya. …(HR Ibn Majjah)
Hadist tersebut diriwayatkan Imam Ibn Majjah dalam Sunannya hadist no. 1388. Dalam jalur sanadnya ada Abu Bakr bin Abdullah bin Muhammad bin Ibn Abi Sabrah.
Para ulama menuduhnya telah memalsukan hadist. Imam Ahmad, Imam Ibn
Hibban, Imam al-Hakim dan Ibn ‘Adli menuduhnya sebagai pemalsu hadist,
sebagaimana disebutkan dalam Tahdzib at-Tahdzib. Menurut Imam
al-Mundziri, hadist tersebut dhaif. Demikian pula menurut al-Bushairy
dalam Kitab Zawaid Ibn Majjah. Kesimpulan hadist tersebut dhaif (lemah)
atau bahkan maudhu (palsu). Wallahu a’lam bishawab. (Dinukil dari Bagaimana Memahami Hadist Nabi karya DR. Yusuf Qardhawi, Karisma, Bandung, 1999, lihat Juga Puasa Sunnah Hukum dan Keutamaannya, Karya Usamah Abdul Aziz, Darul Haq, Jakarta, 2004, Hal 62.)
4. Dari Ali bin Abi Thalib radliallahu ’anhu bahwa Rasulullah bersabda:
فإنْ أصْبح فِي ذلك اليومِ صائما كانَ كِصيامِ سِتِّينَ سَنَةً مَاضِيَةً و ستين سنة مُسْتَقْبَلَةً
Bila
pada hari itu seseorang berpuasa maka ia seperti berpuasa selama enam
puluh tahun yang lalu dan enam puluh tahun yang akan datang. HR Ibn al-Jauzi dalam al-Maudlu’at (hadist-hadist palsu)
Hadist
ini dikumpulkan oleh Ibn al-Jauzi dalam kitab al-Maudlu’at yaitu kitab
memuat hadist-hadist palsu. Jadi hadist di atas MAUDLU atau palsu.
Kesimpulan:
Hadist-hadist
berkenaan dengan puasa Nisfu Sya’ban berderajad dlaif/lemah dan
maudlu/palsu. Sehingga tidak syah melaksanakan puasa nisfu sya’ban
berdasarkan hadist tersebut. Keutamaan puasa nisfu Sya’ban sama dengan
puasa pertengahan bulan (puasa putih yaitu tanggal 13, 14, 15) sama
dengan keutamaan pertengahn bulan lainnya.
Seputar Hadist Puasa Akhir Bulan Sya'ban
Maksudnya
adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 30 Sya’ban sebagai rasa
hati-hati apakah saat itu sudah tanggal satu Ramadlan atau belum.
5. Larangan puasa satu atau dua hari mendahului puasa Ramadlan
من صامَ الْيَومَ الَّذِي يَشُكُّ فِيهِ فَقَدْ عَصَي أَبَا الْقَاسِم
Barangsiapa pada hari yang diragukan sungguh ia telah durhaka kepada Abu al-Qasim (HR Bukhari no. 119, Abu Dawud no.3334, Tirmidzi no. 686) Yang dimaksud dengan hari yang diragukan adalah hari saat apakah hari itu sudah masuk Ramadlan atau belum/ tanggal 30 Sya’ban)
Marroji
Ibn Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram
Usamah Abdul Aziz. Puasa Sunnah Hukum dan Keutamaannya. (Syiyam ath-Tathawu' Fadhail wa Ahkam. Darul Haq Jakarta. 2005
Muhammad Nashiruddin al-Albani. Terjemah
Tamamul Minah Koreksi dan Komentar secara Ilmiah terhadap Kitab Fiqfus
Sunnah Karya Sayyid Sabiq. (Tamamul Minah fit-Ta'liq 'ala Fiqhus
Sunnah). Maktabah Salafy Tegal
Yusuf Qardhawi, DR., Bagaimana Memahami Hadist Nabi shalallahu 'alaihi wa salam , Karisma, Bandung,
1999
Tidak ada komentar:
Posting Komentar