Rabu, Agustus 08, 2012

Shalat Tarawih 20 Rakaat

Minggu, 17 Juli 2011

Derajat Hadist Shalat Tarawih 20 Rakaat 

http://pcmdekso.blogspot.com/2011/07/derajat-hadist-shalat-tarawih-23-rakaat.html

Derajat Hadist Shalat Tarawih 20 Rakaat
Sugiyanta, S.Ag, M.Pd

Hadist Pertama
السنن الكبرى للبيهقي - (ج 1 / ص 120)
(وقد اخبرنا) أبو عبد الله الحسين بن محمد بن الحسين بن فنجويه الدينورى بالدامغان ثنا احمد بن محمد بن اسحاق السنى انبأ عبد الله بن محمد بن عبد العزيز البغوي ثنا على بن الجعد انبأ ابن ابى ذئب عن يزد بن خصيفة عن السائب بن يزيد قال كانوا يقومون على عهد عمر بن الخطاب رضى الله عنه في شهر رمضان بعشرين ركعة قال وكانوا يقرؤن بالمئين وكانوا يتوكؤن على عصيهم في عهد عثمان بن عفان رضى الله عنه من شدة القيام
... dari Yazid bin Khushaifah dari as-Sa-ib bin Yazid, ia berkata: Dulu mereka (para sahabat radliallahu ‘anhum) pada masa ‘Umar bin Khaththab radliallahu ‘anhu dalam bulan Ramadlan (melakukan shalat tarawih) 20 rakaat. Ia berkata: Dulu mereka membaca seratusan ayat (al-mi’un), dulu mereka bersandar pada tongkatnya pada masa Usman bin ‘Affan radliallahu ‘anhu karena semangat melakukannya.

Derajat hadist
1.    Imam Ahmad mengatakan bahwa Yazid bin Khushaifah adalah “pemilik hadist-hadist munkar.
2.    Imam adz-Dzahabi mengatakan dalam al-Mizan: Dalam ucapan Ahmad itu terbetik bahwa Yazid bin Khushaifah seringkali menyendiri dengan riwayat yang tidak diriwayatkan oleh para perawi terpercaya.
3.    Yazid bin Khushaifah dianggap syadz (ganjil, aneh).
4.    Hadist ini DLAIF atau lemah.

Hadist di atas bertentangan dengan hadist berikut:
موطأ مالك - (ج 1 / ص 341) و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يُوسُفَ عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ أَنَّهُ قَالَ أَمَرَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ وَتَمِيمًا الدَّارِيَّ
أَنْ يَقُومَا لِلنَّاسِ بِإِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً قَالَ وَقَدْ كَانَ الْقَارِئُ يَقْرَأُ بِالْمِئِينَ حَتَّى كُنَّا نَعْتَمِدُ عَلَى الْعِصِيِّ مِنْ طُولِ الْقِيَامِ وَمَا كُنَّا نَنْصَرِفُ إِلَّا فِي فُرُوعِ الْفَجْرِ

Mengabarkan kepadaku dari malik dari Muhammad bin Yusuf dari as-Sa-ib bin Yazid bahwa ia berkata: Umar bin Khaththab memerintahkan Ubay bin Kaab dan Tamim ad-Dari untuk mengimami manusia (shalat tarawih) sebelas rakaat. Beliau melanjutkan: Dan kala itu, seorang qari (imam) membaca ratusan ayat sehingga kami terpaksa bersandar pada tongkat kami karena terlalu lama berdiri. Lalu kami kami bubar menjelang fajar.

Hadist pertama menegaskan dengan 20 rakaat dan yang berikutnya 11 rakaat. Hadist pertama dan yang berikutnya mempunyai sumber yang sama yaitu as-Saib bin Yazid. Hadist pertama diteruskan oleh Yazid bin Khushaifah sedangkan hadist yang berikutnya diteruskan oleh Muhammad bin Yusuf. Cela ibn Khushaifah telah dibahas oleh Imam Ahmad, Imam adz-Dzahabi.
Al-Hafidz Ibn Hajar al-Asqalani menilai bahwa Muhammad Yusuf adalah orang yang terpercaya lagi meyakinkan. Muhammadbin Yusuf adalah kemenakan as-Saib bin Yazid, maka dengan kedekatan kekerabatan dengan as-Saib bin Yazid, jelas Muhammad bin Yusuf lebih faham, mengetahui dan hafal tentang riwayat as-Saib bin Yazid. Jadi diantara dua hadist di atas yang bisa dijadikan hujjah adalah hadist riwayat Muhammad bin Yusuf (11 rakaat).

Hadist kedua
موطأ مالك - (ج 1 / ص 342)
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ أَنَّهُ قَالَ: كَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ فِي زَمَانِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فِي رَمَضَانَ بِثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ رَكْعَةً
Dari Malik dari Yazid bin Ruman bahwa ia berkata: Dulu para manusia shalat (tarawih) pada masa ‘Umar bin al-Khaththab dalam bulan Ramadlan dengan dua puluh tiga rakaat.
السنن الكبرى للبيهقي - (ج 2 / ص 496)
(انبأ) أبو احمد العدل انبأ محمد بن جعفر المزكى ثنا محمد بن ابراهيم ثنا ابن بكير ثنا مالك عن يزيد بن رومان قال كان الناس يقومون في زمان عمر بن الخطاب رضى الله عنه في رمضان بثلاث وعشرين ركعة ويمكن الجمع بين الروايتين فانهم كانوا يقومون باحدى عشرة ثم كانوا يقومون بعشرين ويوترون بثلاث والله اعلم
Hadist ini juga diriwayatkan Imam al-Baihaqi dalam al-Ma’rifah, juga oleh al-Firyabi (76:I)

Kelemahan hadist
1.    Seperti dikatakan oleh al-Hafidz az-Zailai dalam Nashbu ar-Rayah, kelemahan hadist terletak pada Yazid bin Ruman, karena ia tidak pernah bertemu dengan Umar bin Khaththan radhiallahu ‘anhu.
2.    Imam an-Nawai mendha’ifkan hadist-hadist di atas di dalam kitab al-Majmu (IV:33), dengan mengatakan bahwa Imam al-Baihaqi meriwayatkannya tapi dengan sanad mursal. Karena Yazid bin Ruman memang belum pernah berjumpa dengan Umar.
3.    Al-Aini dalam Umdatul Qari Syarhu Shahihi al-Bukhari (V:357) mengatakan bahwa derajat sanadnya terputus.
4.    Kesimpulannya hadist di atas dhaif/lemah dan bertentangan dengan hadist shahih dari Muhammad bin Yusuf di atas.

Hadist ketiga
مصنف ابن أبي شيبة - (ج 2 / ص 285)حدثنا وكيع عن مالك بن أنس عن يحيى بن سعيد أن عمر بن الخطاب أمر رجلا يصلي بهم عشرين ركعة
Dari Waki’ dari Malik bin Anas dari Yahya bin Sa’id bahwa Umar bin al-Khaththab memerintahkan orang-orang shalat 20 rakaat.

Kelemahan Hadist
1.    Hadit ini terputus sehingga memiliki derajat DLAIF/lemah dan tidak bisa dijadikan hujjah
2.    Imam al-‘Allamah al-Mubarakfuri menyebutkan dalam kitabnya (II:85) bahwa Yahya bin Sa’id tak pernah berjumpa dengan Umar al-Khaththab
3.    An-Naimawi menyatakan dalam Astaru as-Sunan bahwa para perawinya terpercaya, tetapi Yahya bin Sa’id tak pernah bertemu Umar bin Khaththab.

Hadist keempat
مصنف ابن أبي شيبة - (ج 2 / ص 285) حدثنا وكيع عن حسن بن صالح عن عمرو بن قيس عن أبي الحسناء أن علي أمر رجلا يصلي بهم في رمضان عشرين ركعة.
Dari Waki’ bin Shalih dari Amru bin Qais dari Abu al-Husna’ bahwa Ali memerintahkan orang-orang shalat (tarawih) pada bulan Ramadlan 20 rakaat.

Hadist di atas juga diriwayatkan Imam al-Baihaqi.

Kelemahan Hadist
1.    Dalam kitab Sunan al-Kubra, Imam al-Baihaqi mengatakan bahwa sanad ini mengandung kelemahan (II:497)
2.    Imam adz-Dzahabi mengomentari Abu al-Husna’ dengan mengatakan: (Ia) tak dikenal
3.    Al-Hafidz Ibn Hajar al-Asqalani dalam kitab at-Tahdzib menyatakan: (Ia) tak diketahui orangnya. Al-Hafidz juga mengatakan bahwa dalam riwayat lain, anatar Abul Husna dan Ali bin Thalib terdapat dua orang lagi yaitu al-Hakam bin al-‘Utaibah dan Hanasy.
4.    Jadi sanad hadist ini terputus dan DLAIF/lemah
Hadist kelima
السنن الكبرى للبيهقي - (ج 2 / ص 496)انبأ محمد بن احمد بن عيسى بن عبدك الرازي ثنا أبو عامر عمرو بن تميم ثنا احمد بن عبد الله بن يونس ثنا حماد بن شعيب عن عطاء بن السائب عن ابى عبد الرحمن السلمى قال: على رضى الله عنه دعا القراء في رمضان فامر منهم رجلا يصلى بالناس عشرين ركعة قال وكان على رضى الله عنها يوتر بهم وروى

... mengabarkan kepada kami, Hammad bin Syu’aib dari ‘Atho bin as-Saib dari Abu Abdirrahman dari ‘Ali radliallahu ‘anhu as-Salami, ia berkata: Ali bin Abi Thalib memanggil para qari’ pada bulan Ramadlan, lalu memerintahkan seorang diantara mereka untuk mengimami manusia dua puluh rakaat. Lalu lanjutnya: Lalu Ali radliallahu ‘anhu mengimami mereka dalam shalat witir.

Kelemahan Hadist
1.    Kelemahan sanad pada Atha bin as-Saib dan Hammad bin Syu’aib
2.    Imam al-Baihaqi mengatakan dalam as-Sunan al-Kubra bahwa Atha bin as-Saib dikenal ngawur di akhir hidupnya. Imam as-Suyuthi dalam Tadribu ar-Rawi mengatakan bahwa Hammad Syu’aib adalah perawi yang lemah hafalannya sebagaimana dikatakan Imam al-Bukhari: Perlu diteliti. Bahkan kadang-kadang beliau berkatan bahwa Hammad adalah pemilik hadist-hadist munkar.
3.    Dengan sebab di atas, Imam al-Albani mengatakan bahwa hadist di atas hadist munkar (riwayat lemah, yang menyelisihi riwayat yang shahih)

Hadist Keenam
مصنف ابن أبي شيبة - (ج 2 / ص 285) حدثنا حميد بن عبد الرحمن عن حسن عبد العزيز بن رفيع قال كان أبي بن كعب يصلي بالناس في رمضان بالمدينة عشرين ركعة ويوتر بثلاث.
Mengabarkan kepada kami Hamid bin Abdirrahman dari Hasan Abdul ‘Aziz bin Rafi’, ia berkata: Ubai bin Ka’ab pernah shalat mengimami manusia pada bulan Ramadlan di Madinah 20 rakaat lalu berwitir tiga rakaat.

Kelemahan Hadist
1.    Jarak antara Abdul Aziz dengan Ka’ab seratus tahun atau lebih. Maka mustahil keduanya berjumpa (lihat Tahdzib at-Tahdzib)
2.    An-Naimawi al Hindi mengatakan: Abdul Aziz bin Rafi’ belum pernah berjumpa dengan Ubai bin Ka’ab
3.    Maka sanad hadist ini mursal/terputus sehingga ia dlaif/lemah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar