QUNUT WITIR SETELAH PERTENGAHAN RAMADHAN
Berkenaan dengan anjuran sebagian orang mengenai qunut witir setelah pertengahan Ramadhan, maka kami sengaja menghadirkan kapan waktu membaca qunut witir. Apakah boleh sepanjang tahun? Ataukah khusus hanya setelah pertengahan Ramadhan?
Tentang masalah qunut witir ada beberapa pendapat di antara para ulama.
Pertama: Hukum qunut witir itu makruh. Inilah pendapat ulama Malikiyah. Alasannya, tidak ada sunnah (tuntunan) dalam hal ini. Yang ada, qunut hanyalah pada shalat Shubuh saat nawazil.
Kedua: Qunut witir disunnahkan ketika separuh akhir dari bulan Ramadhan saja. Inilah pendapat yang masyhur dalam madzhab Syafi’iyah dan ada perkataan dari Imam Ahmad mengenai hal ini. Ketika Abu Daud menanyakan pada Imam Ahmad, “Apakah qunut itu sepanjang?” “Jika engkau mau.” Abu Daud bertanya lagi, “Apa pendapat yang engkau pilih?” Jawab Imam Ahmad, “Adapun saya tidaklah berqunut kecuali setelah pertengahan Ramadhan. Namun jika aku bermakmum di belakang imam lain dan ia berqunut, maka aku pun mengikutinya.” (Masail Ahmad li Abi Daud, 66). Mereka pun berdalil tentang riwayat dari Ibnu ‘Umar, diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dengan sanad shohih (Al Mushonnaf, 2: 98)
Ketiga: Disunnahkan pada bulan Ramadhan saja tidak pada bulan lainnya. Inilah pendapat ulama Malikiyah dan Syafi’iyah.
Keempat: Qunut witir disunnahkan dibaca setiap malam sepanjang tahun. Inilah pendapat Ibnu Mas’ud dan Ibrahim An Nakho’i. Pendapat ini dianut oleh Hanafiyah, salah satu pendapat Syafi’iyah.
Di antara dalilnya:
1. Al Hasan bin Ali radhiyallahu 'anhuma berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajariku beberapa kalimat yang saya ucapkan dalam shalat witir, yaitu
اللَّهُمَّ
اهْدِنِى فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِى
فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِى فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنِى شَرَّ مَا
قَضَيْتَ فَإِنَّكَ تَقْضِى وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ
مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ
Allahummahdiini fiiman hadait,
wa'aafini fiiman 'afait, watawallanii fiiman tawallait, wabaarik lii
fiima a'thait, waqinii syarrama qadlait, fainnaka taqdhi walaa yuqdho
'alaik, wainnahu laa yadzillu man waalait, tabaarakta rabbana
wata'aalait. (Ya Allah, berilah aku petunjuk di antara orang-orang
yang Engkau beri petunjuk, dan berilah aku keselamatan di antara
orang-orang yang telah Engkau beri keselamatan, uruslah diriku di antara
orang-orang yang telah Engkau urus, berkahilah untukku apa yang telah
Engkau berikan kepadaku, lindungilah aku dari keburukan apa yang telah
Engkau tetapkan, sesungguhnya Engkau Yang memutuskan dan tidak
diputuskan kepadaku, sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah
Engkau jaga dan Engkau tolong. Engkau Maha Suci dan Maha Tinggi)” (HR.
Abu Daud no. 1425, An Nasai no. 1745, At Tirmidzi no. 464. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
2. Hadits Ubay bin Ka’ab yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
berqunut dalam shalat witir. (HR. Abu Daud no. 1427, shahih menurut
Syaikh Al Albani). Hadits ini mutlak tidak khusus pada bulan Ramadhan.3. Sebagaimana dinukil dari Imam Ahmad pula bahwasanya ‘Umar pun berpendapat seperti ini.
Mufti Saudi Arabia di masa silam, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz ditanya: Apa hukum membaca do’a qunut setiap malam ketika (shalat sunnah) witir?
Jawab: Tidak masalah mengenai hal ini. Do’a qunut (witir) adalah sesuatu yang disunnahkan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun biasa membaca qunut tersebut. Beliau pun pernah mengajari (cucu beliau) Al Hasan beberapa kalimat qunut untuk shalat witir. Ini termasuk hal yang disunnahkan. Jika engkau merutinkan membacanya setiap malamnya, maka itu tidak mengapa. Begitu pula jika engkau meninggalkannya suatu waktu sehingga orang-orang tidak menyangkanya wajib, maka itu juga tidak mengapa. Jika imam meninggalkan membaca do’a qunut suatu waktu dengan tujuan untuk mengajarkan manusia bahwa hal ini tidak wajib, maka itu juga tidak mengapa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengajarkan do’a qunut pada cucunya Al Hasan, beliau tidak mengatakan padanya: “Bacalah do’a qunut tersebut pada sebagian waktu saja”. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa membaca qunut witir terus menerus adalah sesuatu yang dibolehkan. [Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah, Fatawa Nur ‘alad Darb, 2/1062]
Kesimpulan pendapat
Ibnu Taimiyah berkata setelah menyebutkan pendapat para ulama tentang qunut witir,
وَحَقِيقَةُ
الْأَمْرِ أَنَّ قُنُوتَ الْوِتْرِ مِنْ جِنْسِ الدُّعَاءِ السَّائِغِ فِي
الصَّلَاةِ مَنْ شَاءَ فَعَلَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ . كَمَا يُخَيَّرُ
الرَّجُلُ أَنْ يُوتِرَ بِثَلَاثِ أَوْ خَمْسٍ أَوْ سَبْعٍ وَكَمَا
يُخَيَّرُ إذَا أَوْتَرَ بِثَلَاثِ إنْ شَاءَ فَصَلَ وَإِنْ شَاءَ وَصَلَ .
وَكَذَلِكَ يُخَيَّرُ فِي دُعَاءِ الْقُنُوتِ إنْ شَاءَ فَعَلَهُ وَإِنْ
شَاءَ تَرَكَهُ وَإِذَا صَلَّى بِهِمْ قِيَامَ رَمَضَانَ فَإِنْ قَنَتَ فِي
جَمِيعِ الشَّهْرِ فَقَدْ أَحْسَنَ وَإِنْ قَنَتَ فِي النِّصْفِ
الْأَخِيرِ فَقَدْ أَحْسَنَ وَإِنْ لَمْ يَقْنُتْ بِحَالِ فَقَدْ أَحْسَنَ .
“Hakekatnya, qunut witir adalah sejenis do’a yang dibolehkan dalam
shalat. Siapa yang mau membacanya, silakan. Dan yang enggan pun
dipersilakan. Sebagaimana dalam shalat witir, seseorang boleh memilih
tiga, lima, atau tujuh raka’at semau dia. Begitu pula ketika ia
melakukan witir tiga raka’at, maka ia boleh melaksanakan 2 raka’at salam
lalu 1 raka’at salam, atau ia melakukan tiga raka’at sekaligus. Begitu
pula dalam hal qunut witir, ia boleh melakukan atau meninggalkannya
sesuka dia. Di bulan Ramadhan, jika ia membaca qunut witir pada
keseluruhan bulan Ramadhan, maka itu sangat baik. Jika ia berqunut di
separuh akhir bulan Ramadhan, itu pun baik. Jika ia tidak berqunut, juga
baik.” (Majmu’ Al Fatawa, 22: 271)
Wallahu waliyyut taufiq.
Sumber rujukan:
- Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah
- http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=138231
@ Bandara Husein Sastranegara, Bandung, 15 Ramadhan 1433 H
www.rumaysho.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar